Aku selalu memikirkan keberadaan kita berdua
“ Hmmm.. demammu
37 derajat celcius. Ini sudah pasti demam. Hari ini lebih baik kalau kau tak
usah masuk kerja.” Kata Kwangmin
“ Payah.” Jawab Youngmin
“ Youngmin kan memang gampang terserang demam.”
“ Ya. Kalau kamu malah nggak
pernah sakit.”
“ Kalau gitu, bagaimana kalau aku
menggantikan Youngmin di tempat kerja?”
“ JANGAN CARI MASALAH DENGAN
ORANG SAKIT DONK! Uhuk uhuk”
“ Youngmin oppa
nggak apa2? “ tanya Jiyeon yang tiba2 masuk kamar ku
“ Jiyeon jangan masuk. Nanti
tertular!” larangku
“ Kalau gitu lihat saja boleh?”
“ Nggak usah lihat begitu.”
“ AAACCHHH Youngmin oppa pelit!!
Aku main ke tempat Seungho aja!”
“ MWO!!!! Uhuk uhuk.”
“ Ck ckck, jangan teriak2 nanti
batukmu tambah parah lho. Aku akan menelepon tempat kerjamu, hari ini kau
istirahat saja dengan tenang.”
BLAAMMM
Sok
tenang sekali dia. Dari dulu aku memang tipe orang yang perasaannya mudah
terbaca dari ekspresi wajah. Sebaliknya adik kembarku Kwangmin , apa yang
dipikirkannya selalu sulit ditebak.
Kami
memang terlahir dari sel telur yang sama. Kami berdua sama2 disayang. Orang
melihat kami sebagai ‘satu set’. Selalu diperlakukan sebagai orang yang sama.
Dalam hati aku merasa kesal dan
marah. Tapi disampingku dia hanya tertawa ringan. Dia memang seperti itu. lalu
yang membuatnya semakin sulit dimengerti adalah itu.. saat kelas 1 SMA , saat
Kwangmin masuk keluarga ajuma sebagai anak angkat. Jadilah dia JO Kwangmin.
Ri
an ajuma adalah adik aboji yang umurnya terpaut 10 tahun, seperti aku dan
Jiyeon. Sejujurnya aku lemah terhadap wanita itu.
Ajuma
yang sangat mirip dengan Jiyeon.
Tubuhnya sedikit lemah. Kami
memperlakukannya seakan akan dia seperti akan pecah jika disentuh terlalu keras.
Ajuma
yang seperti itu, sangat dekat dengan Kwangmin sejak kecil. Lalu itu berlajut
hingga Kwangmin berajak dewasa. Bentuk keramahan yang mulai berubah.
Satu
hal lagi yang membuatku lemah, dia adalah wanita yang tak bisa melahirkan anak.
“ Coba kalau Kwangmin anakku ya? Kalau
Youngmin kan anak pertama, JIyeon adalah anak perempuan yang sangat
kalian idamkan. Tapi kalau Kwangmin.. oppa boleh kan aku meminta Kwangmin.” Kata Ri an
ajuma
“ Mereka kan
bukan anak kucing.” Jawab aboji
“ Ri an, kau tidak sopan dengan si kembar.” Kata ajushi
“ Tapi aku kan
juga ingin menjadi ibu.”
Dia
berbicara seolah seandainya ada dua benda yang sama maka jika diambil satu tak
akan masalah. Aku benar2 terluka.
“ Tidak apa2.”
“ Kwangmin sungguh?”
Kwangmin
yang selalu bercanda tiba2 berkata dengan tenang. Namun perkataan itu akhirnya
jadi kenyataan
“
Kwangmin aku diterima di Hanyoung
High School!”
“ Youngmin selamat ya! Ujian
penerimaan murid baru akhirnya selesai juga.”
“ Benar. Akhirnya kita SMA juga.”
“ Dengan begini akhirnya aku bisa
bicara.”
“ Heh?”
“ Akhir bulan ini aku akan masuk
anggota keluarga JO. Sudah jauh2 hari kuputuskan.”
Aku
sangat kaget. Kwangmin akan pergi? Waktu tiba2 dia berubah rencana untuk
mendaftar sekolah di Sewon
High School kupikir karena
kami selalu sekolah di tempat yang sama sebelumnya, jadi dia ingin sekolah di
SMA yang berbeda. Tapi setelah dipikir lagi, jarak antara Sewon High School
dan rumah keluarga Jo sangat dekat.
Sampai
begitunyakah wanita itu bagi Kwangmin? Keberadaannya begitu istimewa. Setelah
sendiri aku mulai berfikir. Perasaan yang tidak tenang saat dia tidak ada.
Sampai sekarangpun aku masih merasa jengkel atas ketidak mengertiaku tentang apa
yang dipikirkannya.
Aku
tidak ingin memahami perasaan yang seperti itu. dan aku mulai menghindari
bertemu dengan Kwangmin.
Tapi…
datanglah hari itu….
“ Oppa… oppa kenapa?” tanya Jiyeon terkejut “ Kenapa oppa menangis?
Oppa sakit?”
Tiba2
perasaanku meluap, aku bahkan tidak tahu apakah ini baik atau buruk. Hanya satu
yang bisa kukatakan
“ Bukan! Bukan aku.. aku tidak apa2.”
“ Kenapa oppa nangis?”
Beberapa
menit kemudian telepon berdering. Telepon yang mengabarkan kematian Ri an
ajuma.
Wajah
ajuma ketika meninggal, tidak seperti orang mati, tapi lebih seperti sedang tertidur.
Aku mencari Kwangmin, sudah cukup aku menghindarinya. Aku tidak tahu harus
berwajah seperti apa saat aku bertemu dengannya. Tapi apa boleh buat, aku ingin
bertemu.
“ kwangmin..”
Aku
melihat pemandangan yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Kwangmin berurai air mata. Tiba2 dia memelukku dan
menangis seperti anak kecil.
Kami
memang orang yang berbeda, tapi kami saling berkaitan. Sejak saat itu, beberapa kali perasaan yang sama menyerangku. Perasaan
kepedihan yang dalam. Saat Jiyeon sakit waktu kelas 3 SD. Juga waktu terjadi
kecelakaan itu
Aku
membuka mataku, ada Kwangmin yang tertidur di samping ranjangku. Apakah setelah 9 tahun akhirnya datang juga
hari dimana kita akan hidup bersama. Cukup aku yang merasakan dan berfikir
seperti itu. walaupun aku tidak akan mengatakanya..
“ Kenapa kamu mau diangkat anak
sih?”
“ Mau tahu?”
PLETAK!!!
“ KALAU SUDAH BANGUN BILANG DONK!
JANGAN PURA2 TIDUR!”
“ Ah.. demamnya sudah turun.”
“ JANGAN CENGENGESAN!”
“ Iya, maaf. Soal pertanyaanmu
tadi, aku akan menjawab. Itu karena ajuma selalu bisa membedakan kita. Bahkan
saat aku berpura pura jadi Youngmin.”
“ Lalu apa hanya itu?”
“ Iya. Walau Cuma itu bagiku
cukup hebat lho! Lalu secara nggak sengaja aku mengetahui bahwa hidupnya sudah
tidak lama lagi. Aku selalu ingin melakukan banyak hal untuknya. oh iya
sebelumnya Youngmin tidak pernah menanyakan hal itu kan. Kupikir Youngmin tidak pernah peduli
aku bagaimana. Tapi kalau aku, walaupun terpisah dengan Youngmin aku tetap
merasakan keberadaanmu.”
Dia..
juga..
“Baik aku maupun Youngmin bukanlah orang yang
sama. Tapi, kita tetap bisa saling memiliki. Itu sudah pasti. Perasaan seperti
itulah yang membuatku bisa bertahan. Kalau Youngmin bagaimana?”
Selalu..
Aku selalu memikirkan arti keberadaan kami berdua. Aku adalah aku, dan Kwangmin
adalah Kwangmin. Kami berdua orang yang berbeda.
“ Oh ya, Youngmin belum makan kan? Kau harus makan
biar bisa minum obat. Aku suapin yaa..”
“ JANGAN MACAM2!”
“ Situasi seperti ini sudah lama sekali ya.
Tiba2 aku merasa seperti..’pengantin baru’.”
“ TUTUP MULUTMU!”
***
-KAMAR
205-
“
mereka itu punya kekuatan super yang namanya telepati!” jelas Jiyeon
“ Kekuatan super?”
“ Iya, pokoknya super deh. Tadi
juga, …”
“ Oppa kenapa pegang2 termometer?”
“ Oh.. badanku rasanya agak lemas.”
“ Oppa demam?”
“ Bukan aku, sepertinya Youngmin. Aku periksa ke kamarnya dulu ya.”
“ Apa mungkin karena mereka lahir
bersama jadi mereka punya kekuatan super itu. “ lanjut Jiyeon.
END