Friday, 27 December 2013

THE HOBBIT : THE DESOLATION OF SMAUG


Kita tahu novel prekuel dari saga epik fantasi The Lord of The Rings,  The Hobbit milik  J. R. R. Tolkien yang di bagi tiga bagian oleh Peter Jackson ini akan bercerita soal perjalanan besar yang dilakukan oleh banyak orang-orang kecil dan satu penyihir jangkung untuk membunuh naga matre. Tetapi di film pertamanya, The Hobbit : An Unexpected Journey tahun lalu, Smaug sang naga hanya tampil sekilas, melalui kelebatan bayangan besar di angkasa dan bola mata kuning mengerikan di akhir film karena hampir seluruh durasinya dikuasai oleh Bilbo, Gandalf dan teman-teman kurcacinya yang sibuk dengan rencana mereka merebut kembali kerajaan Dwarf. Ya, Peter Jackson tahu benar bagaimana menyimpan rapat-rapat penampakan sejati Smaug sang villain utama The Hobbit sampai film keduanya ini.
Jadi, kamu akhirnya akan menemukan wujud utuh sang naga di sini, di sekuel The Hobbit yang diberi tajuk The Desolation of Smaug,  tertidur di kedalaman Erebor di The Lonely Mountain, dalam tumpukan menggunung harta dan emas milik bangsa Dwarf pimpinan sang raja terbuang, Thorin Oakenshield (Richard Armitage). Ceritanya tentu saja masih meneruskan apa yang terhenti sementara di An Unexpected Journey. Perjalanan panjang menuju “Gunung Kesepian” kini semakin dekat, namun sebelum sampai di sana, Bilbo (Martin Freeman) dan 13 Dwarf harus berpisah sementara dengan Gandalf ((Ian McKellen) yang punya misi lain yang sama berbahayanya; menyambangi Dol Guldur tempat penuh dengan kekuatan gelap di mana di sana dipercaya ada musuh lama yang berusaha kembali bangkit dari kematian (yeah, kita tahu siapa itu). Jadi tanpa sang penyihir abu-abu perjalanan tentu saja semakin sulit karena di belakang mereka masih ada segerombolan Orc yang setia mengejar mereka, sementara di depan akan ada banyak laba-laba raksasa buas, kerabat dari Shelob menghadang di hutan Mirkwood daerah bangsa peri pimpinan “The Elvenking”,  Thranduil (Lee Pace) yang nantinya bersama putranya, Legolas (yeah! that Logalas) dan Tauriel (Evangeline Lilly), kepala penjaga bangsa Elf akan “menjamu” Bilbo dan teman-temannya sebelum akhirnya mereka benar-benar sampai ke Erebor dengan “sedikit” bantuan, Bard the Bowman (Luke Evans).






Tidak perlu membandingkan mana yang lebih bagus, An Unexpected Journey atau The Desolation of Smaug, toh ini adalah sebuah paket besar dari orang yang sama yang tidak terpisahkan satu sama lain, bahkan dengan saudaranya, seri The Lord of The Rings sekalipun. Tentu saja konfliknya semakin meruncing di sini, tidak seperti An Unexpected Journey yang terlihat seperti film anak-anak, narasi The Desolation of Smaug menjadi semakin gelap, kelam dan dewasa disaat Bilbo dan para Dwarf semakin mendekati tujuan mereka. Lalu ada beberapa subplot untuk membuatnya sedikit lebih kompleks dan lebih panjang tentunya untuk mengisi durasi panjangnya (161 menit), misalnya cerita tentang perjalanan Gandalf mengunjungi Dol Guldur guna meyeldiki keberadaan The Necromancer yang nantinya menjadi cikal bakal musuh besar dari saga The Lord of The Rings, termasuk cerita lain dari pihak Elf penghuni Mirkwood yang ditandai dengan kembalinya sang pangeran, the one and the only, Legolas. Sang peri tampan jago memanah ini diperankan Orlando Bloom yang seperti bangsa Elf itu sendiri, tampak tidak menua sedikitpun sejak trilogi The Lord of The Rings. Ia ditemani oleh Lee Pace yang menjadi ayahnya, Thranduil, raja peri yang dingin dan tokoh baru yang tidak ada di novelnya, Tauriel dalam wujud si cantik Evangeline Lilly yang mendapatkan porsi cukup banyak bersama Bloom dengan segala romansa segitiga antara peri-peri-kurcaci.



Dan meskipun penonton veterannya senang melihat kembalinya Legolas, pusat perhatian utama masih di pegang oleh Mr. Baggins dan teman-teman kurcacinya. Karakter Bilbo sendiri mengalami pengembangan cukup besar. Ia tidak lagi menjadi Hobbit pengecut seperti seri pertamanya. Ada keberanian yang perlahan mulai muncul, entah pengaruh dari kekuatan One Ring yang semakin sering digunakannya atau dari perjalanan berat itu sendiri yang membentuk dirinya, yang pasti Bilbo menjadi alasan penting mengapa petualangan panjang ini masih bisa terus berjalan hingga akhir.

Berbicara soal akhir,  kamu baru benar-benar akan bertemu dengan Smaug di sekitar 30 menit terakhir. Ya, memang cukup lama, tetapi penantian itu terbayar lunas dengan penampilan garang Smaug. Ia adalah ‘cacing’ besar, licik, jahat, penyembur api yang mengerikan dan ternyata juga banyak mulut. Tim “penyihir’ digital dari studio spesial efek Weta di bawah komando Richard Taylor berhasil menghadirkan desain Smaug dalam balutan sentuhan CGI fantastis lengkap dengan segala keangkeran yang selama ini hanya kita bisa bayangkan melalui cerita-cerita dari mulut karakter-karakternya. Smaug semakin sempurna ketika ada nama aktor Inggris Bennidict Cumberbacth mengisi suara naga merah itu dengan British aksennya yang diberat-beratkan termasuk memberinya jiwa melalui  proses motion capture rumit yang  hasilnya sangat memuasakan.





Tentu saja 160 menit adalah durasi yang lama, meskipun faktanya The Desolation of Smaug memiliki waktu tayang terpendek di antara semua seri dalam franchise The Lord of The Rings.  Tetapi jangan takut menjadi bosan, kita tahu bagaimana kualitas Peter Jackson dalam menjaga ritmenya untuk tetap membuatmu betah berlama-lama, terlebih skala keasikan dan keseruannya ditingkatkan sampai dua kali lipat lebih besar ketimbang An Unexpected Journey dengan lebih banyak kejutan yang menunggumu. Jadi meskipun kamu ada merasa beberapa bagiannya yang sedikit draggy tetapi Jackson kemudian membayarnya lunas melalui setiap sekuens aksinya spektakulernya. Lihat saja momen di mana Bilbo dan kelompok Dwarf melarikan diri dengan tong-tong anggur milik Elf, itu adalah salah satu bagian paling seru selain kejar-kejaran dengan Smaug di akhir film. Atau bagaimana aksi yang dilakukan oleh duo Elf Mirkwood, Legolas dan Tauriel yang tidak pernah berhenti membuat takjub penontonnya serta kemunculan kembali The Dark Lord yang mengingatkan saya pada kemunculan Balrog nan epik di Fellowship of The Ring. Ya, semua  itu dibungkus dalam presentasi ciamik baik visual, editing, scoring maupun CGI khas dunia Middle-earth ala Jackson yang sudah pernah kamu lihat sebelumnya.


# aku kasih bonus foto adek aku ya , hihi


MODELIS GRESIK EVENT : DIET TAS PLASTIK





Hari Minggu tanggal 22 Desember lalu kami, para member MODELIS COMMUNITY GRESIK bersama dengan EH Gresik ngadain event  DIET TAS PLASTIK. Mungkin pada bingung ya,apa sih Diet Tas Platik itu? Dan apa tujuan event ini?

Kita uda pada tahu kan kalo tas plastik itu punya banayak sekali bahaya. Adapaun bahaya bahaya tas plastic tersebut diataranya :
1.     1.   Plastik sanagat sulit sekali terurai, plastik baru bisa terurai dalam waktu 300-400 tahun
2.      2.  Plastik di buat dengan menggunakan minyak bumi, penelitian di Inggris saja memerluka 2 milyar barel minyak bumi untuk industry plastic
3.       3.  Plastic tersusun dari baha polimer jika terkena makanan dapat meracuni makanan.
4.       4. Jika plastic di bakar dapat melepaskan racun ke udara
5.       5.  Sampah plastik dari sector dunia pertahunnya mencapai 100 juta ton. Jika plastic di bentangkan maka lebarnya sama dengan membungkus bumi sepuluh kali

Maka dari itu kami memutuskan untuk membuat event tersebut. Dalam event itu kami buka hanya mensosialisasikan bahaya bahaya tas plastik tapi juga mengadakan aksi perampasan tas plastik  dimana setiap ada yag membawa tas plastik akan kami ganti dengan tas kain. Tas kain itu kami bagikan secara gratis. Tujuannya supaya tas itu bisa menggantikan fungsi tas plastik, tas kain juga dapat digunakan secara berkali kali. Jadi diharapkan dapat mengurangi  limbah plastik.

 Ini beberapa potret event kami.










 

 
 Oh iyya event ini juga bertepatan dengan event pemecahan rekor MURI untuk community ontelis terbanyak. Makin rame deh   

                                                     
   (ontelis comunity)