Tubuhku terguncang, apa terjadi
gempa? Pikirku. Tapi aku masih memejamkan mata. Tubuhku kembali terguncang,
kali ini kubuka sedikit mataku nampak jam kuno yang menggantung di dinding
03.30. masih pagi, akupun kembali memejamkan mata. Tubuhku kembali terguncang.
Kali ini aku membuka mataku lebar, ternyata tangan istriku yang mengguncangku.
Kulihat Rian tersenyum, aneh pikirku, sudah lama sekali dia jarang tersenyum.
“ Ada
apa?” tanyaku yang masih mengantuk.
“ Aku bermimpi”
“ Mimpi apa?”
“ Ada burung bangau terbang mendekatiku, di paruhnya ada
sebuah bungkusan, dan isinya bayi.”
Akupun terlonjak mendengarnya. Rian masih
tersenyum. Senyum bahagia. Jujur aku sudah lama
merindukan senyum itu. Senyuman
manis yang selalu dia berikan namun musnah beberapa tahun belakangan.
Aku memikirkan arti mimpi itu. Apa
ini merupakan suatu petanda kami akan memiliki anak? Aku sudah berhenti
memikirkan soal anak sejak kami berhenti menjalani pengobatan alternatif 3
tahun lalu.
Sudah delapan tahun kami menikah tapi
Tuhan belum juga mmenitipkan malaikat kecilnya pada kami. Tentu saja kami sudah memakai berbagai cara, berbagai pengobatan,
hanya untuk mendapatkan anak. Tapi hasilnya NIHIL.
Sejak saat itu aku mulai menenggelamkan diri dengan pekerjaan, begitu pula Rian.
Hampir setiap hari kami mejalani lembur hanya untuk mengalihkan pikiran kami
dari keirinduan memiliki bayi.
Saat weekendpun hanya kami habiskan di rumah,
Rian membaca novel dan aku bermain game. Kami sudah hampir tak pernah jalan2 ke
taman ato ke mall hanya karena kami tak ingin melihat anak2 kecil bermain, itu
hanya membuat hati kami semakin terluka .
Dan pagi ini, dengan senyum Rian
menceritakan mimpinya. Jujur mulai saat ini dan kedepan hidup kami mulai
berubah, ku lihat Rian lebih ceria, Senyuman manisnya mulai menghiasi bibir
indahnya lagi. Aku mulai meninggalan lembur, dan kami mulai sering jalan
jalan,serta menyiapkan makan malam romantis setiap weekend.
2 bulan berlalu, pagi ini Rian
kembali tersenyum padaku, kali ini dia menunjukkan sesuatu yang membuatku
hampir melompat kegirangan, dia menunjukkan hasil tes kehamilannya yang menunjukkan
tanda positif.
9 bulan berlalu, anak laki-laki
pertama kami lahir, Rian sudah meninggalkan pekerjaannya beberapa bulan yang
lalu. Kehidupan kami benar2 berubah,. di rumah kami mulai dipenuhi tangis dan
tawa si kecil. Rasanya rumah berubah menjadi sangat menyenangkan, tak ada hal
yang lebih menyenangkan selain pulang ke rumah dan bermain dengan si kecil.
Bulan demi bulan berlalu, tak
terasa Mavin kecil kami sudah berusia 1 tahun. Rumah kami mulai dipenuhi mainan
berserakan tapi justru itu yang membuat suasana semakin hangat dan
menyenangkan. Celoteh si kecil membuat kami tek bisa berhenti tersenyum.
Tubuhku terguncang, ku buka sedikit
mataku, nampak jam kuno yang menggantung di dinding 03.30. Aku merasa seperti
dejavu, kulihat tangan Rian yang mengguncangku. Kulihat sekeliling, kamar
sangat bersih, tidak ada mainan yang berserakan, di mana mainan2 itu?
Kuperhatikan seluruh kamar lebih teliti? Dan dimana anakku??
“ JB kau mencari apa?” tanya Rian
Aku hanya diam. Apa tadi aku hanya
bermimpi?
“ Aku tadi bermimpi.” Kata Rian lagi
“ Mimpi apa?” tanyaku
“ Ada burung bangau yang memghampiriku, dia membawa
bungkusan di paruhnya.”
“ Apa isi bungkusannya?”
Rian diam sejenak.
“ Kosong”
No comments:
Post a Comment