Pindah ke kota
yang baru selalu menjadi pengalaman yang tak menyenangkan bagiku. Tapi apa
daya, pekerjaan aboji membuat kita selalu berpindah-pindah. Dan sekarang,
disinilah aku, di kota
yang sepi ini, yang bahkan saat matahari mulai akan terbenam saja sudah tak ada
lagi orang-orang berkeliaran di jalan.
Bosan rasanya di dalam rumah. Tak tahu lagi harus melakukan apa. Di TV tak ada
siaran yang bagus, mau tidur pun rasanya belum terlalu mengantuk.
Suasana malam yang sangat sunyi membuat telingaku menjadi lebih peka.
Samar-samar kudengar alunan musik. Musik itu berdenting-denting. Bukan suara
piano. Apalagi gitar, sudah pasti bukan. Musik itu berasal dari sebuah kotak
musik. Aku yakin kalian semua pernah melihat kotak musik bukan? Sebuah kotak
yang bila dibuka akan mengalunkan dentingan lagu dan sebuah boneka penari akan
mulai berputar-putar.
Awalnya tak terlalu kuhiraukan lagu itu. Namun karena lagu itu diputar
berulang-ulang, dan berulang-ulang, membuatku mulai merasa penasaran dari mana
lagu itu berasal.
Kubuka jendela kamar supaya musik itu semakin jelas terdengar. Dan tak perlu
berlama-lama mencari sumbernya, mataku langsung jatuh pada jendela yang
terletak persis berhadapan dengan jendela kamarku. Jendela rumah sebelah.
Dan disana kulihat pemandangan yang terindah yang pernah kulihat. Seorang
gadis sedang menari!
Gadis itu sungguh cantik. Dikelilingi temaramnya lilin-lilin yang menyala,
kulitnya yang putih seperti berpendar cahaya. Rambutnya yang hitam disanggul
manis. Bajunya baju ballerina berwarna biru lembayung. Tangannya mengayun
dengan gemulai. Kakinya yang jenjang berputar dan meloncat begitu lincah.
Tarian yang paling indah yang pernah aku lihat. Hanya diiringi sebuah lagu
waltz dari kotak musik yang berputar berulang-ulang.
Indah… Sungguh sangat indah…
Hingga akhirnya lagu itu berhenti. Aku pun tersentak kaget. Kulihat gadis
itu menutup kotak musiknya dan mulai meniup lilin-lilinnya satu per satu.
Hingga pada lilin terakhir yang terletak tepat di depan jendela, dia pun
melihat ke arahku. Sungguh kaget dan malu rasanya, ketahuan sedang mengintip.
Wajahku memerah panas, dan rasanya ingin langsung kututup tirai jendela supaya
dia tak melihatku.
Tapi ternyata aku hanya tertegun. Tanganku tak bisa bergerak. Melihat
matanya yang bulat, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang mungil, membuatku
semakin terpana.
Apakah dia akan marah melihat aku mengintipnya? Apakah dia akan benci
padaku? Aduh… kenal saja belum! Sungguh menyesal aku telah meninggalkan kesan
pertama yang sangat buruk. Seharusnya aku tadi jangan terbuai. Seharusnya
begitu melihatnya selesai menari aku langsung bersembunyi. Seharusnya…
Seharusnya aku tak perlu berpikir yang tidak-tidak, karena ternyata dia
tersenyum melihatku! Iya.. gadis itu tersenyum! Aku yakin itu! Gadis itu
tersenyum padaku sebelum akhirnya dia meniup lilin yang terakhir dan menutup
tirai jendelanya.
Ah… Langsung kuhempaskan badanku ke ranjang. Jantungku tak berhenti
berdegup. Senyumannya itu tak pernah bisa kulupakan. Senyuman termanis yang
pernah kulihat. Inikah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Malam itu
pun aku langsung terlelap begitu nyenyaknya…
Begitu matahari bersinar, aku segera bergegas. Ku kenakan baju yang terbagus
yang aku punya. Ku semprotkan sedikit parfum. Bahkan aku pun menyisir rambutku!
Pandangan aneh dari kedua orang tuaku, tak kuhiraukan. Segera kulangkahkan
kaki ke rumah sebelah.
Dan segera kuketuk pintu rumah itu.
Tapi bagaimana bila yang membuka pintu bukan gadis itu sendiri? Apa yang
akan kukatakan bila ditanya ingin mencari siapa? Bagaimana bila ternyata yang
membuka pintu adalah ayahnya yang galak? Atau ibunya yang cerewet?
Ah… aku tak tahu jawabannya. Aku tak punya rencana. Aku tak punya strategi.
Aku hanya ingin mengetuk pintu rumahnya dan berkenalan dengannya. Itu saja.
Titik.
Kuketuk lagi rumah itu untuk yang kesekian kalinya. Namun tetap tak ada
jawaban.
Akhirnya dengan lemas, aku pun kembali pulang. Dan ayah ibuku yang
terheran-heran melihat sikap anaknya ini membuat ku terpaksa bercerita apa
adanya. Tak ada salahnya juga aku bercerita, siapa tahu mereka kenal dengan
tetangga sebelah itu. Begitu pikirku.
Dan ternyata dugaanku benar. Orang tuaku tahu tentang tetangga sebelah
rumah.
Bahwa memang tetangga sebelah rumah itu mempunyai seorang anak gadis. Bahwa
memang si gadis itu adalah seorang penari. Bahwa mereka bertiga telah meninggal
karena kecelakaan mobil tak lama sebelum kami pindah ke rumah ini. Dan bahwa
rumah itu sekarang kosong tak ada yang menempati!
Jadi merinding aku mendengar cerita itu. Lalu siapa gadis cantik yang menari
dengan sangat indahnya itu yang aku lihat semalam? Ah, aku rasa itu hanyalah
mimpi…
Hingga malam kembali menjelang. Saat aku hendak beranjak tidur, kembali
sayup-sayup kudengar dentingan lagu dari kotak musik itu. Sebuah lagu waltz.
Masih lagu yang sama yang diputar berulang-ulang.
Tanpa sadar, kupalingkan wajahku ke arah jendela. Terlihat pendaran cahaya
lilin-lilin dari jendela rumah sebelah. Dan di sana…
seraut
wajah cantik sedang menari dengan gemulainya sambil tersenyum kepadaku.
Segera kuhampiri jendela kamarku. Dan kututup tirainya.