Saturday 24 January 2015

BLACK LOLITA DRESS (part2)





Sudah seminggu yang lalu sejak Sehun keluar dari rumah Luhan. Pagi itu sebenarnya ia mendengar Sehun memanggil manggil namanya. Tapi beberapa lama kemudian, ia melihat Sehun dari jendela di lantai 2 berjalan meninggalkan rumahnya.

Luhan sedikit kecewa karena Sehun tak pernah datang ke rumahnya lagi. Ia hanya melihat Sehun pulang dan pergi melewati depan rumahnya. Tak ada niat sekalipun untuk memanggil Sehun karena dia takut ibunya akan marah lagi. Tapi dia rindu dengan Sehun. Ia ingin sekali bertemu dan sekedar berbincang lagi. Luhan sedikit ragu apa Sehun masih mengingatnya atau tidak. Tapi Luhan tak bisa melupakan ciuman itu. Ciuman pertamanya setelah 22 tahun yang lalu ia lahir.

Luhan tak apa jika ibunya akan marah besar lagi, asalkan dia tetap bisa bertemu Sehun.- lagi.
.
.
.
.
.
.
.

Sepulang sekolah hari itu, Sehun segera bergegas menuju penjual tteobokki langganannya. Ia berencana makan tteobokki bersama Luhan dirumahnya. Sehun ingin mengunjungi rumah itu lagi, walau dia masih sedikit ngeri jika berada di sana.

“ Luhan” panggil Sehun pelan. Keadaan rumah masih sama –gelap. Sehun menyalakn ponselnya sambil mengedarkan pandangan sekeliling. Ia menemukan seorang dengan dress seperti Luhan, menatapnya dari tangga teratas. Tapi karena penerangan yg minim, Sehun tak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

“ Luhan?”

ketika Sehun mulai bergerak selangkah, sosok itu berlari . Sehun mulai mengejarnya ke atas.

“ Luhan! Tunggu!’

“ Ada apa Sehun?”

Saat Sehun menoleh kebelakang, ia menemukan Luhan berdiri di belakangnya.

“ Lu..Luhan?” Sehun tergagap “ Ta tadi kau- si siapa tadi i-tu “

Luhan tak menjawab pertanyaannya, Sehun merasakn lengan Luhan melingkari pinggangnya.

“ Aku senang kau kesini lagi.” Luhan tersenyum dan memeluk Sehun lebih erat.

Tak ada yang bisa Sehun lakukan selain membalas pelukan Luhan. Sampai Luhan menarik diri dan menatap Sehun.

“ Apa yang kau bawa?”

“ Ah, ini tteobokki. Kau mau makan bersamaku?”

Tanpa menunggu jawaban, Luhan langsung menarik lengan Sehun menuju sofa. Awalnya Luhan sedikit mengernyit saat melihat sehun memakannya, tapi akhirnya ia ikut memakannya juga. Dia terkekeh pelan.

” Kenapa kau tertawa?” Tanya Sehun yang berada disampingnya.

“ Tak apa, hanya rasanya sangat lucu.” Luhan kembali terkekeh.

Sehun menaikkan alisnya sedikit heran. “ Kau belum pernah memakan teobokkie?”

Luhan mengangguk sambil terus memasukkan tteobokki ke mulutnya.

Sehun menggeleng pelan. “ ckckck. Yang benar saja. Makanan ini sangat poluler kau tahu?”

Mereka terus melanjutkan makannya sampai Sehun menyedari sesuatu.

“ Bisakah kau menyalakan lampu atau sesuatu?” Tanya Sehun

“ Apa kau takut gelap?”

“ Tidak, bukan begitu, tapi mata kita juga perlu cahaya yang cukup.”

Luhan menatap Sehun dalam. “ Jika aku memasang lilin disetiap sudut ruangan, apa kau akan kesini setiap hari?”

Sehun dapat melihat kilauan mata itu menatap penuh harap, ia tahu Luhan sangat kesepian di rumah yang gelap dan sunyi seperti ini. Jika dia bisa setiap hari kesini itu pasti sudah dia lakukan sejak seminggu yang lalu, tapi karena dia sangat sibuk menjelang ujian akhir ia tidak bisa setiap hari kesini. Ia juga selalu pulang saat petag, jika Sehun mampir dia takut akan terkunci lagi disini seperti dulu.

“ Tentu aku akan menemanimu, tapi tak bisa tiap hari.”

Senyum Luhan mengembang. Ia tak bisa menahan diri untuk tidak memeluk Sehun. Ia akan bahagia jika Sehun mau menemaninya dirumah. Luhan tidak pedulu ibunya akan marah, asal ada Sehun yang menemaninya. Mereka berdua berpelukan di sofa sampai suara berat Sehun memecah keheningan.

“ Parfum apa yang kau pakai?” Luhan sedikit tersentak , merasakan bisikan Sehun ditelinganya.

“ Aku tidak memakai parfum.”

Luhan masih diam tak bergeming, perlahan merasakan telapak tangan Sehun mengelus elus punggungnya. Luhan memejamkan mata menikmati tangan yang terus mengelusnya. Kembali tersentak saat sesuatu yang hangat dan basah menjilat bahunya.

Butuh waktu yang lama untuk Luhan menyadari itu adalah lidah Sehun. Jilatan dibahunya berubah menjadi hisapan hisapan kuat dari bibir itu. Kini daun telinganya juga menjadi sasaran. Sehun mengulumnya dengan lembut seperti sedang mengulus marsmallow.
“ Kau cantik” bisik Sehun “ Dan seksi”

Disaat padangan Luhan mulai berkabut akan sentuhan Sehun, Luhan merasa dirinya kan meledak, tiba tiba Sehun malah mendorongnya menjauh.

“ Ma maafkan aku. Aku keterusan.” Kata Sehun gugup.

Matanya berkeliling berusaha menghindari Luhan. Sehun menutup matanya, tangannya mengepal dan berusaha tidak melihat Luhan. Ia berusaha mengontrol dirinya agar tidak berbuat lebih jauh

Tangan Sehun berhenti mengepal saat ia mendengar suara isakan disebelahnya. Ia panic seketika melihat Luhan menangis sambil menutup wajahnya.

“ Ma mafkan aku Lu, tolong maafkan aku. Aku-hanya?

“ Sehun.. sakit..” ucapnya sambil terus terisak. Tengan Luhan meremas dress yang dipakainya.

Sehun tambah panic “ Aku menyakitimu? Dimana? Bagian mana yang-“

Ucapan Sehun terhenti saat melihat tonjolan keras yang menyembul dibalik dress nya.

“ Kau- laki laki?” Tanya Sehun tak percaya. Bagaimana mungkin.

“ Sehuunn.. sakit sekali.”

Iya . Sehun tahu bagaimana rasanya. Itu memang sangat menyiksa. Ia juga sering merasakannya saat menonton film porno bersama Kai. Dan berakhir mengocok batangnya sendiri di kamar mandi. Dan Luhan tak tahu caranya, dia sangat yakin. Jadi dia memberanikan diri menyentuh batang yang semakin mengeras itu yang akhirnya dijawab erangan dari Luhan. Sehun masuk ke dalam dress Luhan yang panjang sementara Luhan terbelalak dengan tingkah Sehun.

“ Sehun! Apa yang kau- Akh!”

Luhan tidak tahu apa yang Sehun lakukan tapi ia merasakan yang basah dan hangat mengulum ujung batangnya. Luhan tak bisa berfikir apapun, ia tak pernah merasakn ini sebelumnya. Rasanya nikmat sampai pandangannya kembali berkabt dan ia bersandar lemas di sofa.

“ Merasa lebih baik?” Tanya Sehun.

Luhan tak menjawab, ia merasa sangat lemas.

“ Ini sudah petang. Aku harus pulang.” Kata Sehun . ia segera mengambil tasnya dan bergegas pulang sebelum pintu ini kembai terkunci. Ia sama sekali tak mengira jika Luhan adalah lelak, tapi ia tak menyesal.




Keesokan harinya Sehun kembali mampir untuk merasakn tangan lembut mengelus rambutnya. Menikmati waktu sepulang sekolah bersama Luhan dirumahnya. Rumah itu sudah tidak lagi gelap. Luhan memasang lilin di setiap sudut ruangan. Sehun kadang memikirkan bagaimana bisa seorang seperti Luhan bisa hidup di tempat seperti ini.

Sehun sebenarnya ingin bertanya mengapa Luhan hanya mengurung diri di rumah yang gelap ini dalam waktu yang lama. Dan tiap kali sehun berkunjung dia tak pernah mendapati Luhan dengan pakaian lain. Luhan selalu memakai pakaian yang sama. SEhun tak bertanya , ia yakin akan ada waktu dimana dia ka mengetahi semuanya.

“ Lu, besok aku ingin mengajakmu berkencan.” Kata Sehun menatap Luhan.

“ K- kencan?” Sehun merasakan tubuh Luhan mengang “ Aku tak bisa!”

“ Why? Hari Minggu besok aku libur. Aku ingin megajakku bersenang senang.”

“ Tidak bisakah kita tetap disini saja?”

“ Tidak! Besok aku akan menjemputmu jadi bersiap siaplah.”

Sehun mengecup bibir Luhan sekilas lalu pulang dengan senyum tertera di bibirnya.
.
.
.

Hari ini Sehun meminta izin ayahnya untuk meminjam mobilnya. Dengan balutan skinny jeans dan kemeja biru polos, ia segera mengendarai mobilnya menjuju rumah Luhan. Di jalan ia menerka nerka bagaimana Luhan mempersiapkan dirinya untuk berkencan. Dia jadi senyum senyum sendiri.

“ Kau tidak mau pergi Lu?” Tanya Sehun terdengar kecewa saat menemukan Luhan tidak berbeda dengan hari hari biasanya. Dengan Lolita dress hitam miliknya yang panjang.

“ A-aku sudah siap” kata Luhan sambil menunjuk dalam.

Mendengar jawabannya, senyum Sehun mengembang. Tak masalah jika Luhan masih memakai dress itu, asal Luhan bersedia diajak keluar.
.
.
.
Sehun merasa ada yang aneh dengan tatapan orang orang disekitarnya. Tatapan seolah merendahkan dirinya. Tapi akhirnya Sehun menyadari jika orang orang itu tak menatapnya tapi menatap Luhan. Ya, harus diakui jika pakaian Luhan memang terlalu berlebihan untuk sekedar pergi ke bioskop dan jalan jalan. Sehun berinisiatf mengajak membelikan beberapa dress yang lebih nyaman untuk Luhan. Saat berada di depan toko, Luhan menahannya.

“ Sehun aku ingin pulang.”

“ Tapi aku ingin membelikanmu sesuatu.”

“ Tidak sehun! Aku ingin pulang!” Luhan bersikeras, matanya mulai berkaca kaca.

Sehun menghela nafas panjang dan menuruti mau Luhan. Disepanjang perjalanan hanya ada keheninan. Sesampainya di rumah Sehun ingin memastikan apa Luhan marah padanya.

“ Kau marah padaku Lu?”

“ Tidak Sehun. Terima kasih . aku mau masuk.”

Sehun memperhatikan Luhan samapi sosok itu menghilang di balik pintu, tapi tiba tiba dia merasakan bulu kuduknya meremang saat menyadari ada sepasang mata yang memperhatikannya dari latai 2. itu bukan Luhan, karena dia baru saja masuk ke dalam rumah. Sehun segera memasuki mobilnya dan mencap gas untuk pulang.
.
.
.
.
.
.
Mungkin sudah jadi kebiasaan Sehun untuk mampir ke rumah Luhan. Ia bebas keluar masuk karena saat ia memanggil nama Luhan, Sehun akan langsung mendapati Luhan berada di belakangnya, tersenyum dengan kedua tangan terbuka lebar. Tentu saja ini membuat Sehun lega.

Tapi hari ini berbeda. Rumah ini kembali gelap gulita. Jadi kali ini Sehun memangil manggil nama Luhan dari depan pintu tanpa berniat masuk. Tapi tak ada sambutan apapun. Sehun melirik ponselnya, berharap cahaya dari ponselnya bisa membantunya menerangi rumah itu sampai dia menemukan Luhan.

Sehun memasuki rumah itu, hanya ada kegelapan.

“ Lu…” Sehun mulai menaiki tangga menuju lantai 2. tak ada tanda tanda keberadaan Luhan. Sehun membalikkan diri berniat pulang ke rumah tapi tiba tiba Luhan sudah ada dibelakangnya.

Sehun tak terkejut karena biasanya Luhan juga sering seperti itu. Tapi tidak dengan membawa lilin dengan pandangan yang kosong. Tanpa senyum.

“ Hei!”

Luhan berlari menuruni tangga, membuat Sehun ikut berlari mengejarnya. Ia melihat Luhan pergi menuju lorong yang gelap dan berakhir di dapur. Larinya terlalu cepat, jadi sehun tak bisa lagi melihat cahaya dari lilin itu.

Sesampainya di dapur Sehun melihat lilin yang dibawa Luhan berada di atas meja. Tapi kemana Luhan?

Dapurnya cukup luas. Cahaya lilin membuat banyak bayangan bergerak gerak. Sehun mengabikannya. Sehun mengambil lilin itu dan bergerak mencari Luhan. Banyak bunga bunga asing berserakan dimana mana. Sekali lagi Sehun mengabaikannya, ia terus mencari sampai suara deru nafas yang memburu mengintrupsi pergerakannya.

Ia meneguk paksa ludahnya. Memberanikan diri menoleh sekeliling, tapi tetap tak ada siapapun. Seketika Sehun menunduk kea rah sepatunya saat dia merasa meginjak sesuatu, dan benar saja dia menmukan kain hitam yang ia kenal.

Itu pasti Luhan.

Sehun tersenyum lega, karena sepertinya Luhan bersembunyi di bawah meja. Tapi senyumnya tak bertahan lama karena Luhan menatapnya dengan tatapan yang seperti tadi. Tangannya mencengkram penuh bunga bunga asing itu dan memasukkannya ke dalam mullutnya dengan ganas. Jika bunga bunga itu selesai dikunyah ia akan mengambilnya lagi dan kembali memakannya. Tentu saja Sehun tak akan tinggal diam.

“ Cukup Luhan!”

Luhan meraung ganas saat Sehun mencengkram lengannya, ia langsung mendorong sehun dan berlari keluar dari kolong meja. Sehun tak menyerah begitu saja. Dia ikut berlari mengejar Luhan. Sikap Luhan hari ini sangat aneh.

Sehun mendapati Luhan masuk ke sebuah ruangan dan menutupnya dengan keras. Sehun memasukinya. Ini adalah kamar mandi. Tak ada siapapun disana. Dengan langkah pelan namun pasti Sehun mendekati tirai yang menurutnya dibalik tirai itu ada bathup. Sehun pikir pasti Luhan ada di balik tirai itu. Ketika Sehun membukanya ia mendapati bathup terisi penuh dan tubuh Luhan tenggelam di dalam bathup dengan dress yang selalu dikenakan.

Tidak!!!

Ini tak boleh terjadi????

“ Luhan!!!” Tubuh luhan membeku, wajahnya pucat. Buru buru Sehun mengangkat tubuh Luhan. Membawanya ke ruangan sebelah , ada ranjang disana dengan sebuah meja rias dengan cermin yang retak. Ada tirai panjang menjuntai di candela besarnya. Sehun menidurkan Luhan di atas ranjang. Luhan basah kuyup. Rasa penasaran sehun tentang keanehan Luhan hilang seketika. Sekarang yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya agar dia bisa sadar secepatnya.

Sehun bukan dokter. Ia benar benar tak tahu apa apa. Melihat Luhan yang semakin pucat setidaknya Sehun harus membuka pakaian basahnya.

Sehun memandang tubuh Luhan yang terbaring di depannya, tapiuhan pernah bilang dia hanya punya dress ini. Satu hal lagi yang Sehun pikir, kenapa Luhan tak pernah mengganti pakaiannya sama sekali tapi dirinya masih wangi. Sehun tak bisa membayangkan jika Sehun yang tidak mengganti pakaiannya selama seminggu saja dia pasti akan sangat bau.

Sehun memberanikan diri duduk di samping tubuh Luhan yang terbaring lemah. Tangan sehun mulai membuka pakaiannya. Sehun sedikit tercenggang melihat kulit Luhan yang putih mulus, bukankah Luhan adalah lelaki tapi bagaimana dia bisa memiliki kulit seindah ini? Sehun pikir hanya wanita konglomerat yang memiliki kulit selembut dan semulus ini. Itupun karena perawatan di spa. Tapi Luhan bahkan tak pernah pergi keluar rumah.

Sehun berjalan kearah jendela, menggantung dress itu disana. Sehun menyibak tirainya, sekedar mengintip keluar. Tiba tiba Sehun teringat. Ini adalah lokasi dimana boneka Annabel yang terpercik darah di lempar hari itu, bersamaan dengan suara gedoran dari pintu. Apa Luhan yang melempar boneka itu? Tapi kenapa? Sehun menghela nafas berat dan kembali kea rah Luhan.

Ketika hendak menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh Luhan, Sehun melihat ada ada garis keunguan di sekujur tubuh Luhan. Seperti memar yang mulai pudar. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Luhan begitu misterius baginya. Dengan perasaan sedih sehun duduk disebelahnya, menggenggam tangannya.

Entah berapa lama Sehun menggenggam tangan Luhan hingga perlahan Luhan membuka matanya . Luhan mengerutkan dahinya.

“ Sehun kenapa kau ada disini?”

“ Aku menemukanmu tenggelam di kamar mandi, apa yang terjadi Lu?”

Luhan mencoba mengingatnya tapi dia tak bisa benar benar ingat . dan saat Luhan melihat sekeliling matanya membesar melihat dress yang tergantung dijendela.

“ APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN BAJUKU?” teriak Luhan.

“ Bajumu basah Lu, tadi aku melepasnya . aku takut kau masuk angin”

Luhan masih tak mengubah ekspresinya.

“ Pergi Sehun!” Luhan menatap Sehun horror “ Kau harus pergi dari sini”

“ Kenapa Lu? Aku tak mengerti maksudmu.”

“ Cepat! Sebelum ia menemukanmu!” Teriak Luhan mendorong tubuh sehun agar cepat menjauh.

Sehun mendekat erat tubuh Luhan yang mulai meronta. Ia tak akan menuruti permintaan Luhan kali ini.

“ Tidak Luhan! Tidak. Aku akan tetap disini apapun yang terjadi. Kau tak perlu takut . tak akan ada yang menyakitimu.” Sehun berusaha menenangkan Luhan.

“ Tidak Sehun. Dia akan marah. Ibuku akan marah. Kau harus keluar sekarang. Cepat!!”

Luhan menyeret Sehun menuruni tangga. Tak peduli dia kini sedang dalam keadaan telanjang. Yang Luhan pikirkan adalah Sehun harus segera keluar sebelum ibunya menemukannya. Ibunya yang jahat bisa saja membunuhnya.

Beruntung pintunya masih belum terkunci. Luhan mendorong tubuh Sehun hingga tubuh Sehun jatuh tersungkur. Dan seketika itu juga pintunya tertutup keras. Sehun berusaha membukan pintu tapi nihil. Pintu itu terkunci.

“ LUHAN!!!” teriak Sehun sambil menggedor gedor pintu secara brutal.

“ LUHAN BIARKAN AKU MASUK!”

Tidak ada jawaban dari dalam. Tidak ada tanda tanda pintu akan terbuka. Apa yang seenarnya terjadi . Sehun hampir saja memutuskan untuk pulang ketika tiba tiba terdengar jeritan dari dalam.

TBC

No comments:

Post a Comment