Sunday, 2 September 2012

Hangwa Oleh-oleh yang Pantas dibawa Pulang

Mayoritas makanan-makanan di Korea Selatan tidak hanya mementingkan citarasa namun juga kesehatan. Itu mengapa takaran masing-masing racikannya diperhitungkan dengan matang. Begitu juga dengan Hangwa, biskuit tradisional Korea. Hangwa, adalah salah satu makanan sehat yang terbuat dari produk pertanian yang cara penanamannya bebas dari bahan kimia. 
Bahan baku utama Hangwa adalah gandum, madu, biji-bijian seperti kacang pinus, wijen, walnut, kenari dan jujube. Hangwa tidak diproses dengan pengawet apapun namun tidak mudah basi dan gizinya lebih baik daripada cookis. Membuat Hangwa memang membutuhkan waktu yang lama dan keterampilan memasak yang tidak sembarangan. Hangwa selalu disajikan dengan berbagai warna dan bentuk. Untuk memberikan efek warna yang baik, masyarakat Korea Selatan biasanya menggunakan pewarna alami, sedangkan untuk mempercantik Hangwa, mereka memakai kacang pinus.
 
 
Menurut beberapa buku sejarah Hangwa atau biskuit tradisional ini pada era Tiga Kerajaan digunakan untuk persembahan kurban pada leluhur Kerajaan Suro. Peringatan leluhur tersebut diselenggarakan pada musim dingin dimana tidak ada buah segar yang tumbuh. Sehingga mereka membuat Jogwa atau buah buatan yang dibuat dari bubuk gandum dicampur madu. 
Masyarakat Korea percaya bahwa Hangwa sudah dikenal sejak jaman Periode Tiga Kerajaan karena bahan-bahan untuk membuat biskuit ini termasuk kedalam isi hadiah pernikahan Raja Silla pada 683 SM. Pada periode Goryeo, pemeluk agama Buddha dilarang membunuh hewan dan memakan daging sehingga Hangwa menjadi salah satu sajian utama saat itu. Tradisi minum teh juga turut menyumbangkan popularitas Hangwa. Biskuit yang populer pada masa itu adalah Yumilga yang merupakan nasi goreng dilapisi madu. Pada Periode Joseon (1392-1910) item-item baru dari Hangwa mulai muncul. 
Menurut catatan sejarah, setidaknya ada 254 jenis Hangwa yang dikenal pada masa itu. Pada era modern setelah era kerajaan berakhir, popularitas Hangwa mulai tergusur kalah terkenal dengan biskuit-biskuit yang berasal dari Barat dan adanya penjajahan Jepang. Biskuit-biskuit dari Barat terbuat dari tepung gandum, susu, gula dan bahan-bahan lain yang relatif tidak dikenal di Korea Selatan. 
Kini, Hangwa mengalami masa kebangkitannya, terutama setelah tahun 1945. Hangwa tidak hanya sebagai makanan khusus pada acara festival atau perayaan namun juga dikonsumsi sehari-hari.
 
Oya, Hangwa memiliki bermacam-macam varian. Ada Maehwa Sanja yakni madu yang dilapisi beras dengan aprikot. Hangwa jenis ini merupakan salah satu biskuit yang paling populer. Karena cara pembuatannya membutuhkan waktu yang lama dan warna serta teksturnya yang indah, Maehwa Sanja disebut sebagai “bunga hangwa”. 
Selain itu ada Yagwa yang terbuat dari tepung beras, diulen dengan minyak wijen, dicetak berbentuk bunga lalu digoreng. Setelah itu dicelup madu, sari jahe, arak dan ditabur bubuk kulit manis. 
Gangjeong adalah Hangwa yang berukuran kecil yakn seukuran jari, renyah, dan kopong ditengahnya. Terbuat dari tepung beras ketan yang diulen dengan arak dan air lalu dikukus. Dipotong antara 4-5 cm lalu digoreng. Setelah itu dicelup dalam madu, ditabur wijen dan biji-bijian.
 Lalu, Dasik, yakni kue tepung beras yang diulen dengan madu ditambah serbuk sari lalu dicetak. 
Ada juga yang bernama Yaksik atau Yakbap, yakni kue tepung beras ketan yang dicampur kacang, minyak wijen, madu, kecap, gula lalau dikukus dengan jujube, kastanye, kacang cemara sampai kecoklatan. 
Hangwa kini menjadi salah satu alternatif oleh-oleh yang dibawa para turis sebagai bingkisan untuk kerabat di rumah. Harga sekotak Hangwa bervariasi mulai dari 10.000 Won sampai 80.000 Won. 
Meskipun agak mahal, namun rasanya lezat dan menjadi ciri khas kudapan Korea. Dalam satu kotak tersebut Anda sudah bisa merasakan berbagai jenis Hangwa dengan bentuk dan warna yang beraneka ragam.  Anda bisa membeli Hangwa di pusat-pusat perbelanjaan Korea Selatan

No comments:

Post a Comment