Saturday 30 June 2012

I’LL BE THERE (Sequel of The Story I Didn’t know)


Aku selalu memikirkan keberadaan kita berdua




“ Hmmm.. demammu 37 derajat celcius. Ini sudah pasti demam. Hari ini lebih baik kalau kau tak usah masuk kerja.” Kata Kwangmin
“ Payah.” Jawab Youngmin
“ Youngmin kan memang gampang terserang demam.”
“ Ya. Kalau kamu malah nggak pernah sakit.”
“ Kalau gitu, bagaimana kalau aku menggantikan Youngmin di tempat kerja?”
“ JANGAN CARI MASALAH DENGAN ORANG SAKIT DONK! Uhuk uhuk”
           
“ Youngmin oppa nggak apa2? “ tanya Jiyeon yang tiba2 masuk kamar ku
“ Jiyeon jangan masuk. Nanti tertular!” larangku
“ Kalau gitu lihat saja boleh?”
“ Nggak usah lihat begitu.”
“ AAACCHHH Youngmin oppa pelit!! Aku main ke tempat Seungho aja!”
“ MWO!!!! Uhuk uhuk.”
“ Ck ckck, jangan teriak2 nanti batukmu tambah parah lho. Aku akan menelepon tempat kerjamu, hari ini kau istirahat saja dengan tenang.”
            BLAAMMM
            Sok tenang sekali dia. Dari dulu aku memang tipe orang yang perasaannya mudah terbaca dari ekspresi wajah. Sebaliknya adik kembarku Kwangmin , apa yang dipikirkannya selalu sulit ditebak.
            Kami memang terlahir dari sel telur yang sama. Kami berdua sama2 disayang. Orang melihat kami sebagai ‘satu set’. Selalu diperlakukan sebagai orang yang sama.


 
Dalam hati aku merasa kesal dan marah. Tapi disampingku dia hanya tertawa ringan. Dia memang seperti itu. lalu yang membuatnya semakin sulit dimengerti adalah itu.. saat kelas 1 SMA , saat Kwangmin masuk keluarga ajuma sebagai anak angkat. Jadilah dia JO Kwangmin.
            Ri an ajuma adalah adik aboji yang umurnya terpaut 10 tahun, seperti aku dan Jiyeon. Sejujurnya aku lemah terhadap wanita itu.
            Ajuma yang sangat mirip dengan Jiyeon. 


 
Tubuhnya sedikit lemah. Kami memperlakukannya seakan akan dia seperti akan pecah jika disentuh terlalu keras.
            Ajuma yang seperti itu, sangat dekat dengan Kwangmin sejak kecil. Lalu itu berlajut hingga Kwangmin berajak dewasa. Bentuk keramahan yang mulai berubah.
            Satu hal lagi yang membuatku lemah, dia adalah wanita yang tak bisa melahirkan anak.

“ Coba kalau Kwangmin anakku ya? Kalau  Youngmin kan anak pertama, JIyeon adalah anak perempuan yang sangat kalian idamkan. Tapi kalau Kwangmin.. oppa boleh kan aku meminta Kwangmin.” Kata Ri an ajuma
“ Mereka kan bukan anak kucing.” Jawab aboji
“ Ri an, kau tidak sopan dengan si kembar.” Kata ajushi
“ Tapi aku kan juga ingin menjadi ibu.”

            Dia berbicara seolah seandainya ada dua benda yang sama maka jika diambil satu tak akan masalah. Aku benar2 terluka.

“ Tidak apa2.”

 
“ Kwangmin sungguh?”

            Kwangmin yang selalu bercanda tiba2 berkata dengan tenang. Namun perkataan itu akhirnya jadi kenyataan


            “ Kwangmin aku diterima di Hanyoung High School!”
“ Youngmin selamat ya! Ujian penerimaan murid baru akhirnya selesai juga.”
“ Benar. Akhirnya kita SMA juga.”
“ Dengan begini akhirnya aku bisa bicara.”
“ Heh?”
“ Akhir bulan ini aku akan masuk anggota keluarga JO. Sudah jauh2 hari kuputuskan.”
            Aku sangat kaget. Kwangmin akan pergi? Waktu tiba2 dia berubah rencana untuk mendaftar sekolah di Sewon High School kupikir karena kami selalu sekolah di tempat yang sama sebelumnya, jadi dia ingin sekolah di SMA yang berbeda. Tapi setelah dipikir lagi, jarak antara Sewon High School dan rumah keluarga Jo sangat dekat.


 










   
Sampai begitunyakah wanita itu bagi Kwangmin? Keberadaannya begitu istimewa. Setelah sendiri aku mulai berfikir. Perasaan yang tidak tenang saat dia tidak ada. Sampai sekarangpun aku masih merasa jengkel atas ketidak mengertiaku tentang apa yang dipikirkannya.
            Aku tidak ingin memahami perasaan yang seperti itu. dan aku mulai menghindari bertemu dengan Kwangmin.
            Tapi… datanglah hari itu….

“ Oppa… oppa kenapa?” tanya Jiyeon terkejut “ Kenapa oppa menangis? Oppa sakit?”

            Tiba2 perasaanku meluap, aku bahkan tidak tahu apakah ini baik atau buruk. Hanya satu yang bisa kukatakan

 “ Bukan! Bukan aku..  aku tidak apa2.”
“ Kenapa oppa nangis?”

            Beberapa menit kemudian telepon berdering. Telepon yang mengabarkan kematian Ri an ajuma.
            Wajah ajuma ketika meninggal, tidak seperti orang mati, tapi lebih seperti sedang tertidur. Aku mencari Kwangmin, sudah cukup aku menghindarinya. Aku tidak tahu harus berwajah seperti apa saat aku bertemu dengannya. Tapi apa boleh buat, aku ingin bertemu.

“ kwangmin..”

            Aku melihat pemandangan yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Kwangmin  berurai air mata. Tiba2 dia memelukku dan menangis seperti anak kecil.
            Kami memang orang yang berbeda, tapi kami saling berkaitan. Sejak saat itu, beberapa  kali perasaan yang sama menyerangku. Perasaan kepedihan yang dalam. Saat Jiyeon sakit waktu kelas 3 SD. Juga waktu terjadi kecelakaan itu







            Aku membuka mataku, ada Kwangmin yang tertidur di samping ranjangku.  Apakah setelah 9 tahun akhirnya datang juga hari dimana kita akan hidup bersama. Cukup aku yang merasakan dan berfikir seperti itu. walaupun aku tidak akan mengatakanya..

“ Kenapa kamu mau diangkat anak sih?”
“ Mau tahu?”
            PLETAK!!!
“ KALAU SUDAH BANGUN BILANG DONK! JANGAN PURA2 TIDUR!”
“ Ah.. demamnya sudah turun.”
“ JANGAN CENGENGESAN!”
“ Iya, maaf. Soal pertanyaanmu tadi, aku akan menjawab. Itu karena ajuma selalu bisa membedakan kita. Bahkan saat aku berpura pura jadi Youngmin.”
“ Lalu apa hanya itu?”
“ Iya. Walau Cuma itu bagiku cukup hebat lho! Lalu secara nggak sengaja aku mengetahui bahwa hidupnya sudah tidak lama lagi. Aku selalu ingin melakukan banyak hal untuknya. oh iya sebelumnya Youngmin tidak pernah menanyakan hal itu kan. Kupikir Youngmin tidak pernah peduli aku bagaimana. Tapi kalau aku, walaupun terpisah dengan Youngmin aku tetap merasakan keberadaanmu.”

            Dia.. juga..

 “Baik aku maupun Youngmin bukanlah orang yang sama. Tapi, kita tetap bisa saling memiliki. Itu sudah pasti. Perasaan seperti itulah yang membuatku bisa bertahan. Kalau Youngmin bagaimana?”

            Selalu.. Aku selalu memikirkan arti keberadaan kami berdua. Aku adalah aku, dan Kwangmin adalah Kwangmin. Kami berdua orang yang berbeda.







 

“ Oh ya, Youngmin belum makan kan? Kau harus makan biar bisa minum obat. Aku suapin yaa..”
“ JANGAN MACAM2!”
 “ Situasi seperti ini sudah lama sekali ya. Tiba2 aku merasa seperti..’pengantin baru’.”
“ TUTUP MULUTMU!”

***

            -KAMAR 205-

            “ mereka itu punya kekuatan super yang namanya telepati!” jelas Jiyeon
“ Kekuatan super?”
“ Iya, pokoknya super deh. Tadi juga, …”

“ Oppa kenapa pegang2 termometer?”
“ Oh.. badanku rasanya agak lemas.”
“ Oppa demam?”
“ Bukan aku, sepertinya Youngmin. Aku periksa ke kamarnya dulu ya.”

“ Apa mungkin karena mereka lahir bersama jadi mereka punya kekuatan super itu. “ lanjut Jiyeon.


END
       

Sunday 24 June 2012

THE STORY I DIDN'T KNOW (PART 9 END)







Cincinnya ada di Yoseob?
Seungho bertemu dengan JB..
Aku tidak tahu..
Saat ini yang kutahu, aku sedang menagis tanpa tahu apapun.
Hanya satu yang bisa kukatakan, pada akhirnya aku hanyalah berputar-putar, melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ada artiya.

***

“ Yoseob..”
“ Eli, sampai sekarangpun aku masih meresa nggak melakukan hal yang salah. Aku nggak bisa menghukum perasaan Jiyeon. Hal itu akulah yang paling tahu. Kepedihan itu… karenanya, aku tak bisa membiarkan JB berada di dekat Jiyeon.”




“ Iya.”
“ Eli, terima kasih kamu masih mau bungkam soal hari itu sampai sekarang. Sekalipun aku sama sekali nggak melupakan hari itu, tapi aku hanya tdak mau melihat Jiyeon terluka lebih dari itu..


-FLASHBACK-

         “ Kmu ingin meneymbunyikan cincin nikahnya?” tanya Yoseob “ Dasar pencuri! Kalau ketahuan bisa dimarain lho!”
“ Bukan kok! Nanti langsung dikembalikan!”
“ Kamu kan nggak tahu bakal dibenci apa nggak. Lagian kalau begitu apa kau pikir akan berjalan mulus?”
“ Benar juga, aku bakal dibenci nggak ya?”
“ Untuk apa? Kau melakukannya”
“ Aku ingin mengucap selamat dari hatiku dengan tulus, aku ingin mengucap ‘selamat menempuh hidup baru’ pada JB dan Sora. Kedua orang itu memang sanagt akrab. Benar2 pasangan yang ideal. Tapi itu membuatku kesal. Aku mana bisa dibandingkan dengan Sora, aku tahu itu. Aku membuatmu bingung ya?”
            Yoseob diam
“ La..lau mereka bertengkar nggak ya? Ayo..dosembunyikan dimana?”
“ Ngomongmu berantakan!” kata Yoseob
“ Aku tahu, nanti pasti akan dimarahi, tapi.. supaya dia nggak sadar cincinnya sudah hilang kita langsung balikin aja ke tempat asalnya.”
“ Baiklah, aku temani.”








“ Jinjja? Yoseob, terima kasih!”
         Mungkin Jiyeon memang tidak meyukaiku. Dia menyukai JB, walau aku nggak suka kalau kita tetap jadi seorang teman.. aku juga nggak mau hubungan yang sekarang hancur..
“ Seungho! Aku menemukannya. Sekarang dia lagi mengobrol di telepon.” Kata Jiyeon menunjukkan cincin
“ Memang mau disembunyikan dimana?”
“ Ah.. iya juga.. Yoseob ayo kita pergi!” kata Jiyeon menarikku
“ Kemana?”
“ KE RUANG DATA!”
         Jiyeon menarikku, berlari ke arah sekolah. Tapi di saat itu juga aku melihat JB berdiri di baklon, memangdang ke arah kami. JIYEON.. GAME OVER

            Seperti biasanya, perasaan yang nggak enak. Sebelumnya Kwangmin hyung pernah bilang, katanya dia seperti cermin. Memantulkan tindakan lawan. ‘maksud baik dibalas dengan kebaikan, permusuhan di balas dengan permusuhan’. Logikanay aku paham, tapi.. ini terlalu ekstrim.

-RUANG DATA-

     “ Jantungku seperti mau copot!” kata Jiyeon ngos ngosan “ Harus disembunyikan dimana ya, biar nggak ketahuan orang?”
“ Jiyeonie, dia melihat kita.. dia melihat kita dari belakang.”
“ bohong!”
Saat itu.. aku merasa aliran darahku berhenti
“ JIYEON!
“ A.. aku mencuri! Cincin ini.. ketahuan.. aku akan dibenci..”







                  Degg
                   Tangan yang gemetaran, rasanya saat itu aku seperti berada di posisi Jiyeon. Melihat wajah Jiyeon yang menangis . Mengetahui kalau penyebabnya JB, aku sangat iri.. tapi..
“ AYO KITA MINTA MAAF!”
“” Yoseob..”
“ Lebih cepat lebih baik! Cincinnya biar aku yang bawa, ayo berdiri!”
“ Tapi..”
“ CEPAT!”
        Di luar..
Sakura yang baru bermekaran..
Suara desiran kelopak sakura yang berguguran. Seperti halnya hatiku. Ingatan itu sanagt menggangguku. Saat kami berlari menuruni tanjakan, aku melihat Eli . Sepertinya Jiyeon tak melihat apapun.
Apapun.. Perasaanku gelap. Bagaimana melepaskannya? Terbebas dari perasaan ini? Sampai kapan perasaan ini akan terus berlanjut?
“ Eh.. Sora!” teriak Jiyeon pada Sora saat mereka berpapasan di jalan.
               Jiyeon berlari ke arah Sora. Aku ingin mengejarnya, tapi Eli merengkuh lenganku
“ Yoseob, ada apa? Kenapa wajahmu pucat”
“ aku..”
Cincin JB, saat itu aku masih membawanya,
“ Yoseob, Jiyeon terlihat aneh.” Kata Eli
              Aku melihat ke arah Jiyeon, disana, juga ada JB. Menurutku JB lah yang paling aneh. Dia seakan datang hendak menjemput Sora. Yang kami bisa lakukan saat itu hanyalah memandangi mereka.
Wanita itu menyerahkan sesuatu pada Jiyeon, belakangan aku tahu klau itu adalah cincin pertunangan.
             JB..hanya diam. Berdiri tanpa tergetar sedikitpun. Bahkan saat Sora pergi, dia tidak menegjarnya. Justru Jiyeonlah yang mengejarnya. Dia begitu bersikeras. Seperti sebuah penyambung.
Aku tidak paham.. Keadaan waktu itu..sekarangpun masih banayk yang elum kupahami. Aku hanay terus menatap, Jiyeon yang sedang berlari menejear Sora, dia melompat ke arah jalan raya.
              Sesaat yang terlihat adalah JB yang tergeletak di jlan karena melindungi Jiyeon. Aku tidak tahu siapa sebenarnya yang paling bersalah. Tapi yang ada dalam pikiranku adalah.. bahwa Jiyeon terlalu terlibat dalam masalah kedua orang itu.
             Dan akupun SHOCK! Karena ternyata..
Jiyeon lupa bahwa saat itu, dia bersamaku!

-FLASHBACK END, YOSEOB POV END-

***

-JIYEON POV-

            Cincinnya ada di Yoseob?Seungho bertemu dengan JB..Aku tidak tahu.. Saat ini yang kutahu, aku sedang menagis tanpa tahu apapun. Hanya satu yang bisa kukatakan, pada akhirnya aku hanyalah berputar-putar, melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ada artiya.
Degg

               Aku ingat! Kali ini aku mengingatnya dengan begitu jelas. Hal yang kuingat, saat liburan musim semi, saat aku dan Yoseob berumur 14 tahun. Hari ketika aku menghilangkan cincin

Maaf ya Jiyeon, bisakah kau kembalikan ini pada JB?” kata Sora
Sora! Tunggu! JB, kenapa kau diam saja?”
Bukan begini, bukan begini yang aku mau. Apa gara2 tindakanku makanya jadi seperti ini?

          Aku telah melewatkan sesuatu yang vital.

-JIYEON POV END-
***

           Aku meminta tolong pada Nana saem untuk mengantarku ke rumah JB. Tapi yang kulihat adalah pemandanagn yang sama seperti saat aku berkunjung dulu.
“ HEI! PEMALAS KENAPA KAMARMU BERANTKAN LAGI! Baik Lee Teuk saem maupun Sora sudah tidak aad di dekatmu tahu!”
“ Eh.. kallian berdua.. selamat pagi…” kata JB yang baru bangun tidur.
“ SUDAH SIANG TAHU! Aku buatkan makan siang dulu!” Nana meggerutu.
“ Seungho kenapa kesini? Ada perlu? Apa kamu tahu soal buku itu?”
“ Ada yang ingin kutanyakan! Tentang ingatan JB di masa lalu. Kamu sudah baca semua isi diary mu kan? Itu sampai hari sebelum kecelakaan kan? Kalau begitu bisa beritahu aku, di hari sebelum terjadinya kecelakaan, kenapa Kang Sora datang dan menyerahkan cincin itu?”
“ Kenapa kamu tiba2 menanyakan itu?”
“ Sejujurnya apapun akan kulakukan, andai saja ada yang bisa kulakuakn untuk Jiyeon. Apapun akan kulakukan. Tapi tidak bisa, sekarang bukan itu intinya. Bagiku yang terpenting adalah mengembalikan kepercayaan dirinya! Aku hanay bisa menjaganya, itu tak bisa menyelesaikan apapun. Di waktu itu apa yang sebenarnya terjadi?”
“ Seungho, diary itu hati seseorang. Seharusnya jika aku tak mengingat apa yang kutulis, aku juga tak boleh membacanya. Saat aku membacanya aku sadar bahwa sebenarnya Sora menyukai Teukie hyung.”

“ Biar aku saja yang bicara” kata Nana saem “ Leteuk saem, kakak JB adalah guru privatku dan Sora, dia orang yang baik. Kadang2 dia juga sering memebicarakan adiknya. Lalu suatu hari dia mengenalkan kami dengan adiknya, yaitu JB. Menjelang kelulusan SMA, Le teuk saem meninggal karena kecelakaan. Dan bagi JB ini pertama kalinya JB tinggal seorang diri. JB seakan tak memerlukan hal lainnya, dia hanya terus menghadap meja dan menulis. Mulainya buku jejak kaki juga saat itu.”

“ Selama menulis itu, aku vakum menulis diary. Ini hanya penggambaranku sih, JB yang dulu selalu ingin menulis kan? Apa yang dia rasakan,kepedihan dan kesedihannya terus dan terus sampai akhirnya sang tokoh dalam cerita itu menghilang.” Lanjut JB “ Tapi.. kenyataan yang sebenarnya tidak akan hilang. “

“ Ada yang hilang, ada juga yang memungutnya,” tandas Nana “ Yang memanggil ambulan saat itu adalah Sora. Sora sebenarnya menyukai JB dan itu jauh sebelum kematian Teukie saem.”

‘ Tunggu! Sebenarnya gimana sih?” tanyaku

“ Bukankah sudah kukatakan, kita tak bisa melihat diary seseorang. Aku yang dulu pun berfikiran sama. Secara kebetulan aku melihat tulisan kakakku. Buku diarynya dan disana tertulis bahwa sebenarnya dia meyukai Sora. Tapi… sampai matipun dia tidak pernah mengatakannya. Karena dia tahu aku juga menyukai gadis itu.”

“ TUNGGU!”

 JB melanjutkan “ Mulai saat itu aku sadar kalau aku telah menjalani hari2 penuh dosa. Hanya bisa menerima tanpa mengembalikan apapun, itu membuatku menyesal.”

“ TUNGGU DULU! Bu.. bukankah dia sudah tidak ada?”

“ Seungho, bagi JB yang dulu dia tetaplah orang yang berharga. Walaupun sudah tak ada, dia akan terus hidup dalam diri JB.”

Tidak tahu apa ini dosa?
Aku tidak tahu kalau ternyata menyukai seseorang itu begitu menyakitkan.

Di balik kebahagiaan, ada kekejaman yang kuberikan pada seseorang di sampingku.
Sebenarnya apa yang kulihat dari Hyung?

Lalu, perasaan yang terus berkemelut ini, lagi2 juga membuat Sora susah.
Setelah berbicara dengan Sora di telepon aku memutuskan untuk menjaga jarak sedikit saat ini.
Besok, Sora akan datang menegmbalikan cincin pertunangannya.

Aku….

       “ Diaryku berhenti sampai disitu..” kata JB
“ Lalu, Sora mengabulkannya?” tanyaku
JB diam, justru nana saemlah yang menjawab “ JB memaksakan dirinya di atas batas.menurut Sora, jika mereka bersama belum tentu begitu. Dia mengabulkannya karena merasa itulah jalan satu2nya. Lalu seandainya perasaan JB terhadapnya lenyap, dia ingin mengembalikan cincin itu di hari itu.”

“ Dan ternyata Jiyeon muncul di hari itu.” Aku menyahut
“ Sora tak bisa mengembalikannya pada JB karena itu, dia meminta Jiyeon. Dia tak bisa menoleh ke belakang. Dia tidak bisa menoleh. Melihat JB baginya begitu pedih. Dia berlari tanpa memperhatikan keadaan sekelilingnya. Dan…” nana diam sejenak “ Seungho, itu adalah jawaban dari pertanyaanmu tadi.”

“ Sebenernya aku sendiripun tak boleh melihat diaryku. Tapi kalau aku tidak melihatnya, Jiyeon yang akan terluka. Kalau ada yang bisa kulakukan sebelum semuanya terlambat, aku akan melakukannya.”

“ Lalu, yang kau bilang ingin membuatkan buku yang dijanjikan untuk Jiyeon yang ada di diary itu?”

“ Aku tidak tahu apa itu bisa membantu ya? Hati manusia itu begitu halus. Penyebab rasa sakit di hati manusia juga berbeda beda, bahkan ada yang tersakiti karena hal yang sepele. Tapi kadang karena hal yang sepele juga manusia bisa menjadi bahagia. Kebahagiaan yang sepele oleh banyak orang sering di anggap terlalu kecil. Ternyata aku telah kehilangan sesuatu yang berharga sampai sejauh ini. Memang ada hal yang tak bisa dikembalikan tapi yang berhargapun mulai sekarang akan terus bertambah. Itu sudah pasti. Together sudah jadi.”

“ Mwo sudah jadi?”
“ Ne.”
“ Seungho, ayo kita pergi.” Ajak Nana. “ Saat ini, JB akan kembali ke duanianya sendiri.”
Akupun mengikuti Nana saem keluar
“ Seongsangnin, ada yang ingin kukatakan.”
“ Mwo?”
“ Sepertinya aku juga menyukai JB.”
“ Kamu salah paham. Jiyeon juga, dia mendengar bermacam2 soal JB. Tapi, JB bukanlah sesempurnya yang di pikirkan Jiyeon.”
“ Lalu, sekarang apa yang dilakukan Sora?”
“ Seperti biasa, menjalani kehidupan secara canggung. Saat ini, dia sudah tidak bermanja-manja lagi padaku. dia sudah berubah”

***

- Yoseob POV-

         Setiap aku melihat Jiyeon yang seperti itu, aku merasa jengkel dan membenci diriku sendiri. Aku tak bisa berfikir dengan jernih. Dan saat itulah aku memutuskan untuk menjauhi Jiyeon.
Itulah alasannya kenapa aku mengikuti pertukarang pelajar ke luar negeri. Selama penangguhan 1 tahun itu, hatiku selalu bertanya tanya. Apakah Jiyeon sudah menyerah tentang JB, atau akukah yang menyerah tentang Jiyeon..
Kalau yang terjadi kemungkinan yang kedua, berarti tidak ada gunanay aku terus membawa cincin itu. Mungkin sebaiknya aku mengembalikan cincin itu walaupun aku akan dibenci.
Aku memutuskan untuk mengembalikannya. Tapi walaupun begitu… pada akhirnya aku hanay lari dari kenyataan. Terus.. semakin jauh. Dan kejengkelankupun semakin menjadi-jadi. Kenapa, yang ada hanya kehampaan?

                ***

-Jiyeon pov-

              Tok tok..
“ Jiyeon, ada Eli. Temui dia.” Kata Kwangmin oppa. Akupun membuka kamarku dan menemuinya.
“ Eli ada apa?”
“ Seharusnya aku yang tanya seperti itu. Tapi..sepertinya kau lebih sehat dari yang kuperkirakan.”
“Eli sudah tahu ya?”
“ Ya. Karena di hari kecelakaan itu aku aad disana. Tapi aku sudah berjanji untuk diam.” Kata Eli lirih “ Jiyeon, kemarikan tanganmu!”
Aku menuruti perintahnya, aku mnyodorkan tanganku dan Eli memberikan sesuatu.
“ Ini, dari Yoseob.”
           Benda itu… cincin JB! Cincin yang kucari setengah mati.
“ I..ini benar2 cincinnya..lalu, Yoseob?”
“ Dia bilang karena takut makanya dia tak mau menemuimu.”
“ Takut! Padaku? Kenapa?”
“ Perasaan seperti itu.. Jiyeon yang paling menegrti kan?”

Bagiku yang paling meakutkan di benci orang yang paling di sukai

              DEGG..
              Jadi apa yang dirasakan Yoseob selama ini sama sepertiku. Shock karena dilupakan oleh orang yang dicintai. Padahal aku yang paling memahami perasaan ini.. YOSEOB…

“ Jiyeon..”
“ Aku juga memikirkan Yoseob. Waktu aku tahu Yoseob yang menyimpan cincin itu aku merasa lemas. Tapi.. tentu saja aku tak bisa membencinya. Yang kejam itu aku. Aku yang salah.”
“ Siapappun tak akan tahu siapa yang benar. Karena perasaan manusia itu sangat rumit.”
“ Ya. Aku mengerti. Yoseob melakukan ini pasti demi aku kan?”
“ Jangan lupa, kami semua memikirkan Jiyeon lho. Jangan menutup matamu. Yang memutuskan apa yang terbaik untuk diri sediri hanya diri kita sendiri.”
          Eli benar. Aku sudah memutuskan untuk tidak menyerah. Aku selalu ingin terus menatap kedepan.
Tapi walaupun sejak awal aku ingin maju, sebenarnya aku hanay melihat ke atas. Dan kakiku hanay menginjak tempat yang sama. Mana mungkin aku bisa maju. Banyak hal yang kutakutkan, soal apakah JB membeniku, juga kegelisahan apakah ingatan JB tak akan bisa kembali, ketakutan itu terlalumenumpuk. Tapi aku tak boleh menerima kenyataan dengan begitu saja. Aku ingin menegmbalikan ingatan JB. Kemungkinana itu pasti ada.
Aku akan menegmbalikan kedua cincin itu kepada JB, benar itu adalah langkah pertama.
                                                                      ***

            TING TONG…
          Aku membuka pintu,dan kulihat, Jiyeon berdiri di depan.

“ MAAF!” kataku dan Jiyeon bersamaan
“ Kenapa Seungho minta maaf?”
“ Kau juga!”
“ Aku..ka sudah menyusahkanmu!”
“ Aku juga, diam2 bertemu dengan JB. Apalagi barusan juga bertemu.”
“ DASAR LICIK!”
“ Sepertinya kau sudah tenang ya.”
             Jiyeon tertawa
“ Kenapa kau tertawa?”
“ Aku merasa aneh. Dulu waktu kita pertama kali bertemu di sekolah kita selalu bertengkar. Padahal hanya karena ingin masuk kamar ini. Lalu akhirnya datang juga waktu dimana kamu bilang ‘silahkan’”
“ Hehe, waktu itu aku stress kali ya?”
“ hahaaha.”
“ Jiyeon juga sudah membantu. Cuma kamu Lebih baik jangan memikirkan untuk melakukan sesuatu demi seseorang. Lebih baik lakukan demi dirimu sendiri.”
“ Eh.. itu karena aku ingin menemukan ingatan JB.”
“ Aku tahu, tapi kau terlalu memaksakan diri.”
“ Mian tapi … cincinnya sudah terkumpul.” Kata Jiyeon sambil mengeluarkan kotak yang berisi 2 cincin.
               Aku tahu cincin cowok itu adalah cincin yang selama ini hilang dan yang satunya, adalah cincin yang diberikan Sora.
“ Eli, yang memeberikannya padaku. Dan aku.. ingin menemui JB. Karena itu akudatang untuk minta tolong pada Seungho.”
“ Aku bisa meneleponnya.”
“ Terima kasih. Aku senang.”
“ Jiyeon.. Yoseob pernah memeperlihatkan cincin itu pada JB, dengan kata lain, hasilnya ingatan JB tetap tidak kembali.”
“ Aku tahu. Aku juga belum bicara dengan Yoseob. Seungho, terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Aku akan menyimpan kedua cincin ini. Kalau ini bisa menegmbalikan JB mungkin akan sanagt baik, tapi jika tidak..aku akan memikirkan cara lain. Aku tidak akan menyerah.”
“ Bukankah itu bagus? Tapi seandainya kau menemui jalan buntu, berdiskusilah denganku. Tapi Jiyeon, menurutmu apa yang dipikirkan tentang Yoseob? Setelah aku mendengar dari JB aku berfikir, apa yang salah itu sulit ditentukan. Jadi pastikanlah sediri, dengan matamu, telingamu, dan perasaanmu.”

                                                ***

“ Yoseob!” teriak Jiyeon
“ Ada apa? Kau datang untuk memarahiku?”
“ Aniya! Aku datang untuk mengucapkan maaf dan terima kasih.”
“ Jadi kamu sudah ingat? Tapi kenapa terima kasih?”
“ Habis..semuanya itu demi aku kan? Sejak dulu, walau sering berkata seenaknya, tapi aku tahu Yoseob sebenarnya menyayangiku.”
“ Tapi.. sepertinya ingatan JB tidak akan kembali.”
“ Belum tentu. Aku tidak akan menyerah.”
“ Lagi..” Yoseob cemberut
“ Aku juga.. tidak ingin di benci Yoseob.”
“ Dasar bodoh! “ Yoseob tersenyum “ Jiyeon, bagimu, Seungho itu apa?”







“ Eh.. aku tidak tahu.”
“ Pikirkanlah, aku pergi dulu ya!”

          Yoseob pergi meninggalkan Jiyeon, lalu tiba2 dia bertemu Kwangmin.
“ Bicaranya sudah selesai?” tanya Kwangmin
“ Bukan urusanmu.”
“ Hari inipun raut wajahmu tetap seperti itu. Kalau kau sedih aku bisa jadi tempat pelipur laramu.”
“ Tidak perlu! Aku benci kau”
“ Kau kan tak punya tempat bersandar! Jangan terlalu merepotkan Eli, kau kan punya hyung.”
“ Dasar bawel! Aku suka dengan ayah tiriku, aku bisa cerita ke dia. Lagipula kalau soal hyung sepertinya aku lebih suka Youngmin.”
“ hahaha.”


- KAMAR 205-

         “ Mwo? Beneran sekarang?” teriakku di telepon
“ Seungho ada apa?”
“ Jiyeon, cincinnya kamu bawa?”
“ Ada di leherku.”
“ Sebenarnya sekarang JB datang, dia ada di luar!”
“ Mwo? JB datang?”
              Jiyeon segera berlari ke balkon dan dilihatnya JB berada di luar bersama Nana dan Kwangmin. Jiyeon lalu buru2 keluar..
“ JB.. akhirnya aku bertemu denganmu.”
“ Hai. Dengan aku yang sekarang ini yang kedua kalinya ya.”
“ JB.. ini bukan mimpi kan?” Jiyeon mulai menangis “ Ini.. kukembalikan ke JB.”
Jiyeon menyerahkan sepasang cincin itu pada JB
“ Jiyeon.. aku sudah mendengar dari Kwangmin, demi mengembalikan cincin ini kau berusaha mati-matian mencarinya, terima kasih. Tapi.. maaf, ingatanku tidak kembali.”
          Aku melihat Jiyeon terpaku
“ Jiyeon..” kata JB
“ Tidak! Aku tidak akan menyerah.”
“ Terima kasih. Tapi aku tidak datang hanya karena itu. Sebenarnya hari ini aku datang untuk menyerahkan ini. Ini buku yang aku janjikan.” Kata JB mengulurkan sebuah buku pada Jiyeon “ Kau mau menerimanaya?”


“ BOHONG! JB ini…”
“ itu bukan berdasarkan ingatanku sediri, aku tahu dari buku diaryku di masa lalu. Aku yang sekarang ada disini, tertuang dalam buku itu..”




“ Seongsangnin,apa buku itu sudah diterbitkan?” tanya ku
“ Ani, itu buku khusus untk Jiyeon. Hanya ada satu di duinia ini.”
“ Apa itu buku yang menyenangkan?” tanya Kwangmin
“ Tentu saja.”
“ Anu.. aku boleh melihatnya?”
“ Tentu saja.”




Hidup hari demi hari,
Melawan dunia ini
Seseuatu akan menjadi semakin berat
Ketika kau merasa bahwa kau lah satu-satunya yang sendiri diantara orang yang tak terhitung banyaknya

Ketika aku melihat matamu.
Menatapku dengan cinta.
Aku merasa istimewa.
Ketika kau genggam tanganku dalam kehangatanmu yang malu-malu, semua luka dalam diriku sembuh

Ketika kita bersama,
Segalanya menjadi lebih baik,
Kenangan yang menyakitkan menghilang
Ketika kita bersama
Aku menjadi kembali bahagia,
Tanpa kuketahui, aku tersenyum.

Ketika kepahitan menyelimutiku,
Ketika tiba2 aku merasa sendiri
Di saat semuanya terasa aneh,
Dan ketika tiba2 aku merasa tidak percaya diri

Suaramu yang mempercayaiku dan memberiku keberanian,
mengizinkanku untuk pergi menghadapi dunia lagi
Kenyataan bahwa kau satu langkah di belekangku, selalu memperhatikanku, adalah sangat penting untukku

Saat kita bersama, seperti sekarang
Jika kau ada di sampingku
Kesulitan apapun yang mungkin terjadi
Aku akan bisa menghadapinya

“ JB..Ini.. tentang kita?”
“ Itu adalah imej yang kutangkap. Kalau aku yang dulu yang menulisnya mungkin ceritanya akan berbeda. Itu mungkin TOGETHER yang lain. Tapi akhirrnya aku mulai mengerti dan inilah jadinya. Aku adalah aku, di satu sisi ada bagian dari diriku yang tak berubah. Karenanya demi kamu ‘JB’ membuat buku ini khusus untukmu. Terima kasih kamu sudah berusaha mencari cincin itu tanpa kenal lelah.”

“ Aku sangat senang. Aku juga sangat senag menerima buku dari JB, tapi aku sama sekali tak berguna bagi JB, ini gara2 aku, ini salahku”
“ Jiyeon, semua hal yang dilakukan dengan sungguh2 tak akan ada yang percuma. Di dalam mencapai apa yang menjadi tujuanmu walaupun kamu merasa bingung, terluka, mengangis, tak berdaya dan kehilangan percaya diri, dan walaupun kamu menyerah suatu saat kamu akan mendekati tujuanmu. Pasti akan ada sesuatu yang aakn kamu temui. Karena pengalaman kamu akan bertambah. Persinggahan bukanlah hal yang sia2, jadi jangan anggap itu sia2. meski sekarang kamu belum bisa berfikir seperti itu, tapi suatu saat nanti akan muncul hari dimana kamu akan berfikir kalau semua usahamu tidak akan sia2. karena itu janagn menyimpannya seorang diri, kamu punya orang di sekelilingmu yang selalu memeperhatikanmu. Lalu aku juga akan hidup seperti ini, tertawa di depanmu. Aku selalu ingin mengetakan, terima kasih ya. Mulai saat inipun semoga kita bisa selalu berteman baik”
Air mata Jiyeon mulai mengalir
“ Hei, kau hobi sekali membuat adikku menangis.” Kata Kwangmin
“ Seungho juga terima kasih, hiks.”
“ Bukunya bagus ya?” jawabku tersenyum
“ Sudah ya, aku harus pulang. Lain kali aku akan mampir lagi. oh iya, aku juga ingin mencicipi masakan Youngmin.” Kata JB tersenyum lebar
“ JB hati2 ya!” teriak Jiyeon sambil melambaikan tangan
“ Aku juga pulang.”
“ Seungho aku ikut!”
          Akhirnya Jiyeon kembali ke kamarku
“ Seungho, kenapakau mau menemaniku sampai sejauh ini?”
“ A.. alasannya.. karena aku.. sama dengan Jiyeon.”
“ HEH.. JADI KAMU SUKA JB?”
GUBRAK!
“ Bukan itu maksudku. Soal JB mungkin sudah selesai. Jiyeon, ini tidak usah dijawab juga nggak apa2, aku Cuma ingin kamu ingin mendengarnya. Tapi kamu janji ya, setelah mendengar kamu harus bersikap biasa saja.”
“ I..iya, apa sih?”
“ Untuk jawaban yang tadi, soal kau dan JB aku sudah sangat tahu. Tpi…Aku.. menyukai Jiyeon!”

***

                Akhirnya kemarin aku menerima pernyataan cinta dari Seungho. Aku harus bagaimana?
“ Oppa.. aku berangkat!’
Saat keluar aku bertemu Seungho.
“ Hai.” Sapanya biasa
“ Hai juga.”
“ Nanti aku pinjam buku yang diberikan JB kemarin ya.” Kata Seungho dengan ekspresi seperti biasanya
“ I..iya.”
          Benar2 percakapan yang biasa. Apa ini maksudnya ‘seperti biasa’. Tapi kenapa aku yang deg degan? Atau jangan2.. kemarin Seungho Cuma meledekku?
“ Hei, ayo berangkat. Nanti telat.”
SIALAANNNNNN….

-Sekolah-
“ Mwo? Kau menyetakan cinta?” teriak Heechul
“ Ne “
“ Kau hebat Seungho, tapi karena pernyataannya antara iya dan nggak jadi hasilnya nol ya.”
“ Tapi bagiku itu sudah kemajuan.aku sudah mengumpulkan segenap keberanianku. Tapi memang sih kesannya aku melarikan diri secara halus. Aku juga berfikir, jika dibandingkan JB ..aku memang nggak ada ap2nya.”
“ Tapi kalau Jiyeon, kalau kau nggak ngomong langsung mungkin aja dia nggak akan menyadari perasaanmu. Lagipula kalu menyesali itu sekarang itu sudah terlambat. Kalau memang sudah seperti ini ya sudah.”
-RUANG DATA-

       “ Heh, cincinnya ada satu lagi?” teriakku pada Naa saem
“ Yang kau terima dari Sora itu cincin pertuanagan, lalu cincin milik JB yang hilang itu cincin pernikahan. Kalian pernah mendengar istilah ‘pearl ring’ jadi cincin nikah dan cincin tunangan itu beda. Kalau pasangan cincin yang hilang sebenarnya masih disimpan Sora.”
“ HEEHHH”
“Benar cincin yang kau berikan pada JB kemarin bukanlah cincin yang sepasang. Sora masih menyimpan pasangan cincin yang hilang. Bagian2 yang mengingatkannya pada JB.”
“ Itu artinya Sora masih…”
             Nana saem mengangguk.
                                                               ***

“ Seungho, apa Sora nggak mau ketemu JB? Kalau mereka bertemu mungkin JB bisa mengingat sesuatu.”
“ Kesempatan untuk mengembalikan ingatan JB jadi bertambah ya.”
“ Ne.” aku mengangguk
“ Jiyeon, sebentar lagi kita akan naik kelas dua. Kita sudah harus ambil jurusan, mungkin kelas kita akan beda.”
“ Kau akan ambil IPA ya?”
“ Kalau Jiyeon, pasti sastra.”
Pada akhirnya tidak ada yang berubah diantara kami. Tapi.. aku nggak mau pisah.







“ Jiyeon..”
“ Aku nggak mau pisah!”
“ Hei, apa kau tahu tujuan JB mendirikan klub pelatihan?”
“ Tidak.”
“ Dia bilang, seandainya kelas berbeda, dia ingin nantinya ada tempat unuk berkumpul bagi ketiga orang lainnya. JB dan Nana saem sudah masuk OSIS sejak kelas 1, lalu di sekolah yang mewajibkan masuk klub, klub inilah yang paling cocok untuk Kwangmin saem dan Sora. Ruang data diambil karena tepat bersebelahan dengan ruang OSIS.”
“ Benar2 JB bangt.”
“ Benar, dia memang suka maksa. Tapi Nana saem bilang, ini Cuma alasan JB saja biar bisa dekat dengan Sora.”
           Aku memandang Seungho, dia tahu lebih banyak tentang JB daripada aku.
“ Jiyeon aku pulang duluan ya.”
          Tunggu! Dia bilang pulang duluan, apa dia tidak ingin pulang bersamaku. Sejenak aku merasa shock. Seakan dia berkata tidak bersama juga tidak apa

Bagimu seungho itu apa?”

           Pertanyaan dari Yoseob yang belum bisa aku jawab... bagiku..Seungho.. aku nggak ingin berpisah dengannya.
Didepan seungho aku bisa melakukan hal2 konyol. Bisa menangis sepuasnya. Aku…

“ SEUNGHO!!!!”
Seungho berbalik, menatap ke arahku
“ AKU…tidak bisa menghapus JB dalam diriku.”
“ Iya, aku tahu.”
“ selamanya dia orang yang spesial. Orang yang terpenting.”
“ Iya.”
“ Tapi aku yang seperti inipun, juga menyukai Seungho.”
Hening. Kami sama2 terpaku.

“ GYAAA... INI PERNYATAAN CINTA PERTAMAKU YA? ADUH GIMANA NIH?”
“ Hei Jiyeon, sebenarnya akmu serius nggak sih?”
“ Kamu sendiri, abis nembak sikapnya biasa aja.”
“ Aku nggak biasa tahu.”
“ Jadi sekarang kita pacaran nih?”
“ Menurutmu???”


           Keajaiban yang aku percaya akan terjadi sekarang akan terjadi. Sesuatu yang berharga, setiap orang pasti akan menemukannya.


Ayo kita mulai dari hal2 yang menyenangkan.   ^_^




THE STORY I DIDN'T KNOW (PART 8)






          SMS aneh yang dikirim JB, sampai sekarangpun aku masih belum bisa menemukan jawabannya “TOGETHER”

          Apa aku harus menyerah saja? Tapi bagaimana aku menyampaikannya? Tidak ada cara lain aku harus menemuinya.


                     Aku memandang berkeliling café di dekat sekolah, mencari sosok JB, sampai ada suara yang memanggil
“ Hei Seungho!”
“ JB, Mian mengganggumu.”
“ Nggak, aku malah senang.”




“ Kalau begitu, ayo cepat beri tahu aku jawaban SMS misterius itu!” kataku tanpa basa basi
“ Ah..itu, itu bukan semacam jawaban kok. Itu adalah judul buku.”

                Judul buku? Together

“ Itu sudah diputuskan ya!”
“ Cuma judul.”
“ Cuma.. bukannya kau sudah tahu dari catatan diarymu.”
“ Itu ya, kalau aku membaca diaryku hanya tergambar imej yang sepenggal2. intinya nggak jelas. Lagipula bahasanya bukan dari pengalaman ‘aku yang sekarang’. Tidak bisa jadi pegangan satu2 nya. Karena ini buku untuk Jiyeon, isinya hanya aku tunjukkan padanya, mungkin saja aku yang sekarang tak bisa menuliskan ‘hal yang sama’ dengan yang ingin aku tulis dulu. Selama ingatanku belum kembali, misalnya sampai berapa tahunpun aku tidak akan sama seprti yang dulu.”



     Ekpresi itu…

“ Jangan salah paham. Itu bukan berarti aku pesimis. Sebelumnyapun sudah kukatakan. Aku hanya ingin tahu apa yang dipikirkan ‘aku yang dulu’. Saat Together telah kurampungan pasti saat itu meski sedikit aku akan mengerti. Karena itu kalau Seungho mungkin saja bisa memberiku petunjuk.”

“ Kalau aku? Sebenarnya kau ingin mengatakan apa sih?”


“ Pemahaman. Aku ingin lebih memahami aku yang dulu. Perasaanku terhadap jiyeon. Karena itu, ayo beritahu aku soal Jiyeon.” Kata JB tersenyum
Jb ingin membuat buku itu, baguslah kalau dia masih ingat Jiyeon

“ Pertama tama aku beri tahu sisi buruknya.. jiyeon itusering memikirkan banyak hal, dia juga sering menangis tapi kalu dilihat2 dia juga manusia yang berbahaya, karena dia juga sering berjalan2 tanpa hasil yang jelas. Tapi.. seiring berjalannya waktu justru kitalah yang dibuatnya berusaha mati2an. Kalau sedang gelisah dia juga suka ceroboh, dia orang yang seperti itu.”
“ Tampaknya dia anak yang baik ya.”
“ Dia anak yang aneh!”
“ Saat kita melihat sesuatu yang sama dalam sudut pandang yang berbeda yang terlihatpun akan berbeda. Jiyeon yang dipandang seungho pada kenyataannya memang memiliki sisi yang seperti itu. tapi bagiku yang dulu, Jiyeon adalah ‘adik perempuan’ dan sangat manis. Yang 10 tahun lebih muda dariku. Tapi sekarang yang membuatku tak bisa berprasangka seperti itu lagi karena aku tidak tahu tentang dirinya.”
                 PLETAK
                 Aku menjitak JB
“ Kau ini bagaimana, kenapa putus asa gitu?? bukankah aku sudah mau di ajak kerja sama! Kalau kau ingin tahu sesuatu aku pasti akan cerita. Karena aku.. tak ingin melihatnya menangis.”
“ Kau menyukainya?” tanya JB “ Suka atau benci alangkah baiknya kalau di ungkapkan.”
“ Rasanya canggung.” Jawabku “ Kalau hanya sekedar suka mungkin nggak akan sesulit ini. Semakin persaan itu bertambah kuat, jika disampaikan akan bagaimana jadinya? Andai saja aku punya keberanian mengatakannya.”
“ Keberanian.. yang membuat Jiyeon susah juga yang menyakiti anak itu, adalah aku. Akhirnya..aku menjadi seperti ini sekarang, mungkin adalah suatu hukuman.”


  • SEKOLAH-

            “ Eli.” Sapa Heechul saat melihat Eli di perpustakaan
“ Heechul. Kenapa masih disini?” tanya Eli
“ Ada barang yang tertinggal, kau sendiri kenapa masih ada disini?”
“ Malas pulang.”
“ Apa ada masalah sehingga membuatmu ingin meneyendiri disini.?
“ Heechul.. kalau kita tahu hal yang sebenarnya tapi kita tetap diam saja, apa itu salah?”
“ Iya. Tapi.. bagi yang diampun ada alasannya kan? Nggak ingin diketahui orang, sama saja ingin melindungi diri sendiri kan, jika tidak ingin orangnya tahu sama saja dengan melindungi orang itu juga. Mungkin kamu orang yang terlalu berfikir, tapi tenang saja, sejauh yang kutahu Eli tak akan melakukan sesuatu tanpa memikirkan orang yang bersangkutan kan? ”
“ Kalau dengan Heechul, aku kalah deh.”


-Koridor-

“ Seungho dimana ya? Kok tiba2 menghilang.” Jiyeon celingukan.
Jiyeon terus berjalan menyusuri koridor mencari seungho, tapi yang ditemuinya bukalah Seungho melainkan Yoseob. Tapi ada yang aneh dengan Yoseob, ketika dia melihat Jiyeon tiba2 dia berlari menjauhinya. Jiyeonpun menjadi penasaran dan lari mengejarnya

“ Kalau lari, artinya nggak ingin dikejar kan?” kata Yoseob yang akhirnya berhenti
“ Yoseob.. kok tiba2 kabur?”
“ Apa? Memangnya ada perlu apa?
“ Eh, rasanya akhir2 ini kita jadi jarang bicara ya!” kata jiyeon kikuk
“ Bicara apa, memangnya ada yang perlu dibicarkan?” jawab Yoseob ketus “ ayo, coba katakan? Aku akn mendengar”
“ uh.. udah ah, kenapa sih kamu selalu mengeluarkan kata2 yang seolah memojokkanku!”
“ Itu hobiku.” Jawab Yoseob
“ Jangan punya hobi yang kayak gitu donk!” rengek jiyeon “ kalau kayak gini jadinya malah nggak bisa ngobrol!”
“ Jangan salain orang lain kalau dirinya sendiri yang nggak bisa ngomong. Lagian kamu begitu apa nggak dingin?” kata     Yoseob sambil menatap tajam Jiyeon yang Cuma pakai seragam (ingat kn, disini ceritanay uda musim dingin)
“ Mantelku ada di ruang klub kok, tadi aku juga mau ambil tapi aku melihat Yoseob jadi..”
“ Ini!” Yoseob menyodorkan syal yang dia pakai. “ Istirahatkan hatimu! Sudah ya.”
“ Ah.. Yoseob jangan! Nanti kamu yang kedinginan! Kalau matelku masih ada di ruang klub kok.”
“ Aku bilang nggak apa2, ya nggak apa2!” kata Yoseob meninggalkan Jiyeon
“ Ini nggak baik! Yoseob kau keras kepala ya!” jiyeon mengejar
“ Memangnya siap yang keras kepala?”
“ Hei! Pakai kembali syalmu!”
           Jiyeon menarik lengan Yoseob, seketika itu juga Jiyeon tiba2 merasa kembali dejavu
“ Dulu juga pernah seperti ini.” Racau Jiyeon
“ Mwo apa yang kau katakana?”
“ ah.. nggak! Mian aku ngomong aneh2.”
“ Kalau nggak ada urusan aku pulang.” Yoseob akhirnya meninggalkan Jiyeon yang mematung

“ Jiyeon!!!!” teriakku
“ seungho! Kau dari mana saja?”
“ Aku ada perlu sebentar. Kau tidak pulang? Cepat pakai mantelmu, di luar dingin sekali lho.”
“ Seungho bisa ke ruang data sebentar, ada yang ingin kukatakan!”
-RUANG DATA-

          “ Hee..kamu bersama seseorang?”
“ Ne, tiba2 aku mengingat kalau waktu itu aku bersama seseorang. Rasanya memang begitu di hari aku menyembunyikan cincin.”
“ Kok kamu nggak pernah ngomong!” bentakku
“ Habisnya aku nggak begitu yakin, rasanya aku menggenggam tangan orang itu.”
“ Ada petunjuk?” tanya ku
Jiyeon menggeleng sebagai jawaban
“ Kalau gitu sih repot. Seandainya memang ada seseorang mungkin orang itu Yoseob, dulu kan dia yang sering bersamamu.”
“ SAMA SEKALI NGGAK MUNGKIN!” bentak Jiyeon “ Habis, Yoseob kan nggak suka JB. Rasanya nggak mungkin dia mau ke rumah JB.
          Apa ini? Perasaan yang semakin teringat. Perasaan yang semakin gundah. Jiyeon.. apa yang terlupakan olehmu?

  • LIBURAN MUSIM DINGIN-

          Liburan musim dingin ini aku pulang ke rumah orang tuaku

“ AKU PULNG!”
“ Ah.. seungho, selamat datang, pas sekali. Karena aku mau pergi belanja kau harus ikut!” kata Eun Hye
“ Iya.”
Aku tak punya hak menolak sama sekali, seperti yang kutakutkan aku paling disuruh bawa barang.
“ Aku mau naruh barang di kamar dlu ya.”
“ Iya, tapi cepat ya!” perintah Eun Hye
Aku berjalan menuju kamar tapi saat aku buka kamarku….

“ APA APAAN INI!” teriakku

Eun Hye lalu menyusulku ke kamar
“ Ada apa? Ini kan kamarmu?”



“ BENTUK ASLINYA KAN NGGAK BEGINI! KENAPA KAMARKU JADI KAMR CEWEK BEGINI?”

“ Habis.. bentuk aslinya nggak bercita rasa, jadi aku ubah saja.” Kata Eun Hye enteng
“ Aku lebih suka yang biasa saja.”
“ Maksudmu seperti kamar Kahi unnie yang bermotif macan tutul?”
“ Aku tadi kan bilang yang biasa saja! Seperti kamarku yang dulu! kalau kamrnya seperti ini mana bisa aku berfikir”
“ Kamu ini ngomong apa sih? Kamu kan nggak punya waktu luang untuk berfikir. Kamu disini untuk membantu! Memangnya kamu mikirin apa?”
“ AH.. TIDAK, AYO KITA BELANJA.”
“ Oh.. pasti soal jiyeon.”
           Benar. Aku sekarang nggak bisa membantu apa2. bagus kalau dia berusaha mati2an mencari cincin tapi kalau berhubungan dengan Yoseob dia selalu murung.
Serpihan ingatan Jiyeon.. sebabnya syok akibat melihat JB terluka parah didepan matanya saat melindunginya. Tapi.. apa benar seperti itu? walau Jiyeon ingat soal kecelakaan itu tetap masih ada masalah di hari itu. Seseorang yang mungkin bersama Jiyeon saat itu siapa?
         “ Lebih baik di SMS saja!” kata eun hye “ biar pendek ataupun panjang, kalau kau menunjukkan kau memikirkannya pasti dia akan senang.”


 -Sementara itu di Apartmen JIYEON-


      “ Seungho benar2 pulang ya! Mana Kwangmin saem liburan musim dingin menginap di rumah kluarga JO, Youngmin oppa juga tidak libur, aku bosaaaannnnn… apa aku pergi ke rumah Suzy atau Chang do saja ya? Ah..dia luar dingin nggak ya?” Jiyeonpun mengobrak abrik is lemari dan menemukan syal Yoseob.
           Ting tong…
“ iya..” Jiyeonpun segera berlari membukakan pintu
“ ELI!”
“ Tadi aku ditelepon Kwangmin saem, katanya kau sendirian di rumah.”
“ Betull membosankan.”
“ Mau pergi denganku?” ajak Eli
“ KYAAAAA… JANGAN2 KAMU MAU NGAJAK KENCAN!”
         Eli hanya tersenyum


“ Eli nggak apa2 jalan2 denganku, kau tak sibuk?” tanya Jiyeon
“ Tidak. “
“ eli itu dewasa ya!”
“ Jiyeon juga orangnya berpendirian kuat.”
“ Biasa aja, kita mau kemana?”
“ terserah jiyeon”
“ Aku mau ke sekolah.”
“ Kenapa kau begitu menyukai sekolah?” eli tersenyum
“ Entahlah, habis dari dulu aku kan selalu ingin masuk sekolah Sewon High School, aku begitu menukainya, di tepi jalan, deretan bunga sakura jika di musim semi deretan pohonnya jadi sangat indah.”
“ Jiyeon..”
“ Iya,”
“ Mulai sekarang, apapun yang terjadi yakinlah ‘sesuatu yang benar’ tidak hanya ada satu. Karena itu berbeda di masing2 orang.”
“ Maksud Eli apa?”
“ Mungkin bagimu memang sulit dimengerti, tahu asal kamu saja itu sudah cukup .”




“ Eli lama ni!” kata Yoseob tiba2 “ Lalu kenapa Jiyeon juga ada disini?”
“ Aku yang mengajak.”
“ Yoseob juga ada? Kalau tahu gitu tadi aku bawa syalmu. Nanti kamu mampir ke rumah ya!”
“ Nggak, merepotkan.”
“ Apanya yang merepotkan? Berkumpul dengan teman dari kecil nggak aneh kan?” kata Eli
“ Trus kita mau ngapain?” tanya yoseob
“ Nggak mau ngapa2in.” jawab Eli
“ Mwo?? Nggak mau ngapa2in?”
            Tiba2 Hp Jiyeon bunyi
“ Ah..ada SMS. Bohong.. dari Seungho! Hahaaha katanya dia sedang dimintai tolong kakaknya untuk membawa barang belanjaan.


  “ Lalu apanya yang bohong?” tanya Eli
“ Itu lho, abis Seungho kan nggak pernah SMS kalau bukan hal penting.”
“ Seungho itu.. penghuni kamar 205 yang sekarang kan” tanya Yoseob
“ Iya, dia orang yang baik. Walau kalau ngomong suka ngotot tapi itu menyenangkan. Sekarang dia sedang pulang ke rumah orang tuanya aku jadi kesepian. Dia cepat balik nggak ya?”
            SYUUTT..
            Tiba2 Yoseob langsung merebut HP Jiyeon dan membalas SMS Seungho

“ KYAA…. Apa yang kau lakukan! Kau balas apa?” teriak Jiyeon
“ Kau itu masih kekanakn ya!” sindir ELI
“ kyaa… seungho telepon! Bagaimana ini?” teriak Jiyeon bingung “ Halo.. itu bukan aku…itu tadi Yoseob yang bals. Aku sekarang bersama Yoseob dan Eli, aku minta maaf ya seungho. Seungho… diputus!”
          Bagaimaa ini apa Seungho benar2 marh?


  • SEKOLAH-
            Liburan musim dingin telah berakhir, sekarang sudah masuk sekolah lagi. Saat berpapaasn dengan Yoseob di koridor tiba2 melotot ke arahku sambil mengacungkan jari tengah. Kemarin juga dia juga yang membalas SMS jiyeon, apa lagi balasannya


bodoh bodoh bodoh”

Apa sih maunya tu orang?


“ Seungho sini!” panggil Kwangmin
          Akupun mengikutinya
“ Kamu kenapa?” tanyanya saat kami berda di koridor yang sepi “ SMS bilang ada yang ingin kau tanyakan.”
“ Ini soal JB, Apa dia sedang sibuk?”
“ Mungkin iya, kenapa? Apa dia tak menghubungimu? Dia juga tak menghubungiku. Kau ada perlu dengan JB?”
“ Nggak kok, habis dia kalau SMS aku pasti ngasih pertanyaan sulit tapi giliran aku yang SMS dia nggak pernah bals.”
“ Wah.. Seungho seperti anak gadis yang sedang jatuh cinta..”
“ JANGN NGATAIN AKU GADIS!!!”
           Sebenarnya ada hal yang membuatku penasaran. Tapi entah kenapa aku takut.. rasanya seperti hal yang tidak boleh di tanyakan. Selain itu kalau menganggap hukuman sebagai kewajaran di saat seperti ini? Apa yang bisa menolongnya?

-RUANG KELAS jam pulang sekolah-

“ Seungho.. pulang yuk!” ajak Jiyeon “ Eh, tadi ngobrol apa dengan Kwangmin oppa?”
“ Tentang JB.” Ups.. kenapa aku bisa kelepasan begini? “ Maksudku tentang buku JB.”
“ Oh.. buku yang katanya mau terbit bulan ini?”




“ Kau tak ingin membacanya?”
“ Aku tidak bisa, habis..cerita tulisan JB isinya penuh dengan teori2 yang sulit dimengerti. Tulisan JB yang sekarng juga kurang lebih sama. Eh Seungho, aku sudah pernah bilang kan, JB berjanji mau membuatkan buku khusus untukku. Kira2 isinya seperti apa ya?”
         Jiyeon.. kalau kamu tahu sekarang JB sedang berusaha membuat buku yang dia janjikan itu, kira2 wajahmu akan seperti apa ya?”
         Tunggu! Jiyeon berpegang teguh ‘jika dia berhasil menemukan cincin, maka ingatan JB akan kembali dan akan menepati janjinya’ itu adalah keinginan Jiyeon sekarang. Hanya JB mengatakan kalau sekarangpun sudah cukup. Karena itu kalau aku mengatakan pada Jiyeon soal JB yang berniat menulis ‘buku yang dijanjikan’ apa akan baik? Keberadaan buku itu bagi Jiyeonpun sekarang tak tergantikan. Apa lebih baik aku mengatakanya saja?

“ Jiyeon, bagaimana kalau kita melakukan permainan pengandaian?”
“ Baik, aku mulai duluan ya!”
“ Seandainya Heechul perempuan apa kau akan terpikat?” kata Jiyeon
“ Itu tidak mungkin. Sekarang giliranku. Seandainya sekarng kamu bertemu JB apa yang akan kamu lakukan?”

        Jiyeon terpaku..

“ Seungho.. belakangan ini, tiap aku memikirkan soal kecelakaan entah kenapa perasaanku jadi nggak tenang.”
“ Jadi..kamu nggak tenang ya? Selain kamu sudah sangat lama tidak bertemu JB, cincinnyapun belum ketemu. “
“ Aku tidak tenang, aku berfikir apa cincin itu bisa ditemukan atau tidak. Di dalam lubuk hatiku yang paling dalam, sebenarnya aku ingin mengingatnya nggak ya?”” Kalau orang yang nggak ingin mengingat nggak mungkin sengotot ini.”
“ Benarkah?”
“ Jangan tanya aku!”

          Ternyata sekarng memang nggak mungkin membicarakannya.


-JIYEON POV-

           Sore ini aku berjalan sendirian ke toko buku. Entah kenapa aku seperti tergerak untuk pergi. Perasaan yang rumit karena makna yang bermacam macam. Seperti senang seperti gelisah.
Aku berjalan dideretan novel. Aku menemukan novel terbitan terbaru. ‘SUARA LANGKAH YANG SAMAR2 ’.
Kita bertemu lagi JB.

             Aku akhirnya kembali membeli buku itu. buku karangan JB. Walau akhirnya nggak kebaca. Seprtinya koleksi buku JB yang nggak bisa kubaca bertambah. Tapi.. ini bukti bahwa dia sehat2 saja.
Semenjak kecelakaan itu Kwangmin oppa tidak pernah menceritakan tentang JB yang sekarang. Satu hal yang dikatakan oppa, bahwa JB masih jadi penulis. Aku senang. JB. Walaupun dia telah melupakan segalanya tapi setidaknya harapan itu masih ada.
           Perasaanku sampai sekarng pun tak berubah. Aku ingin mengembalikan ingatan JB. Aku ingin dia ingat kembali pada Kang Sora. Aku tak mau dia tetap melupakan gadis itu.
Karenanya aku akan membuat dia mengingat kembali. Aku akan menemukan cincin yang kuhilangkan itu. biarpun aku tidak yakin kalau ingatan JB akan kembali aku tak ingin menyerah sekarang . aku akan mengingat kembali ingatan saat terjadi kecelakaan. Waktu itu.. apa yang sebenarnya terjadi?


“Jiyeon!” sapa Seungho
aku tak sadar kalau aku sudah berada di depan rumah
“ Tumben kok kamu sendirian.” Kata Seungho di atas balkon

            DEG..
            Tiba- tiba aku kembali dejavu

“ Jiyeon! Jangn tidur sambil berdIri!” kata Seungho membangunkanku dari lamunan

-JIYEON POV END-


- SEKOLAH-

“ Seungho.. Jiyeon mulai tidak makan lagi.” Kata kwangmin
“ MWO??”
“ Tepatnya sejak buku terbaru JB terbit. Anak itu terkadang tida mau mengatakan apa yang ada dalam pikirannya.”
“ Barang kali begitu ya!”
“ Iya, sudah dulu ya, aku mau rapat.”

           DUAARRR…
“ Bunyi apa itu?” tanya Kwangmin kaget
“ Bunyi HP ku, dering ini hanya khusus untk satu orang.”
“ Satu orang? Apa yang kau maksud itu…JB?”
“ Benar. Sms nya..”

TOLONG

  • KEDIAMAN JB-

“ Sialan, kenapa harus aku yang mengantarmu?” gerutu Nana
“ Habis, Kwangmin saem sedang rapat.”
“ Seungho.. jangan kaget ya! Dengan apa yang akan kau lihat.”

             Grusaakkk
“ Apa ada permapokan?” tanyaku saat melihat kamar JB yang super berantakan
“ Bukan! JB!!! UDAH CAPEK2 BERESIN APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN HAH?” teriak Nana.
“ Lho, Nana datang ya, padahal aku ngirimnya ke Kwangmin.” Kata JB
“ Kekirimnya ke aku kok.” Kataku
“ Oh..”
“ JB.. Kmau kan punya rumah yang sebesar ini, kenapa kamu tinggal di apartmen 205?”
“ Itu adalah kamar hyung yang sudah meninggal. Aku mulai tinggal disitu saat aku sekolah di SEWON. Karena aku sering diringgal di rumah sendirian makanya aku ikut hyung yang kebetulan punya apartment dekat Sewon High School. Dan hyungku itu guru privat Nana.”
“ Kamu tahu banyak ya.” Sahut Nana “ Lalu bagaimana perkembangan buku yang akn kau tunjukkan pada Jiyeon? apa ada perkembangan?”
“ Sedih nih.. nggak ada kemajuan.”
“ MWO?” teriakku “ Apa nggak ada kesempatan bisa mengingat walau Cuma buku itu.”
          JB berfikir, tiba2 dia berteriak
“SERAGAM!”
“ JB..APA KAU MENGINGAT SESUATU?” tanya nana
“ Sama skali belum.. tapi.. Seungho dulu SMP nya di tempat lain kan?”
“ Iya, lalu kenapa?”



   JB tak menjawab, dia malah sibuk obrak abrik laci seperti mencari sesuatu
“ Kau sekaranng baru kelas satu, berarti setahun yang lalu kau masih SMP dan berada di kota lain.” Kata Jb yang masih mencari. “ Ah..ketemu..” kata JB saat menemukan diarynya dan membacanya “ Akhir bulan april, saat aku baru saja keluar dari rumah sakit setelah ‘dia datang’ . dia memakai seragam sekolah Sewon. Rambutnya coklat terang. Wajahnya tampan, anak muda yang tak pernah kulihat sebelumnya.”
“ Murit berambut coklat kan banyak.” Jawabku
“ Tapi dia sendiri sepertinya sudah tahu aku. Oh iya, ada seorang lagi. Anak bersamanya yang berdiri di tempat jauh. Dengan seragam yang sama dan memakai kaca mata.”
“ JB.. Ada apa dengan anak itu?” tanya nana
“ Dia bertanya padaku ‘apa ada yang kau ingat?’ dan ditangannya ada sebuah cincin yang sederhana.”

           Itu…

***

-JOYEON POV-

               Aku berdiri di depan gedung apartmen 205 menunggu Seungho. Semenjak pulang dari toko buku, aku mulai mengingat sesuatu. Di hari kecelakaan aku sedang bersama seseorang. Kira2 siapa?
Aku melihat kamar Seungho lampunya tiba2 nyala. Aku memperhatikan balkon itu..
DEGG..
Aku tiba2 merasa kembali dejavu. Orang yang bersamaku mengatakan sesuatu

Dia melihatmu..”

Apanya?

Jiyeon, JB melihatmu”
Dari mana?”
Dari dalam kamar. Dia melihat ke rah sini!”

    Dia melihat…
JB… melihatku?

              Aku takut mengingatnya.. mungkin JB mengetahuinya. Soal aku membawa lari cicininnya. Aku takut dengan perbuatanku sendiri sehingga aku melupakannya. Karena ketahuan. Karena takut aku jadi lupa. Aku memang ingin melupakannya. Pertahannan yang setengah mati aku tanamkan pada ingatanku sendiri. JB akan membenciku.

-JIYEON POV END-


-KAMAR 205-

              “ Seungho.. apa kau tahu apa maksudnya ‘ JB melihatnya?’” tanya Kwangmin
“ Mwo? Apa yang kau bicakan?”
“ Jiyeon tiba2 menjadi aneh, dia mengurung dirinya di kamar sambil terus meracau ‘JB melihatnya’ aku takut makanya aku tanya padamu.”
“ Aku tak tahu. Atau jangan2 Jiyeon sudah mengingat sesuatu. Seongsangnim, waktu kecelakaan ada di tempat kejadian kan?”
“ Hari itu, tepat sebelum kecelakaan aku menerima telepon dari JB tidak aad yang janggal pada saat itu. yang aku lihat saat berada di depan apartment itu..sosok JB saat dia melindungi Jiyeon. Sesaat sebelum akhirnya dia tertabrak mobil. Maaf ya seungho, aku sampai membuatmu banyak berfikir. Tapi..tolong datanglah ke rumah.”

  • Apartment Kwangmin –

            Ting tong..
            Cklak. Youngmin membukakan pintu.
“ Jiyeon ada di kamar, masuklah.” Kata Kwangmin dengan ekpresi sedih

          Aku berjalan ke arah kamar Jiyeon, tapi pintunya terkunci

“ Jiyeon.” Aku mengetuk pintu
“ Sekarang kepalaku sedang kusut, aku nggak bisa keluar.” Jawab Jiyeon
“ Begini juga nggak apa2. anu.. Kakakmu menghawatirkanmu lho, dan soal JB…”
“ Dia melihat! Dia melihatku.”
“ Lalu kenapa?”
“ Aku.. syok waktu dia melupakanku, tapi setelah aku mengingatnya sekarang aku merasa takut kalau dia bisa mengingat kembali. Waktu itu.. JB berfikir apa ya? Aku iri, dengan cincin yang akan menyatukan JB dan Sora. Lagi2, secara diam2 aku ingin mengacaukannya, lalu aku menyembunyikan cincinnya. Bodohnya aku melakukannya tanpa berfikir panjang. Tapi JB melihatku, JB tahu aku menyembunyikannya, bagiku yang paling menakutkan adalah di benci orang yang di cintai. Dia memandangku, membenciku, keberadanku mungkin saat ini sudah di coret dengan tinta hitam. Aku telah melakukan hal yang bodoh.. aku tak ingin dibenci.. aku ingin terus bersamanya.. rasanay sakit…”
               Aku bisa mendengar suara isakan Jiyeon. Apa artinya dia sudah membuang harapan untuk menemukan cincin itu?
Cncin JB, kalau aku menarik kesimpulan degan apa yang kudengar dari JB, terbayang gambaran kombinasi rambut coklat dan anak berkaca mata.



 Nggak mungkin! Masa iya ya? Tapi responnya saat melihat buku jejak kaki, hari itu, dia memberikan pandanagn benci. Yoseob yang tahu tentang permasalahan Jiyeon, Yoseob yang selalu menentang Jiyeon, kenapa dia begitu ngotot menentang Jiyeon dengan mengetakan ‘percuma mencari cincin itu.’ Apa itu hanay sekedar menentang atau sebuah pernyataan keras? Pernyataan yang mengatakan bahwa dia tahu, dicari seperti apapun cincin itu nggak aakn ditemukan.


-KEESOKAN, DI SEKOLAH.-

“ Yoseob, bosa minta waktu sebentar?”
“ Boleh.”
Akupun pergi bersama Yoseob ke ruang data.

“ Ada perlu apa?” tanya Yoseob
“ Aku akan langsung saja. Di hari kecelakaan, kamu sedang bersama Jiyeon kan?”
“ Kenapa kamu bisa tahu? Nggak mungkin Jiyeon sudah mengingat.”
“ JB yang bilang. ‘anak berambut coklat’ yang terpikir olehku adaalh kamu!”
“ JB.. Apa artinya kamu bertemu dengan JB? ‘ JB bilang?’ kamu bertemu ya?”
“ Aku dengar dari orangnya sendiri.”

         GRUSAK..
Aku mendengar sesuatu di pojok ruanagan, teparnya di belakang lemari… dan saat aku melihatnya, aku menemukan Jiyeon sedang menggigil karena shock.


Saturday 23 June 2012

THE STORY I DIDN'T KNOW (PART 7)

                 Persiapan pekan kebudayaan sudah mencapai klimaks. Aku mulai terbiasa dengan kehidupanku yang seorang diri, dengan mood anak2 di kelasku, dan dengan semua tingkah polah Jiyeon.

“ Seungho, kamu mau melakukan apa?” tanya Changdo memimpin rapat.

“ Changdo! Kita buat sesuatu yang menghebohkan yuk!” usul Suzy

“ Menghebohkan, memangnya apa usulmu?” tanya Changdo

“ Bagaimaan kalau kita ubah kelas kita menjadi ruang pemotretan. Dengan kamera digital kita bisa memotret tamu. Lalu biar menarik kita hadirkan kostum2 yang beragam. Selain itu kita juga adakan pelayanan make up, lalu kelas kita memakai kostum ALICE IN WONDERLAND, anak perempuan memakai kostum Alice dan anak laki2 memakai telinga kucing atau kelinci untuk menarik para tamu.” jelas Suzy

“ usulan diterima.”

“ Tunggu! Lalu inti dari acara ini apa?” Tanya ku

“ MELEPASKAN RASA MALU DAN DUNIA NYATA. MARI KITA PERGI KE WONDERLAND!” Teriak Suzy dan Jiyeon



-HARI PEKAN KEBUDAYAAN-



             Pekan Kebudayaan Sewon high School diadakan 2 hari, Jumat dan Saptu di Awal November. Yang di gelar murid kelas 1-A adalah ‘tempat pemotretan dengan pelayanan ekstra dan kostum yang lucu’.



“ WELCOME TO WONDERLAND!” sapa Jiyeon dan Suzy di depan kelas 1-A







                 Mereka memang di jadikan maskot kelas kami.

“ Wah.. manis sekali ya!” kata Heechul

“ Jinnja? Gomawoo.” Kata Suzy tersenyum

“ Wah..kelasmu banyak pengunjungnya.” Kata Heechul

“ Pakaiannya banyak sih, layanan pemotretannya benar2 berhasil.” Jawab Jiyeon

“ Oh, mana Seungho?” feelingku mengatakan kalau dia bakal berpenampilan menarik. Makanya aku datang kesini.”

“ Tunggu sebentar ya! Anak kucing kami memang sedikit pemalu. Hei Seungho, ada Heechul lho.” Teriak Jiyeon “ Percuma saja sembunyi ayo keluar…” Jiyeon menyeretku







 “Ini anak kucing dari mana?” teriak Heechul

“ Kami memungutnya di jalan, hhahahaha.” Jawab jiyeon.

“ Aku kan malu berpenampilan begini!” teriakku

“ Sunbae, boleh minta foto?” kata salah satu pengunjung

“ Ne, dengan senang hati.” Jawab heechul

“ wah, sunbae populer ya!” tanyaku

“ Tentu saja. Seungho.. ayo ikut!” Jiyeon tersenyum





-Ruang OSIS-



         “ Yoseob, kenapa ada disini?” tanya Eli

“ Lagi ngungsi, habis di luar berisik bangt.” Jawab Yoseob ketus






 “ Nggak ke tempat Jiyeon? Disana katanya ramai lho.”

“ Belum. Jiyeon itu suka sekali acara2 seperti itu ya!” kata Yoseob

“ ne.” jawab Eli

“ seingatku dia juga suka berkeliling kesana kemari.”

“ Ne”

“ Kamu Cuma bisa ngomong itu ya?” bentak Yoseob

“ Ne.”

“ Ada lagi, dilihat dari sudut pandang Eli sekalipun, yang terpenting bagi Jiyeon adalah JB.”


Ruang Data-



   “ Katanya JB mau datang ke pekan kebudayaan ini?” kata Nana

“ Tidak jadi. Dia ada urusan.” Jawab Kwangmin tersenyum

“ Apa cuma perasaanku saja ya? Kok kamu kelihatannya senang dia tidak jadi datang? Ya aku sih tahu bagaimana perasaanmu yang tidak ingin mempertemukan JB dan Jiyeon, juga perasaanmu yang ingin membiarkan keadaan tetap seperti ini. Tapi bagaimanapun juga JB itu awal dan akhir semua keadaan. Jiyeon akan terus mencari cincin itu, bagaimanapun juga aku tak bisa berfikir kalau ingatan JB akan kembali seperti semula.”

“ Wah Nana sangat mengerti ya!” Kwangmin cengengesan

“ Lalu apa yang ingin kau lakukan sekarang?”

“ Mempertemukan JB dan seungho. JB bilang dia ingin pergi ke kamar 205. Seungho yang menempati kamar itu juga sudah tahu seluk beluk keadaan yang sebenarnya. Kalau Seungho, aku yakin tak akan melakukan sesuatu yang akan menyakiti Jiyeon. Ya.. walaupun kadang dia suka ikut campur.”

“ Bukannya kau juga suka ikut campur?” ejek Nana

“ Ya, bagaimanpun juga terkadang ada masalah yang tak bisa di selesaikan sendiri. Butuh orang untuk yang ikut campur.”




Ruang pemotretan / Kelas 1-A –



           “ seungho, membosankan!” teriak Jiyeon “ Heechul..bisa nggak kamu pose bareng Seungho?”

“ Maunya yang bagaimana?” jawab Heechul

“ Yang romantis!” Jiyeon cengengesan

‘ Oh.. Sengho kan jago yang begituan. Maksudku pose ‘menggendong tuan putri’”

“ MWO??” teriak seisi ruangan

“ Jadi ini permainan kami waktu SMP,sejenis hukuman, dia disuruh memilih menggendongkku atau push up 50 kali. Dan dia memilih menggendongku.”

“ Seungho, gaya seperti itu boleh juga. Ayo kita foto.” Kata Changdo

“ Jangan enteng begitu donk ngomongnya!”

“ Pokoknya Seungho harus foto!” paksa Jiyeon

Aku menatap Jiyeon tajam. Tiba2 aku mendapat ide menarik

“ Sepertinya kau ringan.”

“ mwo?”

             HUP

“ Tu..tunggu! kenapa aku yang di gendong???! Teriak Jiyeon “ TURUNKAN AKU..”

“ Kenapa?”

“ Aku..”

“ kau malu ya?”

Jiyeon tak menjawab, tapi aku bisa melihat pipinya memerah

“ CHANGDO.. AYO FOTO KAMI!”

“ Wah.. tumben sekalil seungho bersemangat. Jiyeon ayo seyum.” Changdo memotret kami

“ KYAAA…”





“ Eli, itu siapa?” tanya Yoseob yang kebetulan lewat

“ Seungho, memangnya kenapa?”





                                                              ***





                 Akhirnya acaranya selesai juga.. capeknya.. ranjangku..sepertinya sudah memanggil.

Aku berjalan gontai menuju rumah. Sebenarnya tadi Kwangmin. Menawariku naik mobil tapi aku tolak karena disana ada heechul jga. Kalu aku ikut, di mobil pasti mereka menganiayaku lagi. aku ingin hidup tenang. Tiba tiba aku melihat seorang namja berdiri di depan pintu rumah? Siapa ya? Biasanya aku tak punya tamu. Akupun memutuskan untuk mempercepat langkahku.

“ Hai.” Sapa namja itu yang sontak membuatku kaget. Kenapa orang itu ada disini?





 JB..Kenapa ada di depan rumahku?

“ Kau penghuni kamar 205 kan? Perkenalkan namaku Lim Jaebum aku mantan penghuni kamar ini sebelumnya.”

Ternyata.. wajahnya lebih tampan dari yang kulihat di foto. Ini.. orang yang disukai Jiyeon. Tunggu! Kalau dia ada disini situasinya bisa gawat, kalau jiyeon melihat.. tidak boleh, dia harus di sembunyikan. Akupun langsung menyeretnya masuk.



               BLAAMMM

               Akupun langsung mengunci pintu dan mematikan lampu ruang tamu, Pokoknya selama ada orang ini disini tidak boleh ada yang bertamu ke rumahku terutama Jiyeon

Hanya.. keadaan ini juga sama buruknya.

“ Akhirnya aku bisa masuk kamar ini juga.” Kata JB

“ Kenapa kau kemari?”

“ Itu ada alasannya.” Jawab JB

“ Alasan?apa itu ada hubungannya dengan ingatan?”

JB tersenyum. “ Namamu siapa? Sepertinya, pembicaraan kita akn panjang.”

               Orang ini…

“ Aku Yo Seungho.”

“ Kau memakai seragam SMA Sewon, kau murid disana?”

Mwo.. dia belum tahu? Lalu kenapa dia PD datang kemari?

“ Ne.” jawabku ketus

“ Jadi, kau murid Kwangmin. Dia dan Nana sama sekali nggak cerita. Dasar sialan mereka.” Kata JB cengengesan

               Orang ini, ngomong ‘sialan’ dengan ekspresi seperti itu? JB ini adalah orang yang telah memberi bermacam2 pengaruh pada Jiyeon

“ Seungho, menurutmu, berapa umurku?” tanya JB tiba2

“ Hah? Menurutku 27 tahun. Kenapa kau bertanya seperti itu?”

“ Benar, umurku 27 tahun, tapi.. itu umur yang sebenarnya. 3 tahun yang lalu waktu aku membuka mata, aku kaget kenapa tiba2 aku berada di rumah sakit. Dan rasanya seperti aku berumur 12 tahun saat aku baru mengituki tes masuk SMP.”

“ Jadi kau tak lupa semuanya?”

“ Yup! Aku tahu siapa diriku, orang tuaku. Tapi saat sadar semua ingatanku saat SMP, SMA, kuliah semuanya seakan terlewati. Aku benar2 kaget lho waktu melihat diriku sendiri di cermin. Aku bahkan mengatakan ‘kakak2 ini siapa?’ pada Kwangmin dan Nana. Kepala rasanya di hantam benda keras, rasanya masih terasa jelas.”



                   Inikah JB yang sekarang? Apa dia tahu soal cincin ya? JB hanya mengingat sebatas sampai dia berumur 12 tahun. Artinya JB juga tidak mengingat saat dia bertemu Kang Sora di SMP.



“ Wah.. rumah Kwangmin terlihat dari sini ya?” kata JB sambil mengamati dari jendela

“ BODOH!” aku langsung menariknya “ Kalau kau didekat jendela nanti dia melihatmu!!”

“ Siapa? Jiyeon?”

“ Apa kau mengingatnya?”

“ Tidak. Aku seperti dalam mimpi,bayangan yang kadang2 muncul. Seperti kemarin saat aku melihat foto2 album kelulusan, di dalam album itu seperti tiba2 terlintas di mataku. Aku seperti melihat aku dimasa depan dan sedang tertawa. Kisah yang aneh ya.”



                 Sebenarnya, kenapa dan apa yang menyegel ingatan orang ini?



“ Ah.. maaf aku jadi ngelantur. Terima kasih ya sudah diizinkan masuk. Aku mau pulang.” Kata JB berpamitan

“ Tunggu! Apa ada sesuatu yang diingat?” tanyaku

“ Kalau itu tak usah dipikirkan. Walau aku tak mengingat apa2 aku nggak merasa terganggu kok. Jadi tak bisa ingat kembalipun tak masalah.”



                Apa? Lalu, untuk apa usaha mati2an Jiyeon selama ini?



“ Lalu untuk apa? Untuk apa kau datang kemari?” teriakku

“ Untuk..menangkap sesuatu. Sesuatu ang tak pernah kumengerti. Aku yang sebelumnya dan aku yang sekarang memang berbeda. Tapi masih ada sesuatu yang tersisa yang bisa kukerjakan. Perasaan yang tak kumengerti ini. Satu persatu ku kumpulkan, kupintal, dan di ujungnya..mungkin saja ada jawaban.”

“ JB! Ceritamu barusan aku menegrti kok. kau yang selalu merasa tidak lebih dari sekedar ‘tokoh yang muncul’ tapi sekarang ada di depanku. aku bisa menyentuhmu, jadi kau bukan didalam mimpi, kau benar2 ada disini. Kau nyata!”

“ Benarkah? Terima kasih.”



                        Kalau jadi orang ini, mungkin aku saat ini akan kehilanagn akal dan putus asa.



“ Seungho, kamu mudah diajak ngobrol ya. Aku boleh datang lagi?”

“ Silahkan. Eh.. Tunggu! Maksudku..”

“ sampai nanti, sampai ketemu lagi ya!”



               Da..datang lagi? bisa gawat! Dasar JB setengah matang. Eh ada sms dari Jiyeon. Aku.. jadi punya rahasia yang tak bisa kukatakan.







                                                                         ***

-KEESOKAN HARINYA DI SEKOLAH-



                    Hari ini ada yang aneh dengan tingkah Jiyeon, jika aku mendekat dia menjauh. Kebalikan dari yang biasanya, tapi..aku menyukai reaksinya yang seperti ini.

“ SEUNGHO! KENAPA SIH KAU MENGEJARKU TERUS?” teriak Jiyeon dengan wajah memerah

“ kau sendiri kenapa menghindar terus? Kau tahu, merupakan suatu penyegaran melihat situ gugup dan kebingungan.” Jawabku

“ Wah..jadi ingin lihat wajah Jiyeon yang diluar dugaan.” Kata Changdo sambil memperhatiakan foto kami di pekan kebudayaan



                “ Jiyeon!” panggil Yoseob di depan pintu

“Yoseob. Ada apa?”

“ Bisa sebentar?”

“ Ne.” Jiyeonpun menghampiri Yoseob



                    Aku memperhatikan mereka berdua, Yoseob memandangku, baru kali ini. Tapi..kenapa pandangannya sinis begitu?



“ Seungho, memangnya kamu berbuat apa pada orang itu?” tanya Sezy

“ Maksudnya?”

“ Yoseob itu nggak pernah peduli dengan orang lain. Orang yang benar2 bisa berteman akrab juga sedikit. Dengan begitu diluar teman akrab itu artinya ‘pandangan permusuhan’.”

MWO? Memangnya aku telah berbuat salah?

“ Sebenarnya aku telah dititipi pesan dari oppa.” Lanjut Suzy. “ katanya Seungho harus berhati2.”







‘ Itu.. penghuni kamar 205?” tanya Yoseob

“ maksudmu Seungho? Iya. Dia itu karakter orang yang tertindas. Pokoknya selalu tertindas. ”

“ kau sudah masuk kamarnya?”

“ Eh..sudah.”

“ cincinnya..sudah ketemu?”

“ Yoseob, pasti langsug ngomong gitu deh.” Jiyeon cemberut

“ Aku memang sedag mengintrogasimu kok. Kenapa, aku kau membenciku?” Yoseob tersenyum sinis

“ Itu tidak perlu. Mana bisa aku membencimu?” Jiyeon tersenyum “ Bukankah sudah kukatakan, kita kan berteman.”

“ Bagi Jiyeon, JB itu apa?”

“ Seumur hidup, adalah orang yang special.”

Yoseob diam..

“ Yoseob..”

                  Tiba2 Yoseob menarik tangan Jiyeon.

“ Yoseob, kau mau menggigitku ya?”

“ Aku tak menggigit!”

“ Oh.. haha..sudah lama ya, kita tidak seperti ini.” Kata jiyeon sambil mengayun2 akan tangan Yoseob “ Dulu kan aku sering menarikmu berkeliling.”

                     Yoseob kembali terpaku. Lalu melepaskan tangannya dan meninggalkan Jiyeon.







-RUANG OSIS-



“ Hei, Jiyeon kenapa?” Tanya Yoseob

“ Memangnya kenapa?” jawab Eli

“ Hari ini dia bisa bicara denganku.”

“ Selamat.”

“ kugigit lho!”

“ Kamu ingin mengubah Jiyeon seperti Jiyeon yang dulu?” Tanya Eli

“ kau mau bilang dia sudah berubah?”

“ Memang begitu kan?”

“ Bagiku tidak!”

“ Kamu lihat sendiri kan? dari awal bukankah sudah kukatakan Jiyeon sudah kembali ceria.”

“ Eli, kau meyebalkan.”

“ Bukankah kau yang menyebalkan? Cobalh seperti JB!”

“ JANGAN SEBUT NAMA ORANG ORANG ITU!”

Eli menatap Yoseob tajam






“ Padahal dirinya sendiri ingat, tapi masa dengan orang yang didekatnya lupa. Benar2 kejam.” gerutu Yoseob “ Menurut Ali bagaimana?”

“ Jiyeon merasa menyesal atas ke khilafannya.”

“ ITU KARENA JIYEON BODOH!” bentak Yoseob “ Sampai harus memutuskan untuk menemukan cincin itu segala lagi!”

“ Makanya Jiyeon terus mencarinya bukan, cincin yang dipikirnya suda nggak ada.” Sahut Eli

“ Itu yang kusebut bodoh. Padahal dia kan nggak harus mencari benda itu. Habis..cincinnya kan ada disini.” Kata Yoseob menggeluarkan sebuah cincin dari sakunya.






KORIDOR-



           “ Seungho kamu nggak sama Jiyeon?” Tanya Kwangmin

“ Dia di ruang klub. Sedang main bareng Heechul.”

“ oh..hari ini kau datang ke rumah kan? Kemarin sudah terima sms dari jiyeon?”

“ Kau tahu kan semalam JB ke rumahku.” Tanyaku sinis

“ Aku tahu.”

“ KAU SELALU SEPERTI ITU! MEMBOHONGI ADIK SENDIRI. MEMBUATKU LEPAS KENDALI SEBENARNYA APA MAUMU!”

               Sssttt… Kwangmin menempelkan jari telunjuknya di bibir. Sepertinya aku bicara terlalu keras.

“ JB seperti apa menurutmu?”

“ Dia orang yang aneh.”

“Maaf yang kemarin. JB dengan keadaan seperti itu walaupun cincinnya berhasil di temukan belum tentu ingatannya bisa kembali. Tapi jiyeon tak bisa menerima itu. Jadi bukankah lebih baik jika mereka tak bertemu, Youngmin juga berpikir hal yang sama. Dengan cincin yang di jadikan patokan Jiyeon saat ini, dengan munculnya kamu yang bisa di ajak kerja sama dengannya, walaupun semangatnya terkadang menurun, tapi selama dia tidak menyerah dia bisa terlindungi. Alasanku bekerja di sekolah ini, karena aku berfikir ingin menjadi teman untuk Jiyeon. Kemudian aku ingin hal itu tak terulang kembali. Mata yang seperti tak ada kehidupan, aku tak ingin kembali ke masa itu. Seungho, maaf aku membebanimu. Malam ini datanglah, jiyeon pasti senang.”



- Ruang data-

               “ Tidak ada Seungho, sepi ya!” kata heechul

“ Ne. membosankan.” Jawab Jiyeon “ Tapi hari ini kami berbeda.”

“ Heechul memperhatikan Jiuyeon

“ Kenapa? Apa aku aneh?”

“ hahaha, apa kamu masih memikirkan pekan kebudayaan?”

“ Iya.”

“ Jadi karena itu kalian nggak bisa sama2. Jiyeon itu lucu ya!”

“ Kenapa? Soal menggendong tuan putri itu. Kau pikir memangnya nggak gugup?” wajah Jiyeon kembali memerah.

“ Kok kalau denganku kau nggak gugup?”

“ Karena bagiku, heechul itu kakak perempuan. Aku tak tahu musti gimana kalau ada Seungho”

“ Cowok di sekitar Jiyeon banayk sih!”

“ Mwo?”

“ Pertama si kembar.”

“ Mereka kan keluargaku.”

“ Lalu Eli.”

“ Dia itu oppa tempat bersandar.”

“ Kalau Yoseob?”

“ Yoseob, dia itu sepupu yang seperti teman,”

“ Kalau JB?”

“ seumur hidup, dia adalah orang yang sangat spesial.”

“ Kalai Seungho bagaimana?”

“ Orang yang suka ikut campur urusan orang lain, tertindas, dan terlalu hati2.”

“ Mungkin ya? Sebenarnya dia adalah dia, apa tidak ada yang berubah?”

“ Entahlah, Seungho memang berbeda dengan JB tapi dia juga berbeda dari yang lainnya, saat berada di dekatnya aku juga merasa nyaman.”







***





-JIYEON POV-





               Hari ini aku bermimpi hal yang sama lagi. Berlari.., pemandangan yang berlari. Pemandangan memotong disamping yang amat cepat. Aku pikir aku kembali dejavu.

Aku seperti melihat bunga sakura. Setiap mendaki tanjakan yang menuju ke sekolah, aku seperti tersadar. Seperti diingatkan sesuatu. Itu sunggauh ajaib. Tapi saat aku sadar, ini adalah musim panas dan tidak ada satupun bunga sakura. Apa mungkin itu adalh.. ingatanku?

Di depanku, terlintas sosok laki2 dengan rambut yang lembut terbelai angin. Nafasku serasa terhenti, terus mendaki tanjakanmenuju sekolah.

Laki2 berambut hitam yang menarik lenganku, dalam tebaran bunga sakura yang menari nari diterpa angin.

Waktu itu ada seseorang. Kami berlari menuruninya, aku tidak tahu itu lengan siapa, yang menarik tangannya.. Aku.





             “ Eh.. Seungho sakit?”

“ Iya, sejak semalam mata kananku terasa sakit.”

“ Aku akan mengantar Seungho ke rumah sakit, jadi dia tidak bisa sekolah.” Kata Kahi

“ semoga cepat sembuh ya!”



                Hari ini tidak ada Seungho jadi tidak bisa cerita soal mimpi. jadi aku terpaksa harus mengingat2 sendiri. Tapi saat aku berada di gerbang, walaupun pemandanagnnya sama seperti di mimpi tapi tidak aad bunga sakura. Kalau saja ada sakura bertebaran mungkin aku bisa mengingat sesuatu.

Sebenarnya aku nggak yakin sih, tapi kurasa itu saat aku pergi ke sekolah dan menyembunyikan cincin, aku bersama seseorang. Tapi aku lupa itu siapa.



“ Sedang apa kau.” Sapa Yoseob

“ Yoseob,.”

Aku mana bisa bilang kalau aku sepertinya sudah hampir mengingat soal cincin. Yoseob kan nggak suka kalau aku cerita soal JB.

Eh.. apa ini? Saat yoseob berbalik, aku merasa…

“ Kenapa?” tanay Yoseob

“ Ani.”

“ Tidak masuk kelas?”

Rambut hitam yang lembut dan melambai lambai, sebenarnya apa yang aku lupa?

-JIYEON POV END-





“ Aaahhh.. santainya..”

Tapi rasanya aneh kalau sendian di rumah, tidak ada aap2 yang bisa dikerjakan. Membosankan.

TING TONG

Siapa? Ah..sekarang siapapun boleh asalkan aku punya teman.

CKLAK

“ Hai..” sapa JB



BLAMM

“ Kenapa kamu tutup? Aku nggak boleh masuk ni?” teriak JB

               Di hari yang damai ini, kenapa orang ini meski muncul?

“ SEUNGHO BUKA!!!!”

            Aku tak punya pilihan lain.

“ Ada apa?”

“ Aku hanya datang untuk menyerahkan ini.”

“ Apa?”

“ No HP ku. Sudah ya! Dagh..”

            Cuma itu..

“ Kalau Cuma itu kan bisa lewat Kwangmin saem!”

“ Habis.. aku ingin memberikannya sendiri.”

“ Lalu bagaimana kau bisa tahu kalau aku di rumah.”

“ Aku dapat SMS dari Kwangmin, katanya ‘ Seungho tepar’ gitu.”

            Kwangmin…..kenapa lagi2 tak memberitahuku.

“ Lagipula kalau tidak ada Kwangmin aku tak bisa dengan mudah kesini, bukannya Jiyeon sering berkeliaran disini. Aku kan belum boleh bertemu dengannya karena aku belum bisa menepati janji.”

            Janji? Apa dia sudah ingat? Ini sejak kapan?

“ Kau sudah ingat?”

“ Belum, tapi aku tahu semuanya.”

“ Lalu apa yang akan kamu lakukan?”

“ Aku boleh mengganggu sebentar?” kata JB

              Sekali lagi aku tak punya pilihan, aku membiarkan nya masuk, apa tindakanku ini salah?Aku tak pernh tahu, yang kutahu akuini terlalu ikut campur, dan terlalu penasaran.



            “ seungho, kau tahu susunan keluarga Jo?”

“ Tuan Jo, Nyonya Jo yang sekarang, istri ke-2, Kwangmin, lalu ada Yoseob anak istri ke-2 nya.” Jawabku



 


“ Benar, tapi masih ada juga Ri an. Istri yang pertama. Kesehatan wanita itu memang tidak begitu baik, setelah kwangmin menjadi anak angkatnya setahun kemudian dia meninggal. Tapi bagi Kwangmin, dia pernah bilang ‘sampai saat terakhirnya aku tak bisa membuatnya bahagia.’ Sampai saat inipun dia juga merasa seperti itu, dari situ kalau di pikir kenapa dia begitu menyayangi jiyeon, karena.. wajah, keadaan tubuh, juga tingkah lakunya, mirip dengan Jiyeon. Dia hanay ingin melindungi dan menyayanginya, agar dia selalu tertawa.”



“ Melindunginya? Sungguh luar biasa, apa orang itu berniat melakukannya seumur hidup?”



“ Eh, Seungho tahu Nana kan? Dulu waktu mau ujian masuk SMP, aku minta dia jadi guru privatku lho. Lalu waktu aku kuliah semester 5 aku tewas karena kecelakaan. Aku nggak sebegitu ingat sih, tapi satu yang kukatakan. Mungkin alasanku yang sebelumnya menolong Jiyeon, karena siapapun tak ingin kehilangan orang yang di sayangi karena kecelakaan kan? Akhirnya.. takdir bagus memihak pada kami, aku dan Jiyeon masih hidup. Seungho, tadi kamu tanya apa yang ingin kulakukan kan? Sebenarnya ada yang ingin aku lakukan. Sesuatu yang aku sendiripun bisa melakukannya. Walaupun hsilnya tidak 100 %.”



“ JB memang benar2 JB. Aku sering mendengar soal JB dari Jiyeon.”



“ Jiyeon ya, aku pernah bertemu dengannya sekali saat aku sakit. Saat memejamkan mata Cuma itu yang kuingat. Selebihnya….. TARA!! BUKU DIARY RAHASIA MULIKKU!. Semua tentangku sebelum kecelakaan terpapar habis!””



Mwo?? Dulu JB menulis diary?



“ Disini tertulis sejak SD, sepertinya aku tumbuh dengan sangat menarik. Jiyeon juga muncul. Aku berjanji padanya. Dan aku ingin memenuhi janji itu.”

“ Janji apa?”

“ Membuatkan buku untuknya. Buku yang mudah dibaca dan ..hangat.”



                 JB.. andaikan ingatan orang ini tak kembalipun dia akan tetap membuatkan buku untukmu. Hei Jiyeon kau pasti akan senang.





-Ruang data-



             “ Hei seungho, liburan musim dingin nanti kamu pulang ke rumah orang tuamu?” tanya Jiyeon

“ Iya.”

             Roly roly poly

             Ada SMS masuk

“ Seungho liburan nanti…”

“ YAA!” teriakku

“ Ada apa? Kok teriak? Kamu mencurigakan. kenapa panik begitu? Pengirimnya perempuan ya?”

“ Kalo iya memang kenapa?”

            Jiyeon tak melnjutkan malh berdiri mematung. Memangnya ada kalimatku yang salah ya? Sebenrnya itu tadi SMS dari JB. Isi SMS nya nanti saja kulihat. Sejak kedatangan JB hidupku bertambah repot, apalagi aku harus merahasiakannya dari Jiyeon. Sepertinya saat ini aku mulai terbiasa, mungkin kedengarannya aneh tapi JB adalah orang yang di sukai Jiyeon. Walaupun ingatan JB hanya bekisar saat dia umur 12 tahun tapi dia ingin tetap memenuhi janjinya pada Jiyeon. Aku jadi tergugah kalau Jiyeon mendengar ini, dia pasti akan sanagt senang.

Aku ingin mengatakannya tapi aku belum bisa sebelum cincinnya ditemukan. Aku ingin melakukan sesuatu.



- Kamar 205-



“ together itu apa?” itulah bunyi SMS JB



Aku tak mau kalah “ Apa, apanya?” kirim!



“ Apa, apanya apa?” balasan JB



Dia ngajak berantem ya?



“ Itu teka teki atau pertanyaan?’


‘ aku ingin tahu arti yang sebenarnya berdasarkan intuisimu! ^^



Akan aku jawab lain kali!



-Keesokan harinya, sekolah-



            Dia bilang intuisi, kalau aku sangkut pautkan dengan Jiyeon, benar tidak ya?

“ Jiyeon..” sapa Eli

“ Eli.”

“ Hari ini Suzy nggak masuk sekolah. Dia demam.”

“ Mwo? Parah nggak?”

“ Nggak, kalu ada waktu kalu bisa meneleponnya.”

“ Kalau Yoseob sehat nggak ya?” akhir2 ini dia sedikit menjaga jarak. Anak itu juga kan jarang bicara dengan orang lain, makanya aku jadi khawatir.”

“ Jiyeon selalu memikirkan orang lain ya?”

“ Ani..”

“ Kalian nggak masuk? Nanti telat lho!”

Eli berbalik dan tiba2 ada aneh dengan Jiyeon, saat Eli berbalik jiyeon… menangkap kepala Eli.

“ HEI APA YANG KAMU LAKUKAN?” teriakku

“ Nggak, habis.. soal cincin.. aduh apa ya.” Kata Jiyeon kebingungan.

“ Mau ke ruang klub sebentar?”

Akupun mengejak Jiyeon ke ruang data

“ Jiyeon bisakah kamu mengingat susunan kejadian yang kamu ingat soal cincin? Kenapa kamu berfikir bahwa ruang data adalah tempat pertama yang harus digeledah? Coba sekali lagi kamu ingat2.”



“ Hari itu..aku pergi ke apatment JB(kamar 205), lalu saat JB sedang asik berbicara di telepon aku mmbawa cincin itu pergi.”



“ Semudah itu?”



“ Itu digeletakkan begitu saja. Setelah itu terjadi seperti mimpi. aku datang kesini begitulah yang kuingat. Tampaknya ditempat kejadian kecelakaan itu Kwangmin oppa juga ada. Di dalam mobil ambulans yang tersisa di ingatanku bayangan yang menakutkan. Kecelakaan itu dan tubuh JB yang berlumuran darah. Lalu setelah aku menceritakan kronologi itu pada Kwangmin oppa, dia pergi kesini untuk mencarinya tapi cincin itu nggak ada. Rasanya aku menyembunyikan cincin itu disini, tapi yang jelas…”



   Dia akan menangis.. aku tak bisa membiarkannya

“ Siapapun pasti pernah berbuat salah. Jiyeon, kau sudah cukup mengintrospeksi diri. Bukankah kau sudah mati mtian mencari cincin itu? Sebaiknya sekarang lakuakn yang bisa kau lakukan!”



“ seungho.. berkata seperti JB..Seungho..cincinnya pasti ketemu kan?”

“ Ne.”

“ Terima kasih.”





TBC