Wednesday, 13 November 2013

Udah telat ga sih kalo baru nonton Now is Good sekarang? Aku rasa belum telat ya, kan film ini nggak di tayangin di bioskop Indonesia. Bahkan kata temen aku yang tinggal di LA film ini juga nggak di putar disana, mungkin Cuma di putar di Inggris aja kali

                                                            NOW IS GOOD



           Film yang diadaptasi dari novel Before I Die karya Jenny Downham ini menceritakan tentang Tessa , seorang gadis yang menderita leukemia. Mungkin  kita sudah sering nonton film dengan genre seperti ini, sebut saja A Walk to remember  , 1 liters of Tears,  dan My Sister Keeper
Eits.. tapi tunggu dulu, film ini benar2 berbeda dengan film2 sejenis. Apa bedanya?

         Perbedaan yang menonjol terletak pada sang tokoh utama . Now is Good menawarkan perbedaan pandangan dari sudut pandang gadis muda yang berada di dalam keluarga yang ‘disfungsional’. Jika Jammie ( A walk to remember) dan Aya ( 1 liters of tears) tumbuh dalam pendididkan nilai agama dan memiliki pribadi yang tanpa cela, maka Tessa adalah kebalikannya. Bisa di katakana Tessa adalah seorang brandal.
Jika Keke ( Surat kecil untuk Tuhan) dan Naila ( buku harian naila) memiliki keluarga yang selalu mendukungnya, ibu Tessa bahkan tak pernah peduli dengan penyakit putrinya.
Tessa juga bergaul dengan Zoey, gadis pemberontak lainnya yang hamil di luar nikah.

          Dalam hidupnya yang tak lama Tessa membuat daftar gila yang ingin dia lakukan sebelum meninggal, seperti Seks, memakai narkoba, mencuri.  Pemberontakan dan kebandelan Tessa berhenti ketika dia bertemu dengan Adam, cowok tetangga sebelah yang jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Lalu apakah cinta mampu menyelamatkan Tessa dari kematian?

Cinta Tak selalu Bisa menyembuhkan, Hanya Menguatkan Sampai Batas waktu Yang Ditentukan



              Gadis muda yang sekarat, membuatku menyadari bahwa kematian jauh lebih pasti daripada kehidupan itu sendiri. Secara tidak langsung kita harusnya belajar dari mereka. Merurutku mereka jauh lebih beruntung daripada kita yang sehat, dengan prediksi dari sang ahli walau belum pasti, tapi setidaknya itu membuat mereka bisa lebih siap.

           Gadis sekarat yang diperankan Tessa jauh lebih realistis di bandingkan yang lainnya, Tessa juga lebih siap dengan kemungkinan terburuk, Tessa menolak kemo, Tessa tak mau bersikap manis menunggu malaikat maut datang, Tessa memberontak. Tessa belajar bertahan dan mengatasi ketakutannya. Tapi pada dasarnya Tessa memang takut, takut 
Kehilangan moment indah dimasa depan yang tak bisa dirasakannya.

          Sangat menyentuh ketika Tessa berkata “ sahabatku akan melahirkan bulan April, apakah aku bisa melihat bayinya?”

         Dukungan keluarga. Tak seperti di banyak kisah sang ibu yang biasanya selalu berada di sisi anaknya, tapi disini hanyalah ayahnyalah yang berperan dalam figure seorang ibu. Kedua orang tua Tessa di gambarkan dengan ayah yang teropsesi pada kanker dan ibu yang pernah peduli.

         Bagaimana ayahnya yang selalu mendampingi Tessa di saat penyakitnya kian menyiksa dan merasakan kemarahan melihat kepanikan ibu Tess dan ketidaktahuan ibu Tess saat Tessa kambuh. Serta Cal, adik Tess yang berusia 9 tahun yang tergila gila pada sulap, dan meletakkan bawang putih seantero rumah yang dia percaya dapat mengusir kematian. Sungguh sangat terharu , kalimat konyol yang diucapkan Cal  pada Tessa “ Jika kau jadi hantu, aku tak akan takut. Kau boleh menghantuiku kapanpun kau mau.”
            Dalam dongeng kita sering menemukan kisah pangeran yang mencium sang putri dan kutukan terpatahkan. Tapi, walau Adam setampan pangeran, tapi jelas penggambaran Adam sebagai remaja sangatlah realistis. Butuh komitmen besar saat seorang remaja harus mencintai wanita yang tak akan bisa bersamanya. Aku merasakan kepanikan dan ketakutan di saat yang sama ketika Adam melihat Tessa mimisan hebat, alih alih membantu Tessa, Adam hanya berdiri mematung. Tapi Adam sangat manis ketika membayarnya dengan menuliskan nama Tessa di seluruh kota.


                 Banyak moment menyentuh seperti saat Zoey akhirnya mempertahankan bayinya setelah sebelumnya ingin menggugurkannya, Saat ayah Tessa berkata “ saat kau bayi aku dan ibumu membiasakan terjaga di malam hari untuk melihatmu bernafas. Kami takut jika kami berhenti melihatmu kau akan lupa bagaimana cara bernafas. Dan sekarang aku masih seperti itu” Atau di saat ayahnya marah lalu menangis melihat Tessa mengobrak abrik kamarnya dan menemukan tembok penuh dengan daftar keinginannya sebelum meninggal
“ kau monster, kau ingin meninggalkanku dengan omong kosong ini? Apakah ini daftarnya? Ini sudah lama ada kenapa kau tak memeritahu ayah! Beberapa dari ini ayah bisa membantumu mewujudkannya. Ayah Cuma ingin menolongmu, ayah tak bisa membantumu, ayah tak bisa membantumu.. ayah tak ingin kau pergi, ayah tak bisa menghadapinya, bawa ayah bersamamu..”




               Tak hanya bersama ayahnya, tapi juga antara Tessa dan adam, di malam bersalju mereka berbicara
Adam : “ apa yang kau inginkan dariku?”
Tessa : “ Saat malam tidur bersama, bangun bersama, dan sarapan.”
Adam : “ apa yang sebenarnya kau inginkan.?”
Tessa : “ aku ingin kau bersamaku di kegelapan untuk memelukku, untuk terus mencintaiku, untuk menolongku ketika aku ketakutan, datang ke tepi jurang untuk melihat apa yang ada disana.”

    Semua itu mebuatku merasa miris, kadang juga kau merasa Tessa sangat tak tahu diuntung. Tapi itu semua adalah caranya untuk memproses masalahnya, caranya untuk menghadapi ketakutan.

        Akting Dakota Finning seperti mengajak penonton merasakan kemarahan, ketakutan, dan kesakitannya. Pada akhirnya aku harus bilang pelajaran dari film ini adalah tentang berani menghadapi kematian, berani menghadapi ketakutan, berani merelakan, dan waktu bukanlah tentang durasi yang kita miliki tapi bagaimana kita membuat setiap momen menjadi berarti.

No comments:

Post a Comment