SMS aneh yang dikirim JB, sampai sekarangpun aku masih belum bisa menemukan jawabannya “TOGETHER”
Apa aku harus menyerah saja? Tapi bagaimana aku menyampaikannya? Tidak ada cara lain aku harus menemuinya.
Aku memandang berkeliling café di dekat sekolah, mencari sosok JB, sampai ada suara yang memanggil
“ Hei Seungho!”
“ JB, Mian mengganggumu.”
“ Nggak, aku malah senang.”
“ Kalau begitu, ayo cepat beri tahu aku jawaban SMS misterius itu!” kataku tanpa basa basi
“ Ah..itu, itu bukan semacam jawaban kok. Itu adalah judul buku.”
Judul buku? Together
“ Itu sudah diputuskan ya!”
“ Cuma judul.”
“ Cuma.. bukannya kau sudah tahu dari catatan diarymu.”
“ Itu ya, kalau aku membaca diaryku hanya tergambar imej yang sepenggal2. intinya nggak jelas. Lagipula bahasanya bukan dari pengalaman ‘aku yang sekarang’. Tidak bisa jadi pegangan satu2 nya. Karena ini buku untuk Jiyeon, isinya hanya aku tunjukkan padanya, mungkin saja aku yang sekarang tak bisa menuliskan ‘hal yang sama’ dengan yang ingin aku tulis dulu. Selama ingatanku belum kembali, misalnya sampai berapa tahunpun aku tidak akan sama seprti yang dulu.”
Ekpresi itu…
“ Jangan salah paham. Itu bukan berarti aku pesimis. Sebelumnyapun sudah kukatakan. Aku hanya ingin tahu apa yang dipikirkan ‘aku yang dulu’. Saat Together telah kurampungan pasti saat itu meski sedikit aku akan mengerti. Karena itu kalau Seungho mungkin saja bisa memberiku petunjuk.”
“ Kalau aku? Sebenarnya kau ingin mengatakan apa sih?”
“ Pemahaman. Aku ingin lebih memahami aku yang dulu. Perasaanku terhadap jiyeon. Karena itu, ayo beritahu aku soal Jiyeon.” Kata JB tersenyum
Jb ingin membuat buku itu, baguslah kalau dia masih ingat Jiyeon
“ Pertama tama aku beri tahu sisi buruknya.. jiyeon itusering memikirkan banyak hal, dia juga sering menangis tapi kalu dilihat2 dia juga manusia yang berbahaya, karena dia juga sering berjalan2 tanpa hasil yang jelas. Tapi.. seiring berjalannya waktu justru kitalah yang dibuatnya berusaha mati2an. Kalau sedang gelisah dia juga suka ceroboh, dia orang yang seperti itu.”
“ Tampaknya dia anak yang baik ya.”
“ Dia anak yang aneh!”
“ Saat kita melihat sesuatu yang sama dalam sudut pandang yang berbeda yang terlihatpun akan berbeda. Jiyeon yang dipandang seungho pada kenyataannya memang memiliki sisi yang seperti itu. tapi bagiku yang dulu, Jiyeon adalah ‘adik perempuan’ dan sangat manis. Yang 10 tahun lebih muda dariku. Tapi sekarang yang membuatku tak bisa berprasangka seperti itu lagi karena aku tidak tahu tentang dirinya.”
PLETAK
Aku menjitak JB
“ Kau ini bagaimana, kenapa putus asa gitu?? bukankah aku sudah mau di ajak kerja sama! Kalau kau ingin tahu sesuatu aku pasti akan cerita. Karena aku.. tak ingin melihatnya menangis.”
“ Kau menyukainya?” tanya JB “ Suka atau benci alangkah baiknya kalau di ungkapkan.”
“ Rasanya canggung.” Jawabku “ Kalau hanya sekedar suka mungkin nggak akan sesulit ini. Semakin persaan itu bertambah kuat, jika disampaikan akan bagaimana jadinya? Andai saja aku punya keberanian mengatakannya.”
“ Keberanian.. yang membuat Jiyeon susah juga yang menyakiti anak itu, adalah aku. Akhirnya..aku menjadi seperti ini sekarang, mungkin adalah suatu hukuman.”
- SEKOLAH-
“ Eli.” Sapa Heechul saat melihat Eli di perpustakaan
“ Heechul. Kenapa masih disini?” tanya Eli
“ Ada barang yang tertinggal, kau sendiri kenapa masih ada disini?”
“ Malas pulang.”
“ Apa ada masalah sehingga membuatmu ingin meneyendiri disini.?
“ Heechul.. kalau kita tahu hal yang sebenarnya tapi kita tetap diam saja, apa itu salah?”
“ Iya. Tapi.. bagi yang diampun ada alasannya kan? Nggak ingin diketahui orang, sama saja ingin melindungi diri sendiri kan, jika tidak ingin orangnya tahu sama saja dengan melindungi orang itu juga. Mungkin kamu orang yang terlalu berfikir, tapi tenang saja, sejauh yang kutahu Eli tak akan melakukan sesuatu tanpa memikirkan orang yang bersangkutan kan? ”
“ Kalau dengan Heechul, aku kalah deh.”
-Koridor-
“ Seungho dimana ya? Kok tiba2 menghilang.” Jiyeon celingukan.
Jiyeon terus berjalan menyusuri koridor mencari seungho, tapi yang ditemuinya bukalah Seungho melainkan Yoseob. Tapi ada yang aneh dengan Yoseob, ketika dia melihat Jiyeon tiba2 dia berlari menjauhinya. Jiyeonpun menjadi penasaran dan lari mengejarnya
“ Kalau lari, artinya nggak ingin dikejar kan?” kata Yoseob yang akhirnya berhenti
“ Yoseob.. kok tiba2 kabur?”
“ Apa? Memangnya ada perlu apa?
“ Eh, rasanya akhir2 ini kita jadi jarang bicara ya!” kata jiyeon kikuk
“ Bicara apa, memangnya ada yang perlu dibicarkan?” jawab Yoseob ketus “ ayo, coba katakan? Aku akn mendengar”
“ uh.. udah ah, kenapa sih kamu selalu mengeluarkan kata2 yang seolah memojokkanku!”
“ Itu hobiku.” Jawab Yoseob
“ Jangan punya hobi yang kayak gitu donk!” rengek jiyeon “ kalau kayak gini jadinya malah nggak bisa ngobrol!”
“ Jangan salain orang lain kalau dirinya sendiri yang nggak bisa ngomong. Lagian kamu begitu apa nggak dingin?” kata Yoseob sambil menatap tajam Jiyeon yang Cuma pakai seragam (ingat kn, disini ceritanay uda musim dingin)
“ Mantelku ada di ruang klub kok, tadi aku juga mau ambil tapi aku melihat Yoseob jadi..”
“ Ini!” Yoseob menyodorkan syal yang dia pakai. “ Istirahatkan hatimu! Sudah ya.”
“ Ah.. Yoseob jangan! Nanti kamu yang kedinginan! Kalau matelku masih ada di ruang klub kok.”
“ Aku bilang nggak apa2, ya nggak apa2!” kata Yoseob meninggalkan Jiyeon
“ Ini nggak baik! Yoseob kau keras kepala ya!” jiyeon mengejar
“ Memangnya siap yang keras kepala?”
“ Hei! Pakai kembali syalmu!”
Jiyeon menarik lengan Yoseob, seketika itu juga Jiyeon tiba2 merasa kembali dejavu
“ Dulu juga pernah seperti ini.” Racau Jiyeon
“ Mwo apa yang kau katakana?”
“ ah.. nggak! Mian aku ngomong aneh2.”
“ Kalau nggak ada urusan aku pulang.” Yoseob akhirnya meninggalkan Jiyeon yang mematung
“ Jiyeon!!!!” teriakku
“ seungho! Kau dari mana saja?”
“ Aku ada perlu sebentar. Kau tidak pulang? Cepat pakai mantelmu, di luar dingin sekali lho.”
“ Seungho bisa ke ruang data sebentar, ada yang ingin kukatakan!”
-RUANG DATA-
“ Hee..kamu bersama seseorang?”
“ Ne, tiba2 aku mengingat kalau waktu itu aku bersama seseorang. Rasanya memang begitu di hari aku menyembunyikan cincin.”
“ Kok kamu nggak pernah ngomong!” bentakku
“ Habisnya aku nggak begitu yakin, rasanya aku menggenggam tangan orang itu.”
“ Ada petunjuk?” tanya ku
Jiyeon menggeleng sebagai jawaban
“ Kalau gitu sih repot. Seandainya memang ada seseorang mungkin orang itu Yoseob, dulu kan dia yang sering bersamamu.”
“ SAMA SEKALI NGGAK MUNGKIN!” bentak Jiyeon “ Habis, Yoseob kan nggak suka JB. Rasanya nggak mungkin dia mau ke rumah JB.
Apa ini? Perasaan yang semakin teringat. Perasaan yang semakin gundah. Jiyeon.. apa yang terlupakan olehmu?
- LIBURAN MUSIM DINGIN-
Liburan musim dingin ini aku pulang ke rumah orang tuaku
“ AKU PULNG!”
“ Ah.. seungho, selamat datang, pas sekali. Karena aku mau pergi belanja kau harus ikut!” kata Eun Hye
“ Iya.”
Aku tak punya hak menolak sama sekali, seperti yang kutakutkan aku paling disuruh bawa barang.
“ Aku mau naruh barang di kamar dlu ya.”
“ Iya, tapi cepat ya!” perintah Eun Hye
Aku berjalan menuju kamar tapi saat aku buka kamarku….
“ APA APAAN INI!” teriakku
Eun Hye lalu menyusulku ke kamar
“ Ada apa? Ini kan kamarmu?”
“ BENTUK ASLINYA KAN NGGAK BEGINI! KENAPA KAMARKU JADI KAMR CEWEK BEGINI?”
“ Habis.. bentuk aslinya nggak bercita rasa, jadi aku ubah saja.” Kata Eun Hye enteng
“ Aku lebih suka yang biasa saja.”
“ Maksudmu seperti kamar Kahi unnie yang bermotif macan tutul?”
“ Aku tadi kan bilang yang biasa saja! Seperti kamarku yang dulu! kalau kamrnya seperti ini mana bisa aku berfikir”
“ Kamu ini ngomong apa sih? Kamu kan nggak punya waktu luang untuk berfikir. Kamu disini untuk membantu! Memangnya kamu mikirin apa?”
“ AH.. TIDAK, AYO KITA BELANJA.”
“ Oh.. pasti soal jiyeon.”
Benar. Aku sekarang nggak bisa membantu apa2. bagus kalau dia berusaha mati2an mencari cincin tapi kalau berhubungan dengan Yoseob dia selalu murung.
Serpihan ingatan Jiyeon.. sebabnya syok akibat melihat JB terluka parah didepan matanya saat melindunginya. Tapi.. apa benar seperti itu? walau Jiyeon ingat soal kecelakaan itu tetap masih ada masalah di hari itu. Seseorang yang mungkin bersama Jiyeon saat itu siapa?
“ Lebih baik di SMS saja!” kata eun hye “ biar pendek ataupun panjang, kalau kau menunjukkan kau memikirkannya pasti dia akan senang.”
-Sementara itu di Apartmen JIYEON-
“ Seungho benar2 pulang ya! Mana Kwangmin saem liburan musim dingin menginap di rumah kluarga JO, Youngmin oppa juga tidak libur, aku bosaaaannnnn… apa aku pergi ke rumah Suzy atau Chang do saja ya? Ah..dia luar dingin nggak ya?” Jiyeonpun mengobrak abrik is lemari dan menemukan syal Yoseob.
Ting tong…
“ iya..” Jiyeonpun segera berlari membukakan pintu
“ ELI!”
“ Tadi aku ditelepon Kwangmin saem, katanya kau sendirian di rumah.”
“ Betull membosankan.”
“ Mau pergi denganku?” ajak Eli
“ KYAAAAA… JANGAN2 KAMU MAU NGAJAK KENCAN!”
Eli hanya tersenyum
“ Eli nggak apa2 jalan2 denganku, kau tak sibuk?” tanya Jiyeon
“ Tidak. “
“ eli itu dewasa ya!”
“ Jiyeon juga orangnya berpendirian kuat.”
“ Biasa aja, kita mau kemana?”
“ terserah jiyeon”
“ Aku mau ke sekolah.”
“ Kenapa kau begitu menyukai sekolah?” eli tersenyum
“ Entahlah, habis dari dulu aku kan selalu ingin masuk sekolah Sewon High School, aku begitu menukainya, di tepi jalan, deretan bunga sakura jika di musim semi deretan pohonnya jadi sangat indah.”
“ Jiyeon..”
“ Iya,”
“ Mulai sekarang, apapun yang terjadi yakinlah ‘sesuatu yang benar’ tidak hanya ada satu. Karena itu berbeda di masing2 orang.”
“ Maksud Eli apa?”
“ Mungkin bagimu memang sulit dimengerti, tahu asal kamu saja itu sudah cukup .”
“ Eli lama ni!” kata Yoseob tiba2 “ Lalu kenapa Jiyeon juga ada disini?”
“ Aku yang mengajak.”
“ Yoseob juga ada? Kalau tahu gitu tadi aku bawa syalmu. Nanti kamu mampir ke rumah ya!”
“ Nggak, merepotkan.”
“ Apanya yang merepotkan? Berkumpul dengan teman dari kecil nggak aneh kan?” kata Eli
“ Trus kita mau ngapain?” tanya yoseob
“ Nggak mau ngapa2in.” jawab Eli
“ Mwo?? Nggak mau ngapa2in?”
Tiba2 Hp Jiyeon bunyi
“ Ah..ada SMS. Bohong.. dari Seungho! Hahaaha katanya dia sedang dimintai tolong kakaknya untuk membawa barang belanjaan.
“ Lalu apanya yang bohong?” tanya Eli
“ Itu lho, abis Seungho kan nggak pernah SMS kalau bukan hal penting.”
“ Seungho itu.. penghuni kamar 205 yang sekarang kan” tanya Yoseob
“ Iya, dia orang yang baik. Walau kalau ngomong suka ngotot tapi itu menyenangkan. Sekarang dia sedang pulang ke rumah orang tuanya aku jadi kesepian. Dia cepat balik nggak ya?”
SYUUTT..
Tiba2 Yoseob langsung merebut HP Jiyeon dan membalas SMS Seungho
“ KYAA…. Apa yang kau lakukan! Kau balas apa?” teriak Jiyeon
“ Kau itu masih kekanakn ya!” sindir ELI
“ kyaa… seungho telepon! Bagaimana ini?” teriak Jiyeon bingung “ Halo.. itu bukan aku…itu tadi Yoseob yang bals. Aku sekarang bersama Yoseob dan Eli, aku minta maaf ya seungho. Seungho… diputus!”
Bagaimaa ini apa Seungho benar2 marh?
- SEKOLAH-
“bodoh bodoh bodoh”
Apa sih maunya tu orang?
“ Seungho sini!” panggil Kwangmin
Akupun mengikutinya
“ Kamu kenapa?” tanyanya saat kami berda di koridor yang sepi “ SMS bilang ada yang ingin kau tanyakan.”
“ Ini soal JB, Apa dia sedang sibuk?”
“ Mungkin iya, kenapa? Apa dia tak menghubungimu? Dia juga tak menghubungiku. Kau ada perlu dengan JB?”
“ Nggak kok, habis dia kalau SMS aku pasti ngasih pertanyaan sulit tapi giliran aku yang SMS dia nggak pernah bals.”
“ Wah.. Seungho seperti anak gadis yang sedang jatuh cinta..”
“ JANGN NGATAIN AKU GADIS!!!”
Sebenarnya ada hal yang membuatku penasaran. Tapi entah kenapa aku takut.. rasanya seperti hal yang tidak boleh di tanyakan. Selain itu kalau menganggap hukuman sebagai kewajaran di saat seperti ini? Apa yang bisa menolongnya?
-RUANG KELAS jam pulang sekolah-
“ Seungho.. pulang yuk!” ajak Jiyeon “ Eh, tadi ngobrol apa dengan Kwangmin oppa?”
“ Tentang JB.” Ups.. kenapa aku bisa kelepasan begini? “ Maksudku tentang buku JB.”
“ Oh.. buku yang katanya mau terbit bulan ini?”
“ Kau tak ingin membacanya?”
“ Aku tidak bisa, habis..cerita tulisan JB isinya penuh dengan teori2 yang sulit dimengerti. Tulisan JB yang sekarng juga kurang lebih sama. Eh Seungho, aku sudah pernah bilang kan, JB berjanji mau membuatkan buku khusus untukku. Kira2 isinya seperti apa ya?”
Jiyeon.. kalau kamu tahu sekarang JB sedang berusaha membuat buku yang dia janjikan itu, kira2 wajahmu akan seperti apa ya?”
Tunggu! Jiyeon berpegang teguh ‘jika dia berhasil menemukan cincin, maka ingatan JB akan kembali dan akan menepati janjinya’ itu adalah keinginan Jiyeon sekarang. Hanya JB mengatakan kalau sekarangpun sudah cukup. Karena itu kalau aku mengatakan pada Jiyeon soal JB yang berniat menulis ‘buku yang dijanjikan’ apa akan baik? Keberadaan buku itu bagi Jiyeonpun sekarang tak tergantikan. Apa lebih baik aku mengatakanya saja?
“ Jiyeon, bagaimana kalau kita melakukan permainan pengandaian?”
“ Baik, aku mulai duluan ya!”
“ Seandainya Heechul perempuan apa kau akan terpikat?” kata Jiyeon
“ Itu tidak mungkin. Sekarang giliranku. Seandainya sekarng kamu bertemu JB apa yang akan kamu lakukan?”
Jiyeon terpaku..
“ Seungho.. belakangan ini, tiap aku memikirkan soal kecelakaan entah kenapa perasaanku jadi nggak tenang.”
“ Jadi..kamu nggak tenang ya? Selain kamu sudah sangat lama tidak bertemu JB, cincinnyapun belum ketemu. “
“ Aku tidak tenang, aku berfikir apa cincin itu bisa ditemukan atau tidak. Di dalam lubuk hatiku yang paling dalam, sebenarnya aku ingin mengingatnya nggak ya?”” Kalau orang yang nggak ingin mengingat nggak mungkin sengotot ini.”
“ Benarkah?”
“ Jangan tanya aku!”
Ternyata sekarng memang nggak mungkin membicarakannya.
-JIYEON POV-
Sore ini aku berjalan sendirian ke toko buku. Entah kenapa aku seperti tergerak untuk pergi. Perasaan yang rumit karena makna yang bermacam macam. Seperti senang seperti gelisah.
Aku berjalan dideretan novel. Aku menemukan novel terbitan terbaru. ‘SUARA LANGKAH YANG SAMAR2 ’.
Kita bertemu lagi JB.
Aku akhirnya kembali membeli buku itu. buku karangan JB. Walau akhirnya nggak kebaca. Seprtinya koleksi buku JB yang nggak bisa kubaca bertambah. Tapi.. ini bukti bahwa dia sehat2 saja.
Semenjak kecelakaan itu Kwangmin oppa tidak pernah menceritakan tentang JB yang sekarang. Satu hal yang dikatakan oppa, bahwa JB masih jadi penulis. Aku senang. JB. Walaupun dia telah melupakan segalanya tapi setidaknya harapan itu masih ada.
Perasaanku sampai sekarng pun tak berubah. Aku ingin mengembalikan ingatan JB. Aku ingin dia ingat kembali pada Kang Sora. Aku tak mau dia tetap melupakan gadis itu.
Karenanya aku akan membuat dia mengingat kembali. Aku akan menemukan cincin yang kuhilangkan itu. biarpun aku tidak yakin kalau ingatan JB akan kembali aku tak ingin menyerah sekarang . aku akan mengingat kembali ingatan saat terjadi kecelakaan. Waktu itu.. apa yang sebenarnya terjadi?
“Jiyeon!” sapa Seungho
aku tak sadar kalau aku sudah berada di depan rumah
“ Tumben kok kamu sendirian.” Kata Seungho di atas balkon
DEG..
Tiba- tiba aku kembali dejavu
“ Jiyeon! Jangn tidur sambil berdIri!” kata Seungho membangunkanku dari lamunan
-JIYEON POV END-
- SEKOLAH-
“ Seungho.. Jiyeon mulai tidak makan lagi.” Kata kwangmin
“ MWO??”
“ Tepatnya sejak buku terbaru JB terbit. Anak itu terkadang tida mau mengatakan apa yang ada dalam pikirannya.”
“ Barang kali begitu ya!”
“ Iya, sudah dulu ya, aku mau rapat.”
DUAARRR…
“ Bunyi apa itu?” tanya Kwangmin kaget
“ Bunyi HP ku, dering ini hanya khusus untk satu orang.”
“ Satu orang? Apa yang kau maksud itu…JB?”
“ Benar. Sms nya..”
TOLONG
- KEDIAMAN JB-
“ Sialan, kenapa harus aku yang mengantarmu?” gerutu Nana
“ Habis, Kwangmin saem sedang rapat.”
“ Seungho.. jangan kaget ya! Dengan apa yang akan kau lihat.”
Grusaakkk
“ Apa ada permapokan?” tanyaku saat melihat kamar JB yang super berantakan
“ Bukan! JB!!! UDAH CAPEK2 BERESIN APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN HAH?” teriak Nana.
“ Lho, Nana datang ya, padahal aku ngirimnya ke Kwangmin.” Kata JB
“ Kekirimnya ke aku kok.” Kataku
“ Oh..”
“ JB.. Kmau kan punya rumah yang sebesar ini, kenapa kamu tinggal di apartmen 205?”
“ Itu adalah kamar hyung yang sudah meninggal. Aku mulai tinggal disitu saat aku sekolah di SEWON. Karena aku sering diringgal di rumah sendirian makanya aku ikut hyung yang kebetulan punya apartment dekat Sewon High School. Dan hyungku itu guru privat Nana.”
“ Kamu tahu banyak ya.” Sahut Nana “ Lalu bagaimana perkembangan buku yang akn kau tunjukkan pada Jiyeon? apa ada perkembangan?”
“ Sedih nih.. nggak ada kemajuan.”
“ MWO?” teriakku “ Apa nggak ada kesempatan bisa mengingat walau Cuma buku itu.”
JB berfikir, tiba2 dia berteriak
“SERAGAM!”
“ JB..APA KAU MENGINGAT SESUATU?” tanya nana
“ Sama skali belum.. tapi.. Seungho dulu SMP nya di tempat lain kan?”
“ Iya, lalu kenapa?”
JB tak menjawab, dia malah sibuk obrak abrik laci seperti mencari sesuatu
“ Kau sekaranng baru kelas satu, berarti setahun yang lalu kau masih SMP dan berada di kota lain.” Kata Jb yang masih mencari. “ Ah..ketemu..” kata JB saat menemukan diarynya dan membacanya “ Akhir bulan april, saat aku baru saja keluar dari rumah sakit setelah ‘dia datang’ . dia memakai seragam sekolah Sewon. Rambutnya coklat terang. Wajahnya tampan, anak muda yang tak pernah kulihat sebelumnya.”
“ Murit berambut coklat kan banyak.” Jawabku
“ Tapi dia sendiri sepertinya sudah tahu aku. Oh iya, ada seorang lagi. Anak bersamanya yang berdiri di tempat jauh. Dengan seragam yang sama dan memakai kaca mata.”
“ JB.. Ada apa dengan anak itu?” tanya nana
“ Dia bertanya padaku ‘apa ada yang kau ingat?’ dan ditangannya ada sebuah cincin yang sederhana.”
Itu…
***
-JOYEON POV-
Aku berdiri di depan gedung apartmen 205 menunggu Seungho. Semenjak pulang dari toko buku, aku mulai mengingat sesuatu. Di hari kecelakaan aku sedang bersama seseorang. Kira2 siapa?
Aku melihat kamar Seungho lampunya tiba2 nyala. Aku memperhatikan balkon itu..
DEGG..
Aku tiba2 merasa kembali dejavu. Orang yang bersamaku mengatakan sesuatu
“ Dia melihatmu..”
“ Apanya?
“ Jiyeon, JB melihatmu”
“ Dari mana?”
“ Dari dalam kamar. Dia melihat ke rah sini!”
Dia melihat…
JB… melihatku?
Aku takut mengingatnya.. mungkin JB mengetahuinya. Soal aku membawa lari cicininnya. Aku takut dengan perbuatanku sendiri sehingga aku melupakannya. Karena ketahuan. Karena takut aku jadi lupa. Aku memang ingin melupakannya. Pertahannan yang setengah mati aku tanamkan pada ingatanku sendiri. JB akan membenciku.
-JIYEON POV END-
-KAMAR 205-
“ Seungho.. apa kau tahu apa maksudnya ‘ JB melihatnya?’” tanya Kwangmin
“ Mwo? Apa yang kau bicakan?”
“ Jiyeon tiba2 menjadi aneh, dia mengurung dirinya di kamar sambil terus meracau ‘JB melihatnya’ aku takut makanya aku tanya padamu.”
“ Aku tak tahu. Atau jangan2 Jiyeon sudah mengingat sesuatu. Seongsangnim, waktu kecelakaan ada di tempat kejadian kan?”
“ Hari itu, tepat sebelum kecelakaan aku menerima telepon dari JB tidak aad yang janggal pada saat itu. yang aku lihat saat berada di depan apartment itu..sosok JB saat dia melindungi Jiyeon. Sesaat sebelum akhirnya dia tertabrak mobil. Maaf ya seungho, aku sampai membuatmu banyak berfikir. Tapi..tolong datanglah ke rumah.”
- Apartment Kwangmin –
Ting tong..
Cklak. Youngmin membukakan pintu.
“ Jiyeon ada di kamar, masuklah.” Kata Kwangmin dengan ekpresi sedih
Aku berjalan ke arah kamar Jiyeon, tapi pintunya terkunci
“ Jiyeon.” Aku mengetuk pintu
“ Sekarang kepalaku sedang kusut, aku nggak bisa keluar.” Jawab Jiyeon
“ Begini juga nggak apa2. anu.. Kakakmu menghawatirkanmu lho, dan soal JB…”
“ Dia melihat! Dia melihatku.”
“ Lalu kenapa?”
“ Aku.. syok waktu dia melupakanku, tapi setelah aku mengingatnya sekarang aku merasa takut kalau dia bisa mengingat kembali. Waktu itu.. JB berfikir apa ya? Aku iri, dengan cincin yang akan menyatukan JB dan Sora. Lagi2, secara diam2 aku ingin mengacaukannya, lalu aku menyembunyikan cincinnya. Bodohnya aku melakukannya tanpa berfikir panjang. Tapi JB melihatku, JB tahu aku menyembunyikannya, bagiku yang paling menakutkan adalah di benci orang yang di cintai. Dia memandangku, membenciku, keberadanku mungkin saat ini sudah di coret dengan tinta hitam. Aku telah melakukan hal yang bodoh.. aku tak ingin dibenci.. aku ingin terus bersamanya.. rasanay sakit…”
Aku bisa mendengar suara isakan Jiyeon. Apa artinya dia sudah membuang harapan untuk menemukan cincin itu?
Cncin JB, kalau aku menarik kesimpulan degan apa yang kudengar dari JB, terbayang gambaran kombinasi rambut coklat dan anak berkaca mata.
Nggak mungkin! Masa iya ya? Tapi responnya saat melihat buku jejak kaki, hari itu, dia memberikan pandanagn benci. Yoseob yang tahu tentang permasalahan Jiyeon, Yoseob yang selalu menentang Jiyeon, kenapa dia begitu ngotot menentang Jiyeon dengan mengetakan ‘percuma mencari cincin itu.’ Apa itu hanay sekedar menentang atau sebuah pernyataan keras? Pernyataan yang mengatakan bahwa dia tahu, dicari seperti apapun cincin itu nggak aakn ditemukan.
-KEESOKAN, DI SEKOLAH.-
“ Yoseob, bosa minta waktu sebentar?”
“ Boleh.”
Akupun pergi bersama Yoseob ke ruang data.
“ Ada perlu apa?” tanya Yoseob
“ Aku akan langsung saja. Di hari kecelakaan, kamu sedang bersama Jiyeon kan?”
“ Kenapa kamu bisa tahu? Nggak mungkin Jiyeon sudah mengingat.”
“ JB yang bilang. ‘anak berambut coklat’ yang terpikir olehku adaalh kamu!”
“ JB.. Apa artinya kamu bertemu dengan JB? ‘ JB bilang?’ kamu bertemu ya?”
“ Aku dengar dari orangnya sendiri.”
GRUSAK..
Aku mendengar sesuatu di pojok ruanagan, teparnya di belakang lemari… dan saat aku melihatnya, aku menemukan Jiyeon sedang menggigil karena shock.
No comments:
Post a Comment