Sejak
hari dimana aku tahu bahwa keajaiban itu tidak ada.
Hanya
akulah yang bersumpah pada diriku sendiri untuk tidak akan menyerah.
Karna
aku percaya bahwa keajaiban akan muncul.
The story I
didn’t know
(part 1)
“ TIDAAKKK!!!” teriak ku.
“ Ayolah, kumohon ijinkan aku masuk
ke kamarmu!”
“ Kubilang Tidak ya tidak. Kenapa aku
harus menunjukkan kamarku pada orang asing?” bentak ku kesal
“ Aku ini bukan orang asing, aku ini
Park Jiyeon, teman sekelasmu! Ayolah Seungho kumohon sekali saja”
kata Jiyeon memelas.
Anak ini benar-benar. Apa yang ada
dipikirannya? Masuk kamar namja, apa dia sinting? Aku benar2 kesal.
Ah..lihatlah sekarang semua orang jadi menertawakan kami.
“apa yang ada di otakmu heh, masuk ke
kamar namja? Semua orang bisa berfikir macam2!” bentakku
“ Aku tak peduli kok, meski nanti
beredar gossip yang aneh2.” Jawab Jiyeon ngotot
“ TAPI AKU YANG PEDULI!! JANGAN
BICARA DENGANKU LAGI!” bentakku kesal, kesabaranku benar2 sudah
pada batasnya.
TUK
Sebuah bolpoin menghantam kepalaku.
“ SIAPA YANG MELEMPAR INI!”
teriakku, tpi tak ada jawaban, seisi kelas hanya diam, dan mereka
sudah berada di kursinya masing2. Aneh, bukannya tadi masih ramai.
Firasatku mulai tidak enak, akupun melihat ke depan. Kwangmin saem
sudah bersandar dipintu sambil mendekap tangannya di dada.
“ Sudah selesai?” Tanya Kwangmin
sinis
Aku dan Jiyeon saling berpandangan.
“ Kalau sudah, kembali ke kursi
kalian, kita mulai pelajaran.”
-JAM ISTIRAHAT , RUANG DATA-
“ Oppa, apa menurutmu Seungho marah
padaku?” tanyaku
TUK. Sebuah bolpoin memukul kepalaku.
“ Sudah kubilang, jika di sekolah
paggil aku seongsangnim!” kata Kwangmin
“ nae SEONGSANGNIM.” Kataku
menekankan “ tapi disini kan tidak ada siapa2 jadi boleh donk aku
memanggilmu oppa.”
“ Terserah kau saja.” Kata Kwangmin
sambil memakan bekal ku.
Ini adalah kegiatan rutinku, setiap
jam istirahat, Aku selalu pergi ke ruang data. Aku suka tempat ini
karena tidak ada yang datang kesini. Jadi aku bisa mengobrol bebas
dengan Kwangmin oppa. Jangan berfikir macam2, kami tidak pacaran,
Kwangmin oppa itu sepupuku! Dan semua orang disini tahu itu.
“ Oppa, menurutmu apa sih sisi
burukku?”
“ hm.. semuanya.”
Heh, apa maksudnya semuanya?
“ Jiyeon, oppa mengerti perasaanmu
yang ingin menemukan cincin yang kau hilangkan, tapi terus terang
kalau kau tetap seperti ini kau tidak akan bisa melangkah ke depan.
Untuk apa sih sampai sekarang kau tidak menyerah saja? Tentu bukan
ingin menghancurkan kemungkinan itu kan?”
“ mian.” Kataku lirih. Aku benar2
tak suka jika oppa membahas masalah ini.
Kwangmin oppa memperhatikanku yang
mash terdiam, mungkin dia tahu kalau aku merasa tidak nyaman dengan
statement nya
“ Aku tak tahu alasan Seungho sekolah
disini, sepertinya kota asalnya transportasinya buruk.” Kata
Kwangmin oppa mengalihkan suasana “ Wah, dia bisa basket rupanya.”
Kwangmin oppa kembali membaca data
Seungho lagi. Aku melihat ekspresi Kwangmin oppa tiba2 berubah.
“ Oppa ada apa?” tanyaku khawatir
“ kenapa?” Tanya Kwangmin balik
“ Kenapa ekpresi oppa tiba2 begini?”
kataku sambil menirukan ekspresi terkejut kwangmin oppa
“ Tidak apa2. yaahh.. padahal
wajahnya tampan tapi sayang kau selalu berkeliaran di sekitarnya jadi
bisa menatapnya tinggal khayalan.” Kata Kwangmin oppa,
“ Oppa caramu mengalihkan pembicaraan
benar2 payah.” Kataku sambil bersungut,
Dia tak menjawab hanya tersenyum,
“ Ya sudah, aku kembali ke kelas
saja.” Kataku sambil memngambil kotak bekalku, tapi jujur aku
masih penasaran kenapa ekspresi Kwangmin oppa bisa tiba2 berubah.
***
Ah.. rasanya waktuku bernafas hanya
saat jam istirahat makan siang. Jiyeon biasanya pergi ke ruang data
bersama Kwangmin saem. Orang2 bilang mereka sepupu, pantas saja aku
benci ke duanya.
“ sepertinya Seungho belum melihat2
ruang klub sekolah ya?” Tanya Ho Chang Do “ Memang mau masuk
klub apa?”
“ Aku tidak masuk klub.” Jawabku
enteng
“ Apa kau tidak tahu, sekolah ini kan
mewajibkan setiap muridnya untuk masuk klub.” Balas chang do
“ MWOYA??”
Bagaimana ini, tujuanku sekolah disini
agar aku tak perlu masuk klub, lalu untuk apa aku kesini?
“ Hei ada tidak klub yang tidak perlu
bertanding dengan orang lain?” tanyaku
“ Ada sih, seperti OSIS?”
Dasar bodoh, OSIS kan bukan klub
“ Munkin ada, namanya klub penelitian
makhluk hidup, tapi daripada di sebut klub penelitian bisa di bilang
itu adalah klub pecinta serangga.” Jelas Chang Do.
Penelitihan makhluk hidup, apa2 an
itu. Sekolah ini juga, kenapa harus memaksa muridnya masuk klub.
“ SEUNGHO AWAS!!”
Tiba tiba aku melihat sebuah bola
basket terbang ke arahku. HUP aku berhasil menangkapnya.
“ Mian.” Kata seorang namja yang
mengambil bola.
Aku hanya diam
“ Wah, seungho keren..” teriak
seorang yeoja, aku mengenali suara itu, Jiyeon
“ Kau mau masuk klub basket ya? Benar
juga, di SMP Seungho juga ikut klub basket kan?”
DEG.. Bagaimana dia bisa tahu?
“ Bukan urusanmu.” Kataku dingin “
aku mau pulang.”
“ Apa kau mengajakku?” kata jiyeon
dengan wajah innocent nya.
Pletak!! Aku menjitak kepalanya.
“ Seungho sakit!” protesnya. Tapi
aku tak peduli, kuambil tasku dan akupun berjalan pulang, aku tahu
dia mengikutiku di belakang.
“ Seungho orangnya cepat marah ya?”
kata jiyeon saat jaraknya sudah dekat denganku
“ Itu karena ada yang membuatku
marah.” Kataku sinis.
dia terkekeh, apa2 an ini, memangnya
ada yang lucu?
“Kalau aku tidak tenang, oppa selalu
menegurku. Uhm..yang ku maksud oppa tadi itu Kwangmin saem.”
“ Jiyeonnie, katanya kalian saudara
sepupu ya?”
“Ya begitulah. Akhir2 ini dia sering
menegurku, katanya aku tidak boleh terburu buru, katanay aku harus
memahami’nya’ dulu.”
Aku mengerti yang dia maksud ‘nya’
adalah aku.
“ tapi suatu saat nanti kau akn
menyerah kan?” tanyaku sekenanya
“ Aku tidak akan menyerah.”
“ Kau ini.. sudahah.” Dengusku
kesal.
“ Kalau aku menyerah, hanya
penyesalan dan kepahitan yang tersisa.”
Aku menatapnya, ekspresinya tiba2
berubah, selama ini aku hanya melihat Jiyeon seperti anak bodoh yang
terlampau ceria, tapi hari ini berbeda, dia tampak…-hampa-
“ kenapa Seungho selalu menolak aku
masuk kamarmu?”
aku hanya diam, tak sanggup melihat
ekspresi itu
WUSHHH…(Tiba tiba
angin bertiup kencang)
. Gawat mataku kemasukan debu
“ seungho gwanchana?” Tanya jiyeon
“ JANGN PEDULIKAN AKU!” bentakku.
Akupun berjalan cepat menjauhinya.
“ TAPI SEUNGHO..”
Aku tak memperdulikan teriakannya dan
terus berjalan
DOENG!!!
“ Didepanmu, ada tiang listrik.”
Kata jiyeon sebelum tawanya meledak.
“ kenapa kau tak bilang dari tadi
hah?” dengusku kesal
“ hahaha, habis kau tidak
memperdulikanku sih..hahaha..kau tak bisa melihat ya?”
aku tak menjawab, aku hanya mengucek
mata kananku
“ Oh, matamu kemasukan sampah ya?”
Tanya jiyeon
“ Ini mata yang bisa melihat.”
“ Oh.. kalau begitu…” jiyeon tak
melanjutkan kata-katanya, sebaliknya dia menunjukkan ekspresi
terkejut. Mungkin dia sudah tahu.
“ Mata kiriku daya penglihatannya
melemah dengan aneh, dan sekarang hanya bisa mengenali cahaya. Meski
tak mengganggu kehidupanku tapi indra pendekteksi jarak jadi kacau.”
Entah kenapa aku jadi cerita padanya
“ Seungho, kalau mau cerita, cerita
saja. Aku akan dengarkan.” Kata jiyeon. Kali ini ekspresinya beda
lagi, terlihat –dewasa-
“ Waktu angkatanku karena peminatnya
sedikit klub basket akan di bubarkan. Makanya waktu pertandingan
musim panas waktu kelas 3 SMP bagaimanapun aku ingin menang.
Tapi..kita ketinggalan 1 nilai dari tim lawan, waktu tinggal 10
detik, bola yang diberikan teman2..kupikir sudah kutangkap..padahal
tinggal sedikit lagi.”
Aku tak bisa melupakannya bunyi peluit
tanda pertandingan usai. Dalam hening semua orang menatapku dengan
pandangan mengeluh. Kenapa semua orang menyalahkanku?
“ Walau mataku bukan alasan tepat
untuk menyerah. Tapi aku tak mau merasakn rasa itu lagi. Untuk
melupakan semua itu aku datang kesini seorang diri. Karena aku
sendirian kenangan itu tak bisa hilang.”
“ Begitu ya, sekarang aku mengerti.”
Jiyeon berhenti sejenak “ seandainya semua menjadi hilang mungkin
sekarang kita jadi bahagia. Tapi.. saat di depan kita ada hal yang
sama lagi, kita akan mengulang hal yang sama. Aku tidak suka itu.”
Ekspresi itu lagi
“ Jiyeonnie.”
“ Aku hanya ingin memastikan bahwa
itu ada di kamarmu. Soalnya aku tidak menemukan di manapun,
petunjuknya hanya tinggal di situ. Sebelum kau menghuninya, dulu
temanku tinggal disitu. Aku menghilangkan barang berharga miliknya.
Sebuah cincin yang berharga maaf ya, tapi aku tak akan menyerah.”
“ jiyeonnie..”
PLETAK aku menjitak kepalanya
“ Kamu itu ya! Kalau alasannya
seperti itu, bilang kek dari dulu.”
“ aduh.. jangan pukul aku donk. Sakit
tahu!” Jiyeon mengusap kepalanya, kali ini ekspresinya kembali
seperti biasa- orang bodoh -
“ Dasar. Aku akan memikirkannya.”
Kataku sambil tersenyum
“ Seungho.. kau tersenyum? Apa ini
artinya aku boleh masuk kamarmu?” kata jiyeon dengan senyum
mengembang di wajahnya
“ Sudah kubilang, aku akan
memikirkannya dulu!” kataku sewot.
“ Seungho ganteng deh!” kata jiyeon
sambil gelayutan di lenganku
Aku memperhatikannya lagi, ekspresi
yang kembali ceria. Semakin mengenalnya aku merasakn sesuatu yang
berbeda. Aku tidak tahu itu apa. Mungkin sebuah rasa penasaran. Ada
sesuatu dalam dirinya yang sulit dimengerti. Sesuatu yang berubah
ubah, benar2 membuatku penasaran untuk lebih mengenalnya.
***
Aku baru membuka jendela kamarku
ketika sebuah teriakan memanggilku dari gedung aparment sebelah
gedung aparment ku.
“ SEUNGHO!! Kita berangkat bareng
yuk!” triak jiyeon cengengesan
“ Dalam 2 menit, cepat turun
kebawah!” tambah kwangmin
Mereka ini.. apa mereka benar2 bodoh.
Jarak antara gedung kita kan hanya 5 meter kenapa mereka teriak
sekeras itu? aku bukannya menghiraukan mereka, tapi karena sekarang
sudah jam 7 akupun turun, hanya karena aku tak mau telat ke sekolah.
“ kalian ini, kenapa 2 orang saudara
sepupu bisa tinggal dalam 1 atap? Bukankah itu bisa dikira kalian
tinggal berdua?”
“ Kami tidak berdua, ada kakak jiyeon
juga kok, jadi kita tinggal bertiga.” Kata Kwangmin dengan gaya
santainya.
“ Aku disini bukan karena aku senang
tinggal disini tapi karna aku mau tinggal di kamar 205 tempat Seungho
tinggal.” Kata jiyeon sambil merengut.
Masalah itu lagi.
“ Jiyeon, apa kau mau naik mobil?”
Tanya Kwangmin
“ Tidak, aku mau jalan kaki bareng
Seungho. Sambil mengenang banyak hal, karena aku ingin segera
menemukan cincin itu.”
Cincin itu.. apa itu begitu penting?
Orang yang dulu tinggal di kamar 205 adalah teman Jiyeon. Jiyeon lupa
dimana dia menghilangkan cincin berharga milik orang itu, sebenarnya
ada apa di balik semua ini? Aku semakin penasaran apa yang membuat
Jiyeon merasa terikat dan tidak ingin menyerah? Bagaimana dia bisa
menghilangkan barang berharga seperti itu?
***
-KELAS 1A-
“ Seungho..kau dipanggil anak klub
basket kelas 2 tuh!” kata Suzy setiba aku di kelas
“ Apa Seungho akan masuk klub
basket?” Tanya jiyeon
“ Entahlah, tadi aku Cuma dititipi
pesan itu” kata suzy
“ Katanya waktu SMP dia ikut klub
basket.” Kata Jiyeon
“ jinjja?” tanya Suzy “ tapi kok
dia pendek?”
“ Tapi kemarin dia mengatakan hal
aneh.” Kata Chang Do ikut menimpali “ Dia bilang ‘memangnya ada
tidak klub yang tidak memerlukan bertanding dengan orang lain?
‘Begitu. Ah.. dia kembali kau tanya saja padanya.
“ seungho kau mau masuk klub basket?”
Tanya jiyeon penasaran
“ Sedang kupikirkan.” Jawabku
sngkat
“ Hal yang kau pikirkan banyak juga
ya? Hehe” ejek suzy
“ Jangan mencela orang yang salah
meletakkan kata!”
“ Jangan lupa, masuk klub adalah
syarat terpenting, klub yang tidak perlu bertanding dengan orang
lain, ada kok.” Kata jiyeon “ Memang tidak ada di daftar klub
kegiatan sih, tapi ini klub cadangan.”
“ jinjja?”
“ ne, kalau kau tertarik datanglah ke
ruang data saat jam istirahat!”
***
-JAM ISTIRAHAT RUANG DATA-
“ T ara… Selamat datang di klub
pelatihan” kata jiyeon dan kwangmin bersamaan
“ kenapa seongsaengnim ada disini?”
tanyaku heran
“ Soalnya aku penasehat di sini.”
Jawabnya santai
“ Klub apa ini tadi?”
“ Klub pe-la-ti-han” jawab Jiyeon
“ sebuah klub yang kegiatannya
mengambil bola di klub lain, mencabut rumput, dll.” Terang Kwangmin
“ Sebuah klub yang memberikan
sumbangan terbesar bagi lingkungan sekolah.”tambah jiyeon
“ KERJAAN GA PENTING!”
“ Ini juga tugas mulia sebagai
pembantu OSIS lo!”
“ tetap saja ga penting”
“ Karena klub ini adalah klub yang
menampung secara paksa murid yang berhenti di tengah jalan dalam
suatu klub disekolah yang diwajibkan muridnya masuk klub. Dengan kata
lain ini adalah KLUB YANG LUAR BIASA .” jelas Kwangmin dengan
ekspresi yang..-menjijikkan-
“ Apa nggak ada sebutan yang lain?
Aku tidak tertarik!” kataku pergi eninggalkan 2 orang bodoh itu.
***
“ jiyeon sini!” teriak Suzy di
ruang ganti putri
“ Maaf aku telat.” Kata Jiyeon
ngos2an
“ Hei wajahmu pucat, gwancana?”
kata Suzy khawatir.
“ gwanchana, itu karna tadi Kwangmin
oppa, maksudq Kwangmin saem memaksaku makan, sekarang aku jadi
kekenyangan.”
“ ah..tidak berubah tetap mesra
ya?”kata Suzy menggoda
“ Asik ya, jiyeon punya sepupu
tampan.” Sahut Naeun
“ Seungho juga, tapi karena dia akrab
dengan jiyeon jadi susah meyapanya.” Tambah Lee Ji Eun “ apa
kalian pacaran?”
“ Ania! Aku tak mungkin pacaraan
dengan Seungho, hanya saja ada alasan yang panjaaang..seperti
sungai.”
“ Benar, Jiyeon kan punya orang yang
disukai sejak dulu,” Suzy memeluk jiyeon “ Tapi kalian benar2
akrab”
“ Bahkan Suzy juga berfikir begitu..”
kata Jiyeon bersungut.
“ Sudahlah kalian cepat ganti bajunya
nanti kita terlambat ke lapangan.” Kata naeun mengingatkan.
-RUANG OLAHRAGA-
“ Hari ini olahraganya apa?”
Tanyaku
“ Hari ini basket.” Jawab Changdo,
“itu keahlianmu kan?”
Aku tak menjawab, bermain basket yang
benar saja.
“ Waktu masih SMP kau main basket
kan?” Tanya Changdo “ Dengan begini… SIAPA YANG MAU BERTARUH
SEUNGHO BISA MENCETAK BERAPA ANGKA?” teriak Changdo.
“ Aku mau!”
“ Aku juga!”
Seketika suasana menjadi ramai. Dasar
kelas bodoh, menjadikanku sebagai bahan taruhan. Ah..sudah lah aku
pasti bisa!!!”
BUUKKK!!!!
-RUANG KESEHATAN-
“ Wahahaahah, aku jadi ingin lihat
bagaimana saat Seungho berdiri kaku dan menangkap bola dengan
mukanya.”
“ Hei Kwangmin, kau ini wali
kelasnya, tertawamu itu berlebihan.” Bentak Nana saem
“ Aku ini juga manusia.” Bantah
Kwangmin
“ Sudah cepat kembali ke kelasmu!”
bentak Nana
“ Aku sedang tidak ada kelas.”
BRAAKK!! Tiba-tiba
pintu terbuka.
“ Nana saem, mana Seungho?” teriak
jiyeon
“ Oh tuaN putri, itu.” kata Nana
saem sambil menunjukku “ dia gegar otak ringan saja kok.”
Ah ini lagi, dia pasti datang kesini
untuk menertawakanku
“ seungho gwanchana?? apa kau
mengenaliku?” Tanya jiyeon dengan ekspresi khawatir. Ayolah ini
berlebihan.
“ Ne, naneun gwancana.”
“ Syukurlah.” Kata jiyeon lega. “
Seungho, hari ini kau sakit jadi makan malam di rumah kami saja ya!”
“ Hei, apa tak apa2, hari ini hari
Rabu, Youngmin libur.” Kata Kwangmin
“ Gak apa2, Youngmin oppa ga akn
marah.”
“ tunggu, kalian ini bicara apa sih?
Youngmin, siapa dia?”
“ Tenang, kau akan melihat ‘sesuatu
yang menarik’” jawab Jiyeon sambil menegrling nakal. “ Kau mau
kan?”
Aku mengangguk, aku tak punya pilihan,
akibat terkena bola tadi kepalaku masih sakit jadi tidak bisa
memasak.
“ aku ada urusan sebentar, nanti aku
antar kalian pulang.” Kata Kwangmin sambil menarik Nana saem
keluar. “ Ayo Nana!”
“ seungho benar tak apa2?”
“ Ne, aku bisa menyentuh bola, tapi
hanya di mulainya pertandingan aku langsung flashback ke masa itu.
tiba2 tubuhku tak bisa di gerakkan.”
“ Kenapa tubuhmu tak bisa di
gerakkan?” Tanya jiyeon
“ Aku tidak tahu, seperti trauma tapi
tidak mengakar.”
“ aneh, padahal kau suka basket kan?”
“ Yang ini dan yang itu masalahnya
beda. Hal itu tetaplah kenangan pahit.”
“ Iya sih, tapi bukan berarti tak ada
kenangan manisnya kan?” kata Jiyeon, kali ini tersenyum hangat. “
Waktu itu pasti ada. Kalau memikirkan kira2 apa yang terjadi besok
kita akan berdebar-debar seperti ingin berhenti dan tidak mau
memulainya lagi.iya kan?”
A ku memandang Jiyeon, dia jadi
berbeda lagi. Tapi dia benar. Mungkin alasan kenapa dia tidak
menyerah pasti mungkin ada hal yang membahagiakan sebelumnya.
***
Ting tong…
“ Jiyeonnie.. Apa maksudmu dengan
‘sesuatu yang menarik’?”tanyaku saat berada di depan
apartmennya.
“ Aku punya rahasia sebenarnya..
Kwangmin oppa bukanlah sepupuku. Tapi kakak kandungku.”
CLAK (pintu di buka)
“ Selamat datang”
aku terperanjat melihat sosok yang
membukakan pintu. Wajahnya mirip sekali dengan Kwangmin saem. Apakah
mereka..
KEMBAR??
TBC
No comments:
Post a Comment