Saturday, 2 June 2012

THE STORY I DIDN'T KNOW (PART 1)




Sejak hari dimana aku tahu bahwa keajaiban itu tidak ada.
Hanya akulah yang bersumpah pada diriku sendiri untuk tidak akan menyerah.

Karna aku percaya bahwa keajaiban akan muncul.


The story I didn’t know
(part 1)


“ TIDAAKKK!!!” teriak ku.
“ Ayolah, kumohon ijinkan aku masuk ke kamarmu!”
“ Kubilang Tidak ya tidak. Kenapa aku harus menunjukkan kamarku pada orang asing?” bentak ku kesal
“ Aku ini bukan orang asing, aku ini Park Jiyeon, teman sekelasmu! Ayolah Seungho kumohon sekali saja” kata Jiyeon memelas.
Anak ini benar-benar. Apa yang ada dipikirannya? Masuk kamar namja, apa dia sinting? Aku benar2 kesal. Ah..lihatlah sekarang semua orang jadi menertawakan kami.
“apa yang ada di otakmu heh, masuk ke kamar namja? Semua orang bisa berfikir macam2!” bentakku
“ Aku tak peduli kok, meski nanti beredar gossip yang aneh2.” Jawab Jiyeon ngotot
“ TAPI AKU YANG PEDULI!! JANGAN BICARA DENGANKU LAGI!” bentakku kesal, kesabaranku benar2 sudah pada batasnya.
TUK
Sebuah bolpoin menghantam kepalaku.
“ SIAPA YANG MELEMPAR INI!” teriakku, tpi tak ada jawaban, seisi kelas hanya diam, dan mereka sudah berada di kursinya masing2. Aneh, bukannya tadi masih ramai. Firasatku mulai tidak enak, akupun melihat ke depan. Kwangmin saem sudah bersandar dipintu sambil mendekap tangannya di dada.
“ Sudah selesai?” Tanya Kwangmin sinis
Aku dan Jiyeon saling berpandangan.
“ Kalau sudah, kembali ke kursi kalian, kita mulai pelajaran.”


-JAM ISTIRAHAT , RUANG DATA-

“ Oppa, apa menurutmu Seungho marah padaku?” tanyaku
TUK. Sebuah bolpoin memukul kepalaku.
“ Sudah kubilang, jika di sekolah paggil aku seongsangnim!” kata Kwangmin
“ nae SEONGSANGNIM.” Kataku menekankan “ tapi disini kan tidak ada siapa2 jadi boleh donk aku memanggilmu oppa.”
“ Terserah kau saja.” Kata Kwangmin sambil memakan bekal ku.
Ini adalah kegiatan rutinku, setiap jam istirahat, Aku selalu pergi ke ruang data. Aku suka tempat ini karena tidak ada yang datang kesini. Jadi aku bisa mengobrol bebas dengan Kwangmin oppa. Jangan berfikir macam2, kami tidak pacaran, Kwangmin oppa itu sepupuku! Dan semua orang disini tahu itu.
“ Oppa, menurutmu apa sih sisi burukku?”
“ hm.. semuanya.”
Heh, apa maksudnya semuanya?
“ Jiyeon, oppa mengerti perasaanmu yang ingin menemukan cincin yang kau hilangkan, tapi terus terang kalau kau tetap seperti ini kau tidak akan bisa melangkah ke depan. Untuk apa sih sampai sekarang kau tidak menyerah saja? Tentu bukan ingin menghancurkan kemungkinan itu kan?”
“ mian.” Kataku lirih. Aku benar2 tak suka jika oppa membahas masalah ini.
Kwangmin oppa memperhatikanku yang mash terdiam, mungkin dia tahu kalau aku merasa tidak nyaman dengan statement nya
“ Aku tak tahu alasan Seungho sekolah disini, sepertinya kota asalnya transportasinya buruk.” Kata Kwangmin oppa mengalihkan suasana “ Wah, dia bisa basket rupanya.”
Kwangmin oppa kembali membaca data Seungho lagi. Aku melihat ekspresi Kwangmin oppa tiba2 berubah.
“ Oppa ada apa?” tanyaku khawatir
“ kenapa?” Tanya Kwangmin balik
“ Kenapa ekpresi oppa tiba2 begini?” kataku sambil menirukan ekspresi terkejut kwangmin oppa
“ Tidak apa2. yaahh.. padahal wajahnya tampan tapi sayang kau selalu berkeliaran di sekitarnya jadi bisa menatapnya tinggal khayalan.” Kata Kwangmin oppa,
“ Oppa caramu mengalihkan pembicaraan benar2 payah.” Kataku sambil bersungut,
Dia tak menjawab hanya tersenyum,
“ Ya sudah, aku kembali ke kelas saja.” Kataku sambil memngambil kotak bekalku, tapi jujur aku masih penasaran kenapa ekspresi Kwangmin oppa bisa tiba2 berubah.

***

Ah.. rasanya waktuku bernafas hanya saat jam istirahat makan siang. Jiyeon biasanya pergi ke ruang data bersama Kwangmin saem. Orang2 bilang mereka sepupu, pantas saja aku benci ke duanya.
“ sepertinya Seungho belum melihat2 ruang klub sekolah ya?” Tanya Ho Chang Do “ Memang mau masuk klub apa?”
“ Aku tidak masuk klub.” Jawabku enteng
“ Apa kau tidak tahu, sekolah ini kan mewajibkan setiap muridnya untuk masuk klub.” Balas chang do
“ MWOYA??”
Bagaimana ini, tujuanku sekolah disini agar aku tak perlu masuk klub, lalu untuk apa aku kesini?
“ Hei ada tidak klub yang tidak perlu bertanding dengan orang lain?” tanyaku
“ Ada sih, seperti OSIS?”
   Dasar bodoh, OSIS kan bukan klub
 
“ Munkin ada, namanya klub penelitian makhluk hidup, tapi daripada di sebut klub penelitian bisa di bilang itu adalah klub pecinta serangga.” Jelas Chang Do.
Penelitihan makhluk hidup, apa2 an itu. Sekolah ini juga, kenapa harus memaksa muridnya masuk klub.
“ SEUNGHO AWAS!!”
Tiba tiba aku melihat sebuah bola basket terbang ke arahku. HUP aku berhasil menangkapnya.
“ Mian.” Kata seorang namja yang mengambil bola.
Aku hanya diam
“ Wah, seungho keren..” teriak seorang yeoja, aku mengenali suara itu, Jiyeon
“ Kau mau masuk klub basket ya? Benar juga, di SMP Seungho juga ikut klub basket kan?”
DEG.. Bagaimana dia bisa tahu?
“ Bukan urusanmu.” Kataku dingin “ aku mau pulang.”
“ Apa kau mengajakku?” kata jiyeon dengan wajah innocent nya.
Pletak!! Aku menjitak kepalanya.
“ Seungho sakit!” protesnya. Tapi aku tak peduli, kuambil tasku dan akupun berjalan pulang, aku tahu dia mengikutiku di belakang.
“ Seungho orangnya cepat marah ya?” kata jiyeon saat jaraknya sudah dekat denganku
“ Itu karena ada yang membuatku marah.” Kataku sinis.
dia terkekeh, apa2 an ini, memangnya ada yang lucu?
“Kalau aku tidak tenang, oppa selalu menegurku. Uhm..yang ku maksud oppa tadi itu Kwangmin saem.”
“ Jiyeonnie, katanya kalian saudara sepupu ya?”
“Ya begitulah. Akhir2 ini dia sering menegurku, katanya aku tidak boleh terburu buru, katanay aku harus memahami’nya’ dulu.”
Aku mengerti yang dia maksud ‘nya’ adalah aku.
“ tapi suatu saat nanti kau akn menyerah kan?” tanyaku sekenanya
“ Aku tidak akan menyerah.”
“ Kau ini.. sudahah.” Dengusku kesal.
“ Kalau aku menyerah, hanya penyesalan dan kepahitan yang tersisa.”
Aku menatapnya, ekspresinya tiba2 berubah, selama ini aku hanya melihat Jiyeon seperti anak bodoh yang terlampau ceria, tapi hari ini berbeda, dia tampak…-hampa-

“ kenapa Seungho selalu menolak aku masuk kamarmu?”
aku hanya diam, tak sanggup melihat ekspresi itu
WUSHHH…(Tiba tiba angin bertiup kencang)
. Gawat mataku kemasukan debu
“ seungho gwanchana?” Tanya jiyeon
“ JANGN PEDULIKAN AKU!” bentakku. Akupun berjalan cepat menjauhinya.
“ TAPI SEUNGHO..”
Aku tak memperdulikan teriakannya dan terus berjalan
DOENG!!!
“ Didepanmu, ada tiang listrik.” Kata jiyeon sebelum tawanya meledak.
“ kenapa kau tak bilang dari tadi hah?” dengusku kesal
“ hahaha, habis kau tidak memperdulikanku sih..hahaha..kau tak bisa melihat ya?”
aku tak menjawab, aku hanya mengucek mata kananku
“ Oh, matamu kemasukan sampah ya?” Tanya jiyeon
“ Ini mata yang bisa melihat.”
“ Oh.. kalau begitu…” jiyeon tak melanjutkan kata-katanya, sebaliknya dia menunjukkan ekspresi terkejut. Mungkin dia sudah tahu.
“ Mata kiriku daya penglihatannya melemah dengan aneh, dan sekarang hanya bisa mengenali cahaya. Meski tak mengganggu kehidupanku tapi indra pendekteksi jarak jadi kacau.” Entah kenapa aku jadi cerita padanya
“ Seungho, kalau mau cerita, cerita saja. Aku akan dengarkan.” Kata jiyeon. Kali ini ekspresinya beda lagi, terlihat –dewasa-
“ Waktu angkatanku karena peminatnya sedikit klub basket akan di bubarkan. Makanya waktu pertandingan musim panas waktu kelas 3 SMP bagaimanapun aku ingin menang. Tapi..kita ketinggalan 1 nilai dari tim lawan, waktu tinggal 10 detik, bola yang diberikan teman2..kupikir sudah kutangkap..padahal tinggal sedikit lagi.”
Aku tak bisa melupakannya bunyi peluit tanda pertandingan usai. Dalam hening semua orang menatapku dengan pandangan mengeluh. Kenapa semua orang menyalahkanku?
“ Walau mataku bukan alasan tepat untuk menyerah. Tapi aku tak mau merasakn rasa itu lagi. Untuk melupakan semua itu aku datang kesini seorang diri. Karena aku sendirian kenangan itu tak bisa hilang.”
“ Begitu ya, sekarang aku mengerti.” Jiyeon berhenti sejenak “ seandainya semua menjadi hilang mungkin sekarang kita jadi bahagia. Tapi.. saat di depan kita ada hal yang sama lagi, kita akan mengulang hal yang sama. Aku tidak suka itu.”
Ekspresi itu lagi
“ Jiyeonnie.”
“ Aku hanya ingin memastikan bahwa itu ada di kamarmu. Soalnya aku tidak menemukan di manapun, petunjuknya hanya tinggal di situ. Sebelum kau menghuninya, dulu temanku tinggal disitu. Aku menghilangkan barang berharga miliknya. Sebuah cincin yang berharga maaf ya, tapi aku tak akan menyerah.”
“ jiyeonnie..”
PLETAK aku menjitak kepalanya
“ Kamu itu ya! Kalau alasannya seperti itu, bilang kek dari dulu.”
“ aduh.. jangan pukul aku donk. Sakit tahu!” Jiyeon mengusap kepalanya, kali ini ekspresinya kembali seperti biasa- orang bodoh -
“ Dasar. Aku akan memikirkannya.” Kataku sambil tersenyum
“ Seungho.. kau tersenyum? Apa ini artinya aku boleh masuk kamarmu?” kata jiyeon dengan senyum mengembang di wajahnya
“ Sudah kubilang, aku akan memikirkannya dulu!” kataku sewot.
“ Seungho ganteng deh!” kata jiyeon sambil gelayutan di lenganku
Aku memperhatikannya lagi, ekspresi yang kembali ceria. Semakin mengenalnya aku merasakn sesuatu yang berbeda. Aku tidak tahu itu apa. Mungkin sebuah rasa penasaran. Ada sesuatu dalam dirinya yang sulit dimengerti. Sesuatu yang berubah ubah, benar2 membuatku penasaran untuk lebih mengenalnya.

***

Aku baru membuka jendela kamarku ketika sebuah teriakan memanggilku dari gedung aparment sebelah gedung aparment ku.
“ SEUNGHO!! Kita berangkat bareng yuk!” triak jiyeon cengengesan
“ Dalam 2 menit, cepat turun kebawah!” tambah kwangmin
Mereka ini.. apa mereka benar2 bodoh. Jarak antara gedung kita kan hanya 5 meter kenapa mereka teriak sekeras itu? aku bukannya menghiraukan mereka, tapi karena sekarang sudah jam 7 akupun turun, hanya karena aku tak mau telat ke sekolah.
“ kalian ini, kenapa 2 orang saudara sepupu bisa tinggal dalam 1 atap? Bukankah itu bisa dikira kalian tinggal berdua?”
“ Kami tidak berdua, ada kakak jiyeon juga kok, jadi kita tinggal bertiga.” Kata Kwangmin dengan gaya santainya.
“ Aku disini bukan karena aku senang tinggal disini tapi karna aku mau tinggal di kamar 205 tempat Seungho tinggal.” Kata jiyeon sambil merengut.
Masalah itu lagi.
“ Jiyeon, apa kau mau naik mobil?” Tanya Kwangmin
“ Tidak, aku mau jalan kaki bareng Seungho. Sambil mengenang banyak hal, karena aku ingin segera menemukan cincin itu.”
Cincin itu.. apa itu begitu penting? Orang yang dulu tinggal di kamar 205 adalah teman Jiyeon. Jiyeon lupa dimana dia menghilangkan cincin berharga milik orang itu, sebenarnya ada apa di balik semua ini? Aku semakin penasaran apa yang membuat Jiyeon merasa terikat dan tidak ingin menyerah? Bagaimana dia bisa menghilangkan barang berharga seperti itu?
***


-KELAS 1A-

“ Seungho..kau dipanggil anak klub basket kelas 2 tuh!” kata Suzy setiba aku di kelas

 

“ Apa Seungho akan masuk klub basket?” Tanya jiyeon
“ Entahlah, tadi aku Cuma dititipi pesan itu” kata suzy
“ Katanya waktu SMP dia ikut klub basket.” Kata Jiyeon
“ jinjja?” tanya Suzy “ tapi kok dia pendek?”
“ Tapi kemarin dia mengatakan hal aneh.” Kata Chang Do ikut menimpali “ Dia bilang ‘memangnya ada tidak klub yang tidak memerlukan bertanding dengan orang lain? ‘Begitu. Ah.. dia kembali kau tanya saja padanya.


“ seungho kau mau masuk klub basket?” Tanya jiyeon penasaran
“ Sedang kupikirkan.” Jawabku sngkat
“ Hal yang kau pikirkan banyak juga ya? Hehe” ejek suzy
“ Jangan mencela orang yang salah meletakkan kata!”
“ Jangan lupa, masuk klub adalah syarat terpenting, klub yang tidak perlu bertanding dengan orang lain, ada kok.” Kata jiyeon “ Memang tidak ada di daftar klub kegiatan sih, tapi ini klub cadangan.”
“ jinjja?”
“ ne, kalau kau tertarik datanglah ke ruang data saat jam istirahat!”
***

-JAM ISTIRAHAT RUANG DATA-

“ T ara… Selamat datang di klub pelatihan” kata jiyeon dan kwangmin bersamaan
“ kenapa seongsaengnim ada disini?” tanyaku heran
“ Soalnya aku penasehat di sini.” Jawabnya santai
“ Klub apa ini tadi?”
“ Klub pe-la-ti-han” jawab Jiyeon
“ sebuah klub yang kegiatannya mengambil bola di klub lain, mencabut rumput, dll.” Terang Kwangmin
“ Sebuah klub yang memberikan sumbangan terbesar bagi lingkungan sekolah.”tambah jiyeon
“ KERJAAN GA PENTING!”
“ Ini juga tugas mulia sebagai pembantu OSIS lo!”
“ tetap saja ga penting”
“ Karena klub ini adalah klub yang menampung secara paksa murid yang berhenti di tengah jalan dalam suatu klub disekolah yang diwajibkan muridnya masuk klub. Dengan kata lain ini adalah KLUB YANG LUAR BIASA .” jelas Kwangmin dengan ekspresi yang..-menjijikkan-
“ Apa nggak ada sebutan yang lain? Aku tidak tertarik!” kataku pergi eninggalkan 2 orang bodoh itu.
***


“ jiyeon sini!” teriak Suzy di ruang ganti putri
“ Maaf aku telat.” Kata Jiyeon ngos2an
“ Hei wajahmu pucat, gwancana?” kata Suzy khawatir.


“ gwanchana, itu karna tadi Kwangmin oppa, maksudq Kwangmin saem memaksaku makan, sekarang aku jadi kekenyangan.”
“ ah..tidak berubah tetap mesra ya?”kata Suzy menggoda
“ Asik ya, jiyeon punya sepupu tampan.” Sahut Naeun
“ Seungho juga, tapi karena dia akrab dengan jiyeon jadi susah meyapanya.” Tambah Lee Ji Eun “ apa kalian pacaran?”
“ Ania! Aku tak mungkin pacaraan dengan Seungho, hanya saja ada alasan yang panjaaang..seperti sungai.”
“ Benar, Jiyeon kan punya orang yang disukai sejak dulu,” Suzy memeluk jiyeon “ Tapi kalian benar2 akrab”
“ Bahkan Suzy juga berfikir begitu..” kata Jiyeon bersungut.
“ Sudahlah kalian cepat ganti bajunya nanti kita terlambat ke lapangan.” Kata naeun mengingatkan.


-RUANG OLAHRAGA-

“ Hari ini olahraganya apa?” Tanyaku
“ Hari ini basket.” Jawab Changdo, “itu keahlianmu kan?”
Aku tak menjawab, bermain basket yang benar saja.
“ Waktu masih SMP kau main basket kan?” Tanya Changdo “ Dengan begini… SIAPA YANG MAU BERTARUH SEUNGHO BISA MENCETAK BERAPA ANGKA?” teriak Changdo.
“ Aku mau!”
“ Aku juga!”
Seketika suasana menjadi ramai. Dasar kelas bodoh, menjadikanku sebagai bahan taruhan. Ah..sudah lah aku pasti bisa!!!”

BUUKKK!!!!



-RUANG KESEHATAN-

“ Wahahaahah, aku jadi ingin lihat bagaimana saat Seungho berdiri kaku dan menangkap bola dengan mukanya.”
“ Hei Kwangmin, kau ini wali kelasnya, tertawamu itu berlebihan.” Bentak Nana saem

 

“ Aku ini juga manusia.” Bantah Kwangmin
“ Sudah cepat kembali ke kelasmu!” bentak Nana
“ Aku sedang tidak ada kelas.”
BRAAKK!! Tiba-tiba pintu terbuka.
“ Nana saem, mana Seungho?” teriak jiyeon
“ Oh tuaN putri, itu.” kata Nana saem sambil menunjukku “ dia gegar otak ringan saja kok.”
Ah ini lagi, dia pasti datang kesini untuk menertawakanku
“ seungho gwanchana?? apa kau mengenaliku?” Tanya jiyeon dengan ekspresi khawatir. Ayolah ini berlebihan.
“ Ne, naneun gwancana.”
“ Syukurlah.” Kata jiyeon lega. “ Seungho, hari ini kau sakit jadi makan malam di rumah kami saja ya!”
“ Hei, apa tak apa2, hari ini hari Rabu, Youngmin libur.” Kata Kwangmin
“ Gak apa2, Youngmin oppa ga akn marah.”
“ tunggu, kalian ini bicara apa sih? Youngmin, siapa dia?”
“ Tenang, kau akan melihat ‘sesuatu yang menarik’” jawab Jiyeon sambil menegrling nakal. “ Kau mau kan?”
Aku mengangguk, aku tak punya pilihan, akibat terkena bola tadi kepalaku masih sakit jadi tidak bisa memasak.
“ aku ada urusan sebentar, nanti aku antar kalian pulang.” Kata Kwangmin sambil menarik Nana saem keluar. “ Ayo Nana!”

“ seungho benar tak apa2?”
“ Ne, aku bisa menyentuh bola, tapi hanya di mulainya pertandingan aku langsung flashback ke masa itu. tiba2 tubuhku tak bisa di gerakkan.”
“ Kenapa tubuhmu tak bisa di gerakkan?” Tanya jiyeon
“ Aku tidak tahu, seperti trauma tapi tidak mengakar.”
“ aneh, padahal kau suka basket kan?”
“ Yang ini dan yang itu masalahnya beda. Hal itu tetaplah kenangan pahit.”
“ Iya sih, tapi bukan berarti tak ada kenangan manisnya kan?” kata Jiyeon, kali ini tersenyum hangat. “ Waktu itu pasti ada. Kalau memikirkan kira2 apa yang terjadi besok kita akan berdebar-debar seperti ingin berhenti dan tidak mau memulainya lagi.iya kan?”
A ku memandang Jiyeon, dia jadi berbeda lagi. Tapi dia benar. Mungkin alasan kenapa dia tidak menyerah pasti mungkin ada hal yang membahagiakan sebelumnya.

***



Ting tong…
“ Jiyeonnie.. Apa maksudmu dengan ‘sesuatu yang menarik’?”tanyaku saat berada di depan apartmennya.
“ Aku punya rahasia sebenarnya.. Kwangmin oppa bukanlah sepupuku. Tapi kakak kandungku.”

CLAK (pintu di buka)
“ Selamat datang”
aku terperanjat melihat sosok yang membukakan pintu. Wajahnya mirip sekali dengan Kwangmin saem. Apakah mereka..
KEMBAR??

                                                                                                                              TBC

No comments:

Post a Comment