Saturday, 30 June 2012

I’LL BE THERE (Sequel of The Story I Didn’t know)


Aku selalu memikirkan keberadaan kita berdua




“ Hmmm.. demammu 37 derajat celcius. Ini sudah pasti demam. Hari ini lebih baik kalau kau tak usah masuk kerja.” Kata Kwangmin
“ Payah.” Jawab Youngmin
“ Youngmin kan memang gampang terserang demam.”
“ Ya. Kalau kamu malah nggak pernah sakit.”
“ Kalau gitu, bagaimana kalau aku menggantikan Youngmin di tempat kerja?”
“ JANGAN CARI MASALAH DENGAN ORANG SAKIT DONK! Uhuk uhuk”
           
“ Youngmin oppa nggak apa2? “ tanya Jiyeon yang tiba2 masuk kamar ku
“ Jiyeon jangan masuk. Nanti tertular!” larangku
“ Kalau gitu lihat saja boleh?”
“ Nggak usah lihat begitu.”
“ AAACCHHH Youngmin oppa pelit!! Aku main ke tempat Seungho aja!”
“ MWO!!!! Uhuk uhuk.”
“ Ck ckck, jangan teriak2 nanti batukmu tambah parah lho. Aku akan menelepon tempat kerjamu, hari ini kau istirahat saja dengan tenang.”
            BLAAMMM
            Sok tenang sekali dia. Dari dulu aku memang tipe orang yang perasaannya mudah terbaca dari ekspresi wajah. Sebaliknya adik kembarku Kwangmin , apa yang dipikirkannya selalu sulit ditebak.
            Kami memang terlahir dari sel telur yang sama. Kami berdua sama2 disayang. Orang melihat kami sebagai ‘satu set’. Selalu diperlakukan sebagai orang yang sama.


 
Dalam hati aku merasa kesal dan marah. Tapi disampingku dia hanya tertawa ringan. Dia memang seperti itu. lalu yang membuatnya semakin sulit dimengerti adalah itu.. saat kelas 1 SMA , saat Kwangmin masuk keluarga ajuma sebagai anak angkat. Jadilah dia JO Kwangmin.
            Ri an ajuma adalah adik aboji yang umurnya terpaut 10 tahun, seperti aku dan Jiyeon. Sejujurnya aku lemah terhadap wanita itu.
            Ajuma yang sangat mirip dengan Jiyeon. 


 
Tubuhnya sedikit lemah. Kami memperlakukannya seakan akan dia seperti akan pecah jika disentuh terlalu keras.
            Ajuma yang seperti itu, sangat dekat dengan Kwangmin sejak kecil. Lalu itu berlajut hingga Kwangmin berajak dewasa. Bentuk keramahan yang mulai berubah.
            Satu hal lagi yang membuatku lemah, dia adalah wanita yang tak bisa melahirkan anak.

“ Coba kalau Kwangmin anakku ya? Kalau  Youngmin kan anak pertama, JIyeon adalah anak perempuan yang sangat kalian idamkan. Tapi kalau Kwangmin.. oppa boleh kan aku meminta Kwangmin.” Kata Ri an ajuma
“ Mereka kan bukan anak kucing.” Jawab aboji
“ Ri an, kau tidak sopan dengan si kembar.” Kata ajushi
“ Tapi aku kan juga ingin menjadi ibu.”

            Dia berbicara seolah seandainya ada dua benda yang sama maka jika diambil satu tak akan masalah. Aku benar2 terluka.

“ Tidak apa2.”

 
“ Kwangmin sungguh?”

            Kwangmin yang selalu bercanda tiba2 berkata dengan tenang. Namun perkataan itu akhirnya jadi kenyataan


            “ Kwangmin aku diterima di Hanyoung High School!”
“ Youngmin selamat ya! Ujian penerimaan murid baru akhirnya selesai juga.”
“ Benar. Akhirnya kita SMA juga.”
“ Dengan begini akhirnya aku bisa bicara.”
“ Heh?”
“ Akhir bulan ini aku akan masuk anggota keluarga JO. Sudah jauh2 hari kuputuskan.”
            Aku sangat kaget. Kwangmin akan pergi? Waktu tiba2 dia berubah rencana untuk mendaftar sekolah di Sewon High School kupikir karena kami selalu sekolah di tempat yang sama sebelumnya, jadi dia ingin sekolah di SMA yang berbeda. Tapi setelah dipikir lagi, jarak antara Sewon High School dan rumah keluarga Jo sangat dekat.


 










   
Sampai begitunyakah wanita itu bagi Kwangmin? Keberadaannya begitu istimewa. Setelah sendiri aku mulai berfikir. Perasaan yang tidak tenang saat dia tidak ada. Sampai sekarangpun aku masih merasa jengkel atas ketidak mengertiaku tentang apa yang dipikirkannya.
            Aku tidak ingin memahami perasaan yang seperti itu. dan aku mulai menghindari bertemu dengan Kwangmin.
            Tapi… datanglah hari itu….

“ Oppa… oppa kenapa?” tanya Jiyeon terkejut “ Kenapa oppa menangis? Oppa sakit?”

            Tiba2 perasaanku meluap, aku bahkan tidak tahu apakah ini baik atau buruk. Hanya satu yang bisa kukatakan

 “ Bukan! Bukan aku..  aku tidak apa2.”
“ Kenapa oppa nangis?”

            Beberapa menit kemudian telepon berdering. Telepon yang mengabarkan kematian Ri an ajuma.
            Wajah ajuma ketika meninggal, tidak seperti orang mati, tapi lebih seperti sedang tertidur. Aku mencari Kwangmin, sudah cukup aku menghindarinya. Aku tidak tahu harus berwajah seperti apa saat aku bertemu dengannya. Tapi apa boleh buat, aku ingin bertemu.

“ kwangmin..”

            Aku melihat pemandangan yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Kwangmin  berurai air mata. Tiba2 dia memelukku dan menangis seperti anak kecil.
            Kami memang orang yang berbeda, tapi kami saling berkaitan. Sejak saat itu, beberapa  kali perasaan yang sama menyerangku. Perasaan kepedihan yang dalam. Saat Jiyeon sakit waktu kelas 3 SD. Juga waktu terjadi kecelakaan itu







            Aku membuka mataku, ada Kwangmin yang tertidur di samping ranjangku.  Apakah setelah 9 tahun akhirnya datang juga hari dimana kita akan hidup bersama. Cukup aku yang merasakan dan berfikir seperti itu. walaupun aku tidak akan mengatakanya..

“ Kenapa kamu mau diangkat anak sih?”
“ Mau tahu?”
            PLETAK!!!
“ KALAU SUDAH BANGUN BILANG DONK! JANGAN PURA2 TIDUR!”
“ Ah.. demamnya sudah turun.”
“ JANGAN CENGENGESAN!”
“ Iya, maaf. Soal pertanyaanmu tadi, aku akan menjawab. Itu karena ajuma selalu bisa membedakan kita. Bahkan saat aku berpura pura jadi Youngmin.”
“ Lalu apa hanya itu?”
“ Iya. Walau Cuma itu bagiku cukup hebat lho! Lalu secara nggak sengaja aku mengetahui bahwa hidupnya sudah tidak lama lagi. Aku selalu ingin melakukan banyak hal untuknya. oh iya sebelumnya Youngmin tidak pernah menanyakan hal itu kan. Kupikir Youngmin tidak pernah peduli aku bagaimana. Tapi kalau aku, walaupun terpisah dengan Youngmin aku tetap merasakan keberadaanmu.”

            Dia.. juga..

 “Baik aku maupun Youngmin bukanlah orang yang sama. Tapi, kita tetap bisa saling memiliki. Itu sudah pasti. Perasaan seperti itulah yang membuatku bisa bertahan. Kalau Youngmin bagaimana?”

            Selalu.. Aku selalu memikirkan arti keberadaan kami berdua. Aku adalah aku, dan Kwangmin adalah Kwangmin. Kami berdua orang yang berbeda.







 

“ Oh ya, Youngmin belum makan kan? Kau harus makan biar bisa minum obat. Aku suapin yaa..”
“ JANGAN MACAM2!”
 “ Situasi seperti ini sudah lama sekali ya. Tiba2 aku merasa seperti..’pengantin baru’.”
“ TUTUP MULUTMU!”

***

            -KAMAR 205-

            “ mereka itu punya kekuatan super yang namanya telepati!” jelas Jiyeon
“ Kekuatan super?”
“ Iya, pokoknya super deh. Tadi juga, …”

“ Oppa kenapa pegang2 termometer?”
“ Oh.. badanku rasanya agak lemas.”
“ Oppa demam?”
“ Bukan aku, sepertinya Youngmin. Aku periksa ke kamarnya dulu ya.”

“ Apa mungkin karena mereka lahir bersama jadi mereka punya kekuatan super itu. “ lanjut Jiyeon.


END