TENG TENG TENG.
Bel pulangpun berbunyi.
“ Pelajaran hari ini
sampai disini dulu. Kalian boleh pulang.” Kata Kwangmin di depan
kelas
Jiyeon tidak ikut
pelajaran lagi, padahal dia kan masuk sekolah.
“ Hei, Seungho..dimana
anak itu?” tanya Changdo
“ Jangan tanya padaku
donk.” Jawabku
“ Habis, kamu kan yang
sering bersamanya.”
“ Aku tidak tahu.”
“ Kalau begitu, aku
tanya suzy saja. SUZY!!” teriak chang Do
“ Ne.” jawab Suzy
lalu menghampiri kami
“ Suzy, kau tahu dimana
Jiyeon?” tanyaku khawatir
“ Dia..tadi pagi sih
ada, tas nya juga masih ada kan? Kurasa dia masih berada di
lingkungan sekolah.” Jawab Suzy dengan wajah khawatir
Sudah kuduga,mungkin dia
cukup shock. Hari minggu kemarin Jiyeon datang untuk mencari cincin
itu di kamar 205. sampai saat itu baik2 saja, tapi.. pada
akhirnya..dari kamar 205 cincin yang hilang itu tetap tidak
ditemukan. Biasanya yang terbayang di kepalaku adalah wajahnya yang
tak kenal lelah. Tapi saat itu di depan mataku Jiyeon menundukkan
wajahnya, dan tidak ada basa basi. Aku sangat paham kalau dia sangat
shock.
Aku mengambil tasku dan
bersiap-siap pulang, tiba2 mataku melihat sosok yang kukenal.
“ Jiyeon!” teriakku
“ Seungho.”
“ Apa tujuanmu pergi
kesekolah? Wajahmu [ucat sekali. Kamu tidak akan bolos pelajaran lagi
kan?” aku menghujaninya dengan pertanyaan.
“ hahaha nakal sekali.”
Jawabnya enteng
“ Kamu jangan
mengolokku. Wajahmu pucat,kau belum makan kan? Cepat makan
nasi!”kataku sebal
“ Aku selalu begini
kok.”
“ Apanya yang selallu
begini? Memangnya apa yang kau lakukan?” bentakku
“ Aku sedang mencari
cincin.” Jawab Jiyeon tanpa ekspresi
Kali ini di sekolah?
“ Bukan berarti tak ada
kemungkinan kan? Setelah aku keluar dari Rumah Sakit aku sering
sekali datang ke sini bersama Kwangmin oppa dan JB. Meski JB seorang
mahasiswa tapi dia seperti anak kecil. Dia selalu bercerita padaku
macam2 cerita.”
Jiyeon, ekspresi putus
asa itu lagi
“ Lihat! Di pohon yang
tumbuh di koridor penghubung itu..katanya waktu kelas 2 SMA, JB
pernah jatuh dan kakinya patah. Kenapa dia naik pohon ya? Biasanya
diatas pohon..barang yang berhargapun..”
Jiyeon tak melanjutkan
ucapannya, sebaliknya dia tiba2 berlari.
“ Jiyeon tunggu!”
Akupun berlari
mengejarnya, saat sudah menyusulnya akupun mencengkeram lengannya.
“ LEPASKAN!” teriak
Jiyeon
Cara dia mencari itu
sungguh aneh kan? Seperti tidak ada tujuan.
“ Jiyeon..kamu mencoba
menyembunyikan sesuatu kan?”
BRUK
Dia roboh lagi, kali ini
tidak pingsan,hanya duduk terkulai di lantai.
“ Kedua kakakmu
menghawatirkanmu. Aku tahu hal buruk yang kau pikirkan jadi
bertambah, tapi jangan bohongi perasaanmu.” Katakuk menasehati
“ Kau tak mengerti
apa2, jadi diamlah!” kata Jiyeon dengan pandangan sinis sebelum dia
kembali kabur dariku
Dasar bodoh, tentu saja
aku mengerti.
-RUANG DATA-
“ Kwangmin saem, kau
tidak suka kalau dia masuk ke kamar 205 kan?” tanyaku pada Kwangmin
“ Kenapa Seungho tiba2
tanaya begitu?” tanya Kwangmin bingung
“ Waktu itu..wajahmu
berkata begitu. Apa karna kau tahu akan terjadi seperti ini?”
“ Bukan. Ini karena aku
takut akan menjadi seperti ini. Karena kami sudah tidak bisa berbuat
apa2 lagi. Cincin JB di sembunyikan sembarangan oleh Jiyeon.” Jelas
Kwangmin
Sudah kuduga
“ Alangkah leganya
kalau persoalannya hanya sampai disitu. Seharusnya dia tidak lupa
dimana menaruhnya. Belum lagi, pembatalan pertunangan JB.” Kwangmin
menambahkan
Pembatalan pertunangan?
Apa maksudnya?. JB bertunangan dengan siapa? Apa itu cincin
pertunangan? Aku semakin tidak mengerti
“ Mengenai hal itu,
sama sekali tak ada hubungannya dengan Jiyeon yang menghilangkan
cincin. Itu hanya..waktunya yang sangat tidak pas. Padahal semua itu
bukan salahnya.”
***
-JIYEON POV-
Aku masih memeperhatikan
pohon itu. Melihatnya tiba2 membuat kenangan itu kembali muncul.
-flash back-
“ Kalian berdua! Lihat
ini!” kata JB memamerkan sebuah cincin berlian kepada kami
“ Darah, keringat, dan
semua kerja kerasku kuhabiskan untuk ini.” Kata JB bersemangat
“ Hei JB! Kenapa kau
tunjukkan itu pada kami? Seharusnya perlihatkan itu padanya!.” Kata
Kwangmin oppa
“ Itu karena aku sangat
senang.” Jawab JB sekenanya
Aku memperhatikan cincin
itu. Tapi entah kenapa aku merasa sakit.
“ Jiyeon, kau suka?”
tanya JB sambil tersenyum
Tapi aku hanya diam
“ Kau juga akan sama
kok. Suatu hari nanti akan muncul orang yang akan memberikan itu pada
Jiyeon.”
Aku melihat JB
tersenyum, tapi itu membuatku semakin sakit. Karena orang yang akan
memberiku cincin bukanlah JB. Aku tahu, cinta ini tidak akan
berwujud. Apa salah kalau aku merasa iri?
-flash back end-
Aku berjalan tanpa arah,
tapi saat sadar aku sudah berada di depan kamar 205. kutekan bel dan
tidak lama seungho keluar.
“ Kenapa? Kau gagal
memanjat pohon?” tanya Seungho dingin
Aku hanya diam. Kali ini
aku tak ingin meladeninya. Bukan hanya itu, pikiranku benar2 kosong.
Aku tak tahu harus berbuat apa.
“ Kenapa berdiri saja?
Kau tak ingin masuk?” kata Seungho dengan nada yang sama “ Kau
ingin bagaimana? Itu kenangan JB bukan dirimu. Mian tapi aku sudah
mendengarnya dari Kwangmin saem, bahwa kamu menghilangkan cincin itu.
Walaupun aku tak tahu persoalannya tapi aku ingin tahu, kamu ingin
bagaimana?”
Seungho,
bagaimana..bagaimana mungkin dia bisa bertanya seperti itu? Itu
benar2 membuat hatiku hancur.
“ Ini adalah salahku.”
Kataku lirih “ Aku banyak menghilangkan barang berharga milik JB.
Karena itu aku harus mencari cincin itu. Setidaknya dua duanya
lengkap. Walaupun tak bisa kembali ke masa itu, tapi setidaknya aku
ingin mendekatinya.”
Air mataku mulai
mengalir. Dan aku tak sanggup menahannya. Tiba2 kurasakan tubuh
Seungho memelukku, rasanya hangat.
“ Tentu saja di kamar
205 tidak ada. Tapi kenangan itu masih ada-di dalam sini.” TUK.
Kata Seungho sambil memukul kepalaku ringan. “ Kamu sendiri yang
menyembuntikannya, jadi ingatlah dengan sekuat tenang, akupun akan
membantumu mencari cincin itu.” Kat Seungho tersenyum
Seungho benar. Maaf
kalau aku menyerah. Meski saat ini aku belum menemukannya tapi aku
pasti akan menemukannya.
TBC